Siang ini, matahari begitu menyengat semilir angin sepoi-sepoi mengiringi pundak saya, jam di telepon genggam menunjukkan pukul 12.45 hari sabtu (18 Juli 2009), tidak seperti biasanya di taman istirahat LG Innotek. Siang ini beberapa orang tidak berpakaian seragam seperti biasanya. Sambil memakai jaket hitam khas Engineering dan membawa tas ransel, terlihat tas ransel ini begitu padat dipenuhi barang-barang. Kami berkumpul untuk mempersiapkan segala sesuatunya sebelum keberangkatan menuju Ujung Genteng yang sudah kita rencanakan jauh hari sebelumnya.
Beberapa rekan eng berdatangan untuk sekedar melepas keberangkatan tim touring Eng, terlihat pak nyowedi dari arah kantin dating ke taman, Tengku yang membawa tas besar datang untuk melihat siapa saja yang berangkat, tak ketinggalan Bang Zani seperti biasanya juga turut hadir, Pak Bando entah dari arah mana, tiba-tiba sudah duduk di salah satu bangku taman.
Saya menelepon Arif untuk memastikan keikutsertaanya mengikuti touring ini, memang sebenarnya dia sudah siap-siap untuk ikut, karena dia sudah menyiapkan tas ransel besar dengan sleeping bag di bagian belakangnya, tidak ketinggalan sandal gunung yang belakangan ketika jam istirahat ada yang memakai tanpa sepengetahuannya. Dari arah smooking room dia langsung duduk diantara bangku taman, saya langsung menanyakan perihal keikutsertaanya, kemudian dia menanyakan kapan waktu pulangnya, setelah tahu planning kita pulang hari senin pagi, dia mengurungkan niatnya untuk ikut dalam ekspedisi kali ini, memang sebelumnya dia sempat bilang kalau perasaannya nggak enak, mungkin itu yang menyebabkan dia setengah hati untuk ikut.
Touring kali ini diikuti oleh panji, awal, sigit, noor dan saya (herman). Panji dengan tampilan jaket levis biru sambil membawa handycam sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk dokumentasi dalam misi kali ini, Noor menggunakan jaket Eng dibalut syal bertuliskan “Pasoepati”, awal menggunakan pakaian warna merah hitam (dalam hati saya melihatnya seperti pegawai dealer motor), sigit menggunakan kaos putih dengan huruf “S” besar ditengahnya (semua orang pasti bisa menduga kalau itu kaos superman, tapi saya melihatnya kalo itu kaos “S”igit), saya sendiri menggunakan jaket eng dengan celana dasar(emang lebih enak pakai beginian).
Sebelum keberangkatan, motor kami sejajarkan tepat di depan tulisan PT LG INNOTEK sebelah kanan samping pintu gerbang LGITIN, berturutan motor vixion,Jupiter MX, shogun, dan motor saya Jupiter MX, sambil mengambil posisi noor segera menyiapkan kamera dan tripodnya(penyangga untuk kamera menggunakan 3 kaki) untuk mengambil dokumentasi sebelum keberangkatan kami, bang zani tak ketinggalan untuk ikut serta mendokumentasikan momen ini, sambil mengambil posisi di seberang jalan, beliau memotret kami yang berdiri disamping motor (wah keren deh).
Siap-siap berangkat, kita briefing sejenaknya, Awal sebagai leader mission segera memulai pembicaraan, dia mengambil posisi paling depan, diikuti noor, kemudian saya dibelakang noor dan sigit di posisi paling belakang , memang tim ini secara tidak langsung sudah terstruktur, tim dokumentasi yaitu panji dan noor, panji mengambil video dan noor mengambil gambar, bendahara juga diambil alih oleh panji. Sebelum berangkat kita berdoa terlebih dahulu, kemudian diikuti tosh ala eng, semua tangan dikumpul ketengah dan teriak sekuat tenaga (ini cukup mengesankan)
Kami menaiki motor masing-masing, saya dan noor sendiri tidak membonceng siapapun, panji dibonceng oleh awal yang menggunakan vixion merah, sedang sigit membonceng Reren yang sekalian ikut kearah cilengsi untuk ketempat saudaranya (mm). Jam di HP saya menunjukkan pukul 13.07 berangkaaat, sambil menshooting adegan start keberangkatan kami , panji berdiri di depan arah setiap motor.
