Pada tanggal 29 July hingga tanggal 1 Agustus 2009
kemarin, saya dan beberapa teman saya mengadakan perjalanan menuju Ujung
Genteng. Perjalanan ini merupakan salah satu buah bentuk reuni di antara
kami karena kami sudah lama tidak berjumpa. Kami berada dalam satu SMA
dulu. Karena melanjutkan di perguruan tinggi yang berbeda maka beberapa
dari kami jarang bertemu. Inilah salah satu alasan mengapa kami
mengadakan perjalanan ke Ujung Genteng ini. Perjalanan ini diikuti oleh
13 orang. Seminggu sebelumnya kami sudah mempersiapkan segala yang
dibutuhkan disana, karena rencananya kami akan mengadakan kemping satu
malam di pinggir pantai.
Mengapa Ujung Genteng ? mungkin itu yang menjadi
pertanyaan mengapa kami memilih Ujung Genteng sebagai tujuan perjalanan
kami kali ini. Yang pasti saya sudah pernah kesana satu tahun lalu, dan
menurut saya Ujung Genteng ini merupakan “mutiara” yang belum banyak
ditemukan oleh orang. Pantai disana menurut saya masih merupakan pantai
yang jarang dijamah orang sehingga masih alami dan bagus. Selain itu,
meskipun perjalanannya cukup jauh, tapi masih dapat dijangkau dari
Jakarta dalam waktu 6 jam saja. Selain itu, ada beberapa objek yang
dapat dikunjungi sebelum mencapai daerah pantai Ujung Genteng. Dan ada
beberapa alasan yang lainnya yang membuat kami memutuskan untuk pergi ke
sana.
Setelah sempat bertanya-tanya kepada bapak Petrus
Suryadi (makasi Pak bimbingannya..hehehe…) tentang Ujung Genteng dan
sekitarnya, kami memutuskan untuk berangkat pada pukul 02.30 dini hari
agar sampai pada daerah UG cukup pagi sehingga dapat berjalan-jalan dulu
disana. Meskipun mata masih mengantuk namun bayangan keindahan disana
mampu mengusir kengantukan itu semua. Mobil berjenis ELF berjalan dengan lancer melalui tol JORR kemudian
masuk kedalam tol Jagorawi. Waktu yang masih sangat pagi membuat mobil
kami melaju benar2 tanpa hambatan di tol. Awalnya teman2 masih rame
ngobrol ngalor ngidul, tetapi memasuki tol Jagorawi lama2 suasana di
mobil menjadi senyap, hanya beberapa orang yang memperdengarkan suara
ngoroknya dengan suara nyaring. Begitupun dengan saya, tertidur dengan
lelap.
Kami bangun kira2 di daerah Sukabumi karena mobil
akan mengisi bensin. Beberapa teman sempat turun untuk buang air kecil.
Perjalanan pun dilanjutkan dan sempat mengalami hambatan karena ada
jembatan yang sedang direnovasi. Mobil harus berjalan bergantian. Kami
pun kembali tertidur dengan pulasnya.
Kami satu persatu mulai terbangun ketika matahari
pagi menyambut kami. Saya kurang ingat di daerah mana kami berada,
tetapi yang pasti ada di daerah kebun teh, udara sangat dingin sekali,
disertai angin kencang, dan pemandangan yang disajikan alam sangat indah
sekali.
Setelah sempat berfoto-foto kami pun melanjutkan
perjalanan. Kami pun berniat sarapan karena perut pun sudah mulai protes
karena lapar. Kami pun sarapan di warung dekat dengan jalan menuju Curug
Cikaso, tujuan kami yang pertama. Setelah kenyang, kami pun melanjutkan
perjalanan. Begitu sampai di lokasi,(sempat
nyasar c..) mobil pun diparkir,
dan kami berjalan kearah curug. Setelah membayar retribusi dan tiket
masuk, kami pun diantar ke Curuq Cikaso, dengan menggunakan perahu.
Waaaawh seruuuu….!!hehe..serasa menyusuri pedalaman2 apa
gitu..bernarsis ria pun tidak lupa kami lakukan disini..hehe..
Perjalanan menggunakan perahu tidak memerlukan waktu panjang. Kami pun
turun dan langsung melihat pemandangan yang luar biasa indahnya.Tiga air
terjun meluncur secara bersamaaan. Keren.. Sayang pada saat kami dating
sedang musim kemarau sehingga debit airnya tidak terlalu banyak, tetapi
tetap saja keren..Lensa2 kamera pun mulai bekerja memenuhi permintaan
tuannya..hehe..Ketika
kaki kaki kami mulai merasakan dinginnya air terjun, rasa pegal karena
duduk tumpuk2an didalam mobilpun mulai hilang, diikuti oleh kegembiraan
menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya air terjun cikaso.
Memasuki tengah
hari, kami bergegas kembali ke mobil untuk berpindah ke tempat wisata
kedua dalam rencana kami, yaitu goa Gunung Sungging. Dengan informasi
yang diberikan oleh Pak Petrus (kami mengeprint email dari bapak, dan
lembaran kertas itu seperti kertas wasiat, dengan judul: “Mencari
harta karun”. Hehehe..) dan supir yang luar biasa hebat, kami sampai
di perhentian kedua, sekali lagi itu juga berkat penduduk sekitar yang
memberikan petunjuk teknis.
Turun dari mobil,
kami mulai mencari rumah seorang kuncen, Aki Entab,
diiringi dengan derap langkah anak2 SD yang baru saja pulang
sekolah, serta mata2 mereka yang tanpa henti memandang kami malu2..
Sampai dirumah Aki, kami mengutarakan tujuan kami untuk melihat Goa tsb.
Karena goa ini merupakan goa bawah tanah,Kami diberikan penjelasan
singkat mengenai aturan teknis selama berada dibawah tanah nanti, dan
akhirnya kami siap berangkat ditemani oleh Aki dan temannya, serta 2
buah lampu petromax.
Memasuki pintu
Goa, kami semua merasa excited campur deg2an,
dan perjalanan dalam goa, dimulai. Langit langit yang rendah
memaksa kami untuk berjalan setengah membungkuk diawal perjalanan,
cerita sejarah mengalir dari mulut kuncen dan anaknya. Konon, goa ini adalah
tempat Prabu Siliwang. Keringat mulai bercucuran membasahi tubuh kami,
panas, dan napas pun harus di atur karena persidiaan
oksigen yang terbatas di bawah tanah. tetapi karena kami ber15, dan
jalannya harus satu2 beriringan, sedikit susah untuk berjalan, karena
cahaya lampu berada di depan dan belakang. Tak
lupa kami mengabadikan momen2 di dalam goa. Ada 1 kejadian yang menimpa
kamera salah satu dari kami, karena kami meggunakan tripod dan tekstur
tanah yang tidak rata didalam gua, kamera DSLR teman kami mendarat di
tanah karena ketidakseimbangan tripod.. hehe.. untung kameranya
tidak kenapa2.. hampir dua jam kami dibawah tanah,dan setelah semua rute
kami lewati, kami kembali tiba di pintu goa,, huaaaaaaaa.. legaaaaaaaa
rasanya melihat sinar matahari kembali.. baju kami semua basah total,
lumayan seperti sauna..hehehe
Jalan balik
kerumah aki, kami bersih2 badan.. segar rasanya.. sekitar setengah jam
kami menumpang istirahat di teras dan bale Aki, dan setelah mengucapkan
terima kasih atas jasa Aki, kami balik lagi ke mobil untuk melanjutkan
perjalanan kami, UJUNG GENTENG!! Hehe.. ga sabar rasanya waktu itu..
tapi sebelum ke ujung genteng, kami lunch di salah satu tempat makan
padang, dan katanya disitu adalah indomaret terakhir, yaitu indomaret
Surade
(tetapi ternyata ada satu lagi deh setelah itu..hehe..) ,jadi setelah makan, kami
berbondong2 membeli bekal untuk persediaan kemping bsok,, sayang sekali,
salah satu teman kami ada yang jatuh sakit, badannya demam,, sehingga
kami tidak jadi mampir ke hotel amanda ratu yang terkenal elite itu.
Kami memutuskan untuk langsung menuju hotel, yang sekali lagi
direkomendasikan sama Pak Petrus. Bau asinnya laut dan deburan ombak
mulai terdengar...Dan,,,,,,, sampaiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!!!
Kami senang sekali
akhirnya bisa sampai dengan selamat.... dan saat itu mulai senja, dimata
matahari akan terbenam, jadi kami berjalan ke arah pantai untuk
menyaksikan sunset.. ketika berjalan melewati karang, kami
menemukan berbagai jenis binatang laut, seperti bintang laut dan
bulu babi. Dan petang itu, ditutup dengan terbenamnya matahari..
Balik ke hotel,
kami menyiapkan makan malam, ada yang menanak nasi, ada yang menggoreng
ayam, ada yang mandi. Makan malam terasa nikmat sekali,.
Malam itu
petualangan kami tidak berhenti sampai disitu, karena masih ada satu
rencana lagi, yaitu melihat penyu!
Kami memilih untuk
berjalan kaki. Kata penduduk setempat, observasi penyu dapat dicapai sekitar
setengah jam. Tapi yaaaaa karena kami pemula, kami baru sampai setelah
1,5 jam perjalanan! Hua... pegel2 kakinya.. dan hampir saja kami
melewati moment penting, karena iBu penyu sudah mengeluarkan telurnya
dan sudah siap kembali ke pantai,,,, sediiiih deh,, tapi tetap bersyukur
karena kami masih di ijinkan untuk melihatnya kembali ke pantai,,
besaaaaaaaaaaar sekali ibu penyunya,, terharu deh melihat penyu sebesar
itu ada di depan mata. Heheheh... setelah itu kami dibawa untuk melihat
tukik,,kontras banget kalo di bandingin sama ibu penyu yang tadi dilihat
dipantai..
Malam semakin
larut, kami jalan balik ke hotel... hua,,, berasa nyesel ga pake ojeg,
karena cape bgt jalannya,, tapi karena bareng2, semangat muncuL lagi..
sampai hotel, tanpa babibu langsung bersih2 dan bersiap untuk tidur,
karena esok hari masih menunggu untuk petualangan yang pastinya lebih
seru.. tapi ada kejadian yang ga gt ngenakin, khususnua untuk yang ce2..
ketika dah siap mau tidur, kami para ce menggeser tampat tidur ke dekat
tembok, dan,,, seketika itu juga, bau busuk bangkai sangat tajam
tercium,,, arrrrrggggh,,, sebagian co2 udah tidur dengan pulasnya di
kamar mereka, kami ce2 malah kedapetan sial.. kompak kami histeris,
karena bau itu berasal dari bangkai tikus yang udah dipenuhi oleh
belatung....tidaaakh.. udah cape jalan 3 jam, mau istirahat koq kayanya
cobaannya banyak bgt,, hehe..kami ke resepsionis dan meminta kamar
ganti, jadilah malam itu, sekitar jam 1 malam, kami para ce grabak
grubuk memindahkan barang barang kami yang super duper banyak (maklum
namanya juga ce..) menuju kamar seberang, dan tanpa babibu lagi, kami
menempati tempat masing2 dan semuanya menjadi sleeping beauty....
KAMIS. 30 JULI
2009. Pagi hari, berencana melihat sunrise. Preeeeet... hanya sekedar
rencana. Karena anak2 baru bangun jam 9an. Kondisi teman kami masih
belum membaik, kami memutuskan untuk membawanya ke klinik terdekat.
Karena termasuk daerah tepencil, susah untuk mencari klinik, hanya ada 1
klink, dan klinik itu tutup. Kami yang di pandu oleh Aseng, penjaga
hotel yang kami minta untuk mengantarkan kami, membawa kami kerumah sang
dokter, tapi ternyata dokternya juga sedang tidak ditempat.. kami
memutuskan untuk mencari apotik, tapi karena sekali lagi tempat itu masi
terpencil, yang kami temukan hany toko obat. Beruntung teman kami yang
sakit itu adalah mahasiswa kedokteran, sehingga dia mendiagnosis
penyakitnya sendiri dan memutuskan sendiri pula obat apa saja yang akan
dia beli.^^
Pulang dari toko
obat, kami meminta Aseng untuk menemani kami ke pasar ikan dekat hotel,
dengan maksud untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Kami membeli
ikan kue berukuran cukup besar, 4 kg.
Kembali ke hotel,
kami mulai repot hilir mudik mempersiapkan makan siang, dan barang2 yang
akan dibawa untuk berkemping. Carier2 kami sudah terisi penuh dan
overloaded, tidak menyangka bawaan kami sebanyak itu, mengingat kami
hanya akan bermalam 1 hari. Setelah segala sesuatunya siap, kami
berpamitan dengan Edu, teman kami yang terbaring sakit, sedih,, tidak
tega meninggalkannya sendiri, dan kami berjanji akan mengabadikan momen2
indah nanti untuknya. Kami menitipkan Edu kepada supir kami. Pukul 1
siang,
kami di antarkan oleh mobil sampai ke suatu tempat
bernama Muara Cipanarikan ,
dan dari situ, petualangan baru
segera
dimulai. Baru sampai Muara Cipanarikan saja pemandangan
yang disuguhkan sungguh sangat memukau. Pasir putih yang menghampar luas
dipadu dengan pemandangan danau dan laut yang berbataskan pasir
putih..sungguh memukau..Kami pun mulai menelusuri pinggir pantai dengan
penuh semangat. Karena kami berangkat sudah cukup siang, kami memutuskan
agar tujuan akhir kami adalah Pantai Citirem. Selama kurang lebih 2 jam
kami menelusuri pantai, tidak selalu pasir, tetapi terkadang batu
karang, dan tebing yang terjal. Bagi beberapa orang dari kami, itu semua
merupakan pengalaman baru yang sungguh sangat mengasyikkan. Medan pasir
yang ditempuh membuat stamina kami cukup terkuras, apalagi dengan barang
bawaan yang cukup banyak. Beberapa kali kami sempat beristirahat di
pinggir pantai. Sekitar pukul 4 sore kami sampai di Pantai Citirem. Rasa
lapar mulai menghantui perut kami, dengan segera kami membuka bekal nasi
kami. Kebetulan di daerah Citirem terdapat sumur air tawar yang dapat
dimanfaatkan oleh kami. Tidak jauh dari situ pun ada saung yang kami
gunakan untuk menyantap makanan kami. Segera setelah kami menghabiskan
bekal kami, kami pun mencari tempat yang ideal untuk mendirikan tenda.
Karena Pantai Citirem merupakan pantai konservasi untuk penyu, maka kami
dilarang untuk mendirikan tenda di pinggir pantai, karena takut akan
menggangu penyu yang akan naik ke pantai untuk bertelur. Setelah
mendapatkan tempat yang pas untuk mendirikan tenda, kami pun membagi
tugas. Ada yang bertugas mendirikan tenda, ada yang bertugas mencari
kayu bakar, ada yang mempersiapkan makan malam, dll. Bertenda pun
pengalaman yang baru bagi beberapa orang di antara kami, dan setiap
orang ingin tahu caranya mendirikan tenda. Setelah tenda dapat
didirikan, kami pun berfoto-foto karena sunset yang terjadi sungguh
indah dan sayang bila ingin dilewatkan.
Malam pun datang. Mengandalkan penerangan dari kayu
bakar dan beberapa lilin dari botol bekas, kami pun memasak makan malam
kami, ikan bakar dengan bumbu seadanya dan abon. Rasa ikan yang
biasa-biasa saja, menjadi enak saat perut terasa lapar dan dingin
menyentuh kulit. Tawa dan canda di antara kami menghangatkan malam yang
sangat dingin tersebut. Dan yang luar biasanya, pada saat kami datang
itu langit sangat cerah sehingga kami dapat melihat dengan sangat jelas
bintang2 yang berada di langit..luar biasa..!!jarang skali kami melihat
bintang yang sangat luar biasa banyak jumlahnya..kami sangat terpukau,
apalagi tepat saat kami disana banyak “bintang yang
berjatuhan”..beneran, beberapa kali kami melihat “bintang jatuh”
disana..malam yang luar biasa..
Keesokannya kami bangun sekitar pukul 7 pagi dan
beberapa langsung menyiapkan mie untuk sarapan kami. Niatnya kami akan
berfoto-foto menggunakan pakaian dengan warna yang sama yakni
putih-putih. Dan kami pun melaksanakan rencana kami tersebut. Beberapa
hasil foto ada yang bagus. Pantai di sana sangat bagus untuk
berfoto-foto..hehe…dan sekitar pukul 10an dengan berat hati kami harus
meninggalkan tempat tersebut karena waktu juga yang harus kami kejar,
selain itu kasian teman kami yang sakit karena ditinggalkan sendirian di
hotel. Karena sudah terlalu sore pada saat kami sampai do hotel, kami
pun memutuskan untuk berangkat pada pukul 3 dini hari agar tidak terlalu
capai. Oleh karena itu, malam itu pun kami habiskan sekali lagi di Ujung
Genteng, sambil melihat-lihat foto yang dihasilkan..pengalaman yang luar
biasa..ingin mengulangi nya lagi suatu saat nanti..semoga Ujung Genteng
tetap terjaga lingkungannya dan dapat berkembang menjadi salah satu
objek wisata yang diminati oleh turis local maupun mancanegara..smoga…
Mario Aditya
dan Putri Mega