Tiga hari bersama ombak Ujung Genteng

Jusron Faizal <jeef@spider.web.id>


Kami  berempat  sengaja memilih perjalanan menuju Ujung Genteng adalah
malam  hari,  berangkat pada hari Jumat malam dan berencana balik lagi
ke  Jakarta  pada  hari Minggu sore. Kebayang kalo perjalanan siangnya
pasti akan lebih lama karena jalan-jalan pasti lebih padet. Rencananya
tidak  akan ambil jalur utama dari Sukabumi - Jampang Tengah - Jampang
Kulon  -  Surade,  tapi memilih jalur alternatif mulai keluar dari Tol
Ciawi  - Cibadak - Cikidang - Pelabuhan Ratu. Kami menempuh perjalanan
selama  kurang lebih 3 jam dari Jakarta dan istirahat sebentar sekedar
melepas  lelah  di  kedai  kopi  Pelabuhan Ratu. Jarak sebenarnya yang
harus  ditempuh  dari  Jakarta  - Ujung genteng adalah sekitar 200 km,
tapi  karena  harus  melalui  jalan kecil dan lebih-lebih kalo memilih
jalur  cibadak  jalanan  lebih menanjak dan banyak tikungan, sepanjang
perjalanan akan banyak melewati perkampungan penduduk tentu saja harus
cukup berhati-hati meski sepi dari kendaraan. Memang selama perjalanan
tadi  tidak  banyak  sisipan dengan kendaraan lain, yang paling banyak
adalah truk dan beberapa bis pariwisata.

Dari  Pelabuhan Ratu, kendaraan dipacu lagi menuju Surade - Amandaratu
Resort,  melewati  perkebunan  Teh  Cihaur  yang  cukup  dikenal  oleh
masyarakat  sekitar.  Pas  Subuh  kita  sampai  di  komplek Amandaratu
Resort,  dan langsung disuguhi pemandangan matahari terbit yang sangat
indah. "Memang disini yang disukai para photografer adalah pemandangan
Sunrise   nya  mas"  sambut  doni  melihat  keheranan  kita  menikmati
pemandangan  pagi  ini. Umumnya sunrise dinikmati di puncak gunung dan
sunsite  (matahari terbenam) di pinggir pantai. Tapi pancaran spektrum
cahaya  matahari  pagi  di  Amandaratu menyajikan suasana yang sedikit
berbeda dari kebanyakan.

Kita tuntaskan malam ini dengan tidur sejenak, sambil menunggu siangan
untuk  explorasi  pantai-pantai  di  sekitar  Ujung  Genteng.  Komplek
Amandaratu  Resort  ini  dari  pintu masuk hingga di lokasi penginapan
dikelilingi  oleh  Pohon  Nyiur  (Kelapa).  Saya  sendiri pada awalnya
merasa  berada  di  areal perkebunan Kelapa, dan ternyata memang tidak
salah  karena  Amandaratu  Resort  ini  memang  masih  dikelola  dalam
wewenang   PT.   Wira  Citespong.  Perusahaan  yang  memang  menangani
perkebunan  kelapa  seluas  sekian  ratus hektar terbentang dari Muara
Sungai  Cikarang.  Posisi  Amandaratu  sendiri  persis di Muara Sungai
Cikarang  yang  serasa  dihadang  oleh  pulau kecil di muaranya, Pulau
Tanah  Lot  orang sini menyebutnya, mungkin karena terinspirasi dengan
Tanah  Lot  di  Bali,  tapi  yang  ini  lebih  kecil. Untuk membedakan
masyarakat sekitar memberikan nama Tanah Lot Amandaratu.

Setiap  pagi  selama  di  Amandaratu,  saya menyaksikan kesibukan para
Pengambil  Nira  Kelapa,  mereka dengan cekatan tanpa menggunakan alas
kaki  memanjat  hingga  ujung  untuk  mengambil  Nira kelapa yang akan
digunakan  sebagai  bahan  dasar pembuatan Gula Kelapa/Gula Merah atau
Gula  Jawa.  Masing-masing orang harus naik setiap hari setidaknya dua
kali,  pagi  dan  sore.  Ini menjadi perhatian menarik bagi kita "anak
kota"   yang  sebelumnya  tidak  pernah  menyaksikan  langsung  proses
pembuatan Gula Kelapa.

Siang  ini,  akhirnya kita habiskan hingga sore menuju beberapa pantai
di  sekitar  Ujung  Genteng.  Mulai  dari Pantai Ujung Genteng, Pantai
Aquarium,  Pantai  Mina  Jaya,  Pantai  Cibuaya  dan Pantai yang cukup
dikenal  sebagai  lokasi  Konservasi Hidupan Liar - Penyu Hijau adalah
Pantai  Pangumbahan. Kalo sudah sampai disini sayang sekali melewatkan
moment  penting  melihat  langsung  dari  dekat  bagaimana  Mama Penyu
bertelur  di  Pantai Pangumbahan. KIta sepakat akan atur jadwal tengah
malam  nanti  di  sini,  tapi  sebelumnya  belanja ikan dulu di tempat
pelelangan  Ujung  Genteng.  Berwisata Bahari pasti akan terasa garing
jika  tidak  dibarengi  Wisata  Kuliner "Sea Food" khas Ujung Genteng.
Coba  rasakan  masakan  Restoran  Amandaratu dengan bumbu gulai "Keong
Macan"nya.!! wah manstap mak josss!!!!

Menanti  Ibu  Penyu  Bertelur

Sore  tadi sekitar lokasi sini terguyur
hujan  cukup  lebat,  ini jadi bahan perjalanan yang cuku berat menuju
Pantai  Pangumbahan  karena genangan air serta tanah menjadi berlumpur
dan  lembek  untuk  dilewati roda empat. Wah.. harusnya kita tadi pake
mobil yang ada tulisannya 4 x 4 yah.. sempat gak sempat kudu dibalas..
gurau  Om Djo-jo ditengah konsentrasi pak supir menghindari lumpur dan
becek. Pokoknya jangan sampai macet di tengah hutan gelap gini ya pak.
Satu-persatu  sudah  mulai nampak pucat, gak usah takut bro.. ini juga
bagian  dari  petualangan kita malam ini, kita kan tidak sedang pengen
liat  penyu  di  Ancol, ini Ujung Genteng Pak De.... hahahhhahahhahha,
gurauanmu bikin gigiku mulai berkeringat man!!!

Tengah Malem, jam digital sudah menunjukkan angka 00:00 tapi di lokasi
parkir  dan  antrian  rupanya  cukup  ramai. Tujuan mereka sama dengan
kita,  pengen  menyaksikan langsung bagaimana proses Penyu bertelur di
Alam  Bebas.  Tentu saja sebelumnya di brief oleh pemandu, bahwa penyu
sangat  menghindari  cahaya  dan  keramaian,  sangat disarankan kepada
semua  pengunjung  untuk  tidak  berisik  dan  menyalakan lampu selama
perjalanan  menuju  masing-masing  pos  tempat  Penyu  Bertelur. Pihak
pengelola  sudah  mengatur  jumlah  pelayat  dan disebar di 5 pos yang
disediakan,  karena dilihat kami masih muda-muda, dapat jatah pos yang
terjauh  yaitu  di  pos  5,  terbayang  akan jalan kaki sepanjang 5 km
karena jarak antar pos diatur per 1 km.

Mengikuti proses penyu bertelur memang dibutuhkan kesabaran kita, para
pemandu  dengan sabar juga selalu memberikan informasi pada pengunjung
kapan  kita  bisa  mulai mendekat. "Perlu diatur rapi mas", kalo tidak
dia  akan  balik lagi ke laut karena melihat nyala lampu dan keramain.
Tapi  kalo  Penyu  tersebut  sudah mulai bertelur, itu saat yang tepat
bagi  para pengunjung untuk mendekat. Butuh waktu kurang lebih 2 (dua)
jam  untuk  menunggu  proses  bertelur hingga melihat si Penyu kembali
lagi ke laut.

Penyu-penyu  yang bertelur di Pantai Pangumbahan kebanyakan dari jenis
Penyu  Hijau, termasuk jenis yang dilindungi oleh Pemerintah dan Dunia
karena  jenis  ini  yang  banyak  dikonsumsi  oleh Manusia, baik untuk
upacara   adat   maupun  alasan  "obat  kuat",  dari  kebanyakan  yang
dikonsumsi mulai dari telurnya maupun dagingnya. Hal ini yang akhirnya
juga menjadi perhatian dunia untuk mencegak kepunahan satwa jenis ini,
saudaranya  Penyu  Belimbing  malah sudah mendekati pengurangan jumlah
yang kritis.

Dalam  satu  malam  di  Pantai  Pangumbahan ini, kami dapat kesempatan
sebanyak  dua  kali melihat proses bagaimana Penyu bertelur, kebetulan
pas  kembali menuju pos I, di tengah perjalanan tepatnya di Pos 3 juga
terlihat satu keluarga lengkap dengan bapak-ibu dan dua anaknya sedang
melihat  proses  Penyu bertelur. Tentu saja tidak ingin menyia-nyiakan
kesempatan  kedua ini, cuman kita gak nunggu sampai akhir proses, udah
keburu ngantuk dan pengen bobok, takut keduluan sama matahari terbit.

Mandi Air Tawar di bawah Air Terjun Cikaso

 Hari  terakhir,  karena  sudah  dua  malem  ini kita kurang tidur dan
 kebanyakan main di luaran, sisa hari ini kita coba cari suasana lain.
 Kebanyakan  di  laut nanti malah manisnya ilang dan ganti asin, takut
 di  rumah  nanti malah di tawar orang dipikir telur asin hehehhee. Ke
 Muara  Cikaso  aja  yah!  disana  bisa  mandi  air tawar di bawah Air
 Terjun, gimana?. Kayaknya gak ada pilihan untuk bilang tidak ya?!!!

Rupanya setelah tanya sana-tanya sini, di Ujung Genteng ini ada banyak
menyimpan  lokasi wisata alam, lebih-lebih wisata di Air Terjun, orang
lokal  menyebutnya sebagai Curug, yup!! Curug Cikaso, karena lokasinya
dekat  dan  berada di aliran Sungai Cikaso. Selain Air Terjun Cikaso?,
saya coba mengeja satu persatu mulai dari Curug Susun, Curug Cigangsa,
Curug  Ciruti,  Curug  Sodong,  Curug Cimarinjung, Curug DogDog, Curug
Cihaur,  Curug Ciateul dan Curug Kawung
dan masih banyak lagi lainnya.
Kalo  anda juga suka dengan dunia gelap, rupanya di Ujung Genteng juga
tersedia  cukup  banyak  Gua  Alami,  gua yang terbentuk karena proses
alami  oleh air sehingga akan terbentuk Stalagtit dan Stalagmit. Wajar
saja  disini  banyak  terjadi  proses  peng"gua"an  karena wilayah ini
termasuk  daerah  "Karst"  atau  bahasa  umumnya  adalah  daerah "Batu
Kapur/Batu  Gamping". Proses pembentukan gua alami hanya dapat terjadi
di daerah Karst tersebut.

Wah....  rupanya  masih banyak yang tersisa di Ujung Genteng ini, tiga
hari  untuk  ke semua tempat pasti tidak akan pernah cukup. Tapi untuk
kali  ini  kita  semua  udah pada kepuasan dan kecapekan selama ini di
serpis  habis  di  Amandaratu Resort..... thanks ya Brooooo.... semoga
ada kesempatan lain lagi hehehhehhe

--
Wassalam,

Jusron Faizal
http://faizal.web.id