Rute kami yaitu melewati cibarusah kearah jonggol. Perjalanan dari LG tidak terlalu padat, kita berjalan pada kecepatan 40-60 kpj (km per jam), ada beberapa jalan yang berlubang, tapi dengan isyarat dari bikers didepan sepertinya tidak akan menjadi masalah. Daerah cibarusah ada beberapa perbaikan jalan, sebelah kanan ruas jalan dijadikan beton sehingga ini menyebabkan arus lalu lintas satu arah dari arah yang berlawanan, untuk saja ada beberapa orang yang mengatur buka tutup gerbang untuk arus kendaraan, tapi masih saja hal ini menyebabkan kemacetan kecil, namun dengan menggunakan motor, kami dapat melalui celah-celah pinggir jalan yang bisa di lalui,. Terdapat dua jalur yang dijadikan beton tersebut.
Melewati pertigaan jonggol agak sedikit ramai dan banyak jalanan berlubang, kemudian belok kanan kearah cileungsi. Jalur jalan raya cileungsi memang sedikit sepi dan jalan aspalnya juga bagus sehingga kami dapat menggunakan kecepatan 60-80 kpj. Melewati perumahan bumi citra kemudian siap-siap belok melewati tikungan pertigaan kearah cibinong, disini tikungan tersebut sempat terlewati (ya namanya juga baru tahu jalan), sampai disini Reren yang dibonceng sgit segera turun, karena menguntungkan karena ada mobil tiger yang sudah menunggu dia ke arah cileungsi (bye reren).
Kami memutar kembali, melewati pertigaan dan menuju kearah cibinong. Jalanan aspal yang bagus, sempit dan tidak ada garis penanda dua jalurnya (ini cukup membahayakan). Kecepatan motor kami 60-8 kpj, ada beberapa ruas jalan yang mengalami perbaikan sehingga laju motor kami harus agak pelan. Sebelah kiri jalan terlihat sebuah bukit yang sudah dieksploitasi sehingga terlihat kapur-kapur putih di bagian tubuh bukit tersebut.
Pertigaan Jalan raya gunung putri, kami belok kearah kiri menuju cibinong, jalan bagus tapi cukup padat kendaraan lalu lalang dari arah berlawanan. Laju kecepatan 60-80 kpj. Pertigaan menuju citeureup kami belok kiri, sebelah kiri terlihat pabrik dengan cerobong asap besar. Sampai di pasar ramai angkot yang mengetem di jalan, ini cukup merepotkan karena menyebabkan kemacetan. Kemudian belok kanan kea rah cibinong. Melewati tikungan menuju ke SGP kami terus melaju melalui jalan mayor oking. Kami berhenti sejenak di pom bensin untuk mengisi bensin, jam HP menunjukkan pukul 14.50 kurang lebih sudah 2 jam perjalanan, sambil menikmati teh botol, kami menunggu udin yang mengisi bensin. Perjalanan dilanjutkan belok kanan menuju kota bogor.
Kota bogor terlihat ditulisan gerbang “Bogor Kota Beriman”, jalanan agak padat sehingga kami harus berpencar untuk menyalip setiap kendaraan, Ada beberapa lampu lalu lintas yang cukup menyebabkan kemacetan, kami terus lurus melanjutkan perjalanan kearah Tajur. Terlihat ada kios-kios penjual tanaman hias disebelah kiri jalan. Melewati terminal baranang siang, kami terus menuju ke arah ciawi. Sampai perempatan ciawi kami belok kiri menuju kearah sukabumi.
10 menit dari perempatan ciawi, jam di HP menunjukkan pukul 16.05 kami berhenti sejenak untuk makan siang di kedai makan ala sunda. Parker berjejeran, saya melihat didepan kedai ada aquarium besar berisi ikan-ikan yang akan digunakan untuk masakan kedai tersebut, memasuki kedai terlihat didinding kedai terdapat deretan wayang kulit (yang punya penggermar seni). Saya melihat ada prasmanan yang tersusun di rak-rak dipan yang bagus ada tulisan ditengahnya “masih bisa dipanaskan”. Pramusaji meminta kami untuk naik ke lantai paling atas. Segera menaiki lantai atas, disebelah tangga ada wastafel kecil. Sampai diatas ada dua bilik terbuka dengan dinding dan lantai yang terbuat dari kayu dan triplek.sambil melepas lelah, panji dan noor siap-siap mendokumentasikan momen ini, sementara udin segera sholat ashar, saya segera mengambil air wudhu dan sholat Ashar begitupun noor, panji dan sigit.
Menu makan siang kali ini ayam bakar, ikan bakar kuah kuning, tahu goreng, sayur kangkung dan lalapan + sambal, minum es teh jeruk dan teh panas .sambil menunggu hidangan tersaji, kami foto-foto. Saya menyibukkan diri dengan membaca peta yang saya download dari HP dan membaca catatan seorang yang pernah menuju Ujung Genteng yang dikirim melalui email oleh bang zani. Dari atas sini kami bisa melihat kemacetan jalan pada ruas jalan ini. Hidangan datang, perut sudah gak sabar,langsung tancap gas (wuih enak tenan). Setelah memanjakan perut, kami segere bergegas berangkat. Jam di HP menunjukkan pukul 16.53, sepertinya kita terlalu lama di kedai ini.
Perjalanan dilanjutkan menelusuri jalan raya sukabumi, kami menuju sukabumi. Sempat macet beberapa kali yang menyebabkan kami harus menyebar untuk menyalip dikanan kiri kendaraan. Saya sempat melihat tulisan pada kios-kios, ternyata kita sudah sampai di daerah cicurug, perjalanan dilanjutkan, Panji sempat bertanya beberapa kali arah menuju ujung genteng kepada polisi, tukang ojek dan beberapa orang yang tahu (wajar karena memang diantara kami tidak ada yang tahu jalan menuju kesana).Menuju kearah cibadak kami melewati parung kuda, kemudian parakan salak, malam hari sudah tiba, jalanan begitu gelap sehingga kami harus berhati-hati melewati jalan. Diperjalanan kami menjumpai beberapa klub motor yang juga sedang melakukan touring kearah pelabuhan ratu.
Melewati jalan perbukitan yang berkelok-kelok sungguh mengasyikkan kecepatan motor 40-60 kpj, karena suasana malam hari, kami tidak bisa menikmati pemandangan kanan dan kiri jalan. Pertigaan cibadak, lurus kearah pelabuhan ratu, kiri kearah surade-ujung genteng, belok kiri . setahu saya belok kiri melewati jembatan yang cukup panjang kemudian tinggal mengikuti marka jalan sebagai penunjuk arah, untungnya sampai disini marka jalan sudah menunjukkan kemana arah ujung genteng sehingga kami dengan mudah harus kearah mana ketika menjumpai pertigaan.
Sampai di cicolog, ban motor udin bocor sehingga kita terpaksa berhenti sejenak untuk menambal ban sekaligus istirahat sejenak, sambil menunggu tambal ban, saya tiduran diatas motor sigit, panji mengotak-atik handycamnya, noor sedang menikmati gorengan yang memang disebelah tambal ban tersebut ada kedainya, sigit sedang asyik teleponan dengan seseorang. Jam di HP menunjukkan pukul 21.15. setelah selesai proses penambalan ban motor udin yang bocor, kami melanjutkan perjalanan, jam di HP menunjukkan pukul 22.05. melewati tikungan-tikungan bukit yang curam, saya baca di kios warung, kami sudah sampai daerah warungan, disini kami berada di puncak perbukitan, udara cukup dingin, sigit mengganti jaket coklatnya dengan jaket eng, semua menggunakan sarung tangan, hanya saya saja yang tidak. Dingin terasa merasuk ke bibir dan dada.
Perjalanan cukup mengasikkan dengan trek yang sangat menantang, ada beberapa lubang disekitar jalan sehingga kami sangat berhati-hati melewati perbukitan tersebut. Jalanan begitu sepi, hanya ada kami dan beberapa mobil yang melaju dari arah berlawanan. Sebelah kanan dan kiri begitu gelap (mungkin hutan, tak terlihat gelap), kami melewati pedesaan dan kemudian perbukitan sehingga sampailah kami di daerah Surade. Dari daerah surade ini jalanan begitu sepi sehingga kami bisa melaju dengan kecepatan 60-80 kpj. Pertigaan surade kami berbelok ke kanan menuju ujung genteng.tak terasa leher dan pundak begitu nyeri dan pegal, ingin rasanya segera sampai dan berbaring di ranjang.
Menyusuri jalan yang agak sepi dan berlubang, kami sampai jua di pintu gerbang wisata pantai Ujung Genteng (AKHIRNYA ….. HAAAAAH). Dengan perasaan begitu senang dan bahagia akhirnya sampai juga kamik menelusuri jalan menuju ketempat bang ikin (kenalan sigit yang sebelumnya kami sudah booking penginapan untuk kami). Sampai di pertigaan dimana terdapat 2 perahu nelayan, tempat janjian sigit ketemuan dengan bang Ikin kami berhenti. Jam di HP menunjukkan pukul 00.05. Kemudian datang seorang yang berambut gondrong berikal, tinggi dan berkumis tipis dengan motor yang mengembulkan asap, kemudian dia menyapa, ini Ikin (oh ternyata). Dia mengajak kami langsung ketempat penginapan kurang lebih 3 km dari pertigaan ini. Dari sini kami bisa mendengar gemuruh suara ombak, sungguh menyenangkan. Menelusuri jalan pasir pantai yang bergelombang, disini harus sangat berhati-hati. Disamping kiri saya melihat kios-kios karaoke.
Bang ikin berhenti di depan sebuah kedai, kamipun mengikutinya, sebelah kiri saya lihat ada tulisan “pantai wisata cibuaya”.jam di HP menunjukkan pukul 00.20. kami dipersilahkan masuk, dan diperkenalkan dengan seorang bapak paruh baya, dengan rambut ikal dan kumis tebal pemilik kedai dan penginapan tersebut.setelah transaksi dan nego harga, kami dipersilahkan memasukkan motor melalui pintu belakang penginapan agar lebih aman. Saya lihat ada seorang bapak tua yang sedang menonton film harry potter and prisoner of Azkaban (yaah jadi kepengen nonton, jadi inget harry potter and half blood prince pasti udah ada di bioskop). Jam menunjukkan pukul 00.35, saya langsung masuk kamar, tanpa basa-basi lepas jaket, kemudian segera mengambil air wudhu, jama’ sholat maghrib kemudian qashar sholat isya. Kemudian langsung rebahan di ranjang (enak banget, met sleep). Sambil menghitung waktu perjalanan yang kurang lebih 11 jam dengan jarak tempuh 240 km (wuuuh capeek), saya tidur duluan.
Penginapan kami berdinding dan berlantaikan triplek, terdiri dari 2 kamar, 1 kamar dengan 2 kasur di bawah, dan satu kamar lagi dengan 1 ranjang besar yang muat 2 orang, lalu 1 WC dengan pancoran tanpa keran dipinggirnya closet 1 ember dan 2 buah gayung, ruang tengah cukup lega dan ada satu TV besar 21 inch (maybe) di belakang tengah, bagian belakang digunakan untuk menyimpan motor. Didepan penginapan terdapat saung untuk bersantai dengan aneka tanaman hias di sekitarnya. Terdapat satu pohon rindang besar antara pondok dan saung. Penginapan ini rumah panggung sehingga dibawahnya digunakan untuk kandang entog dan ayam, dibelakang rumah saya lihat ada parabola yang cukup besar, dan ada seekor musang dalam kandang kawat.di sebelah kiri belakang. Tempai ini terdiri dari 2 bilik, satu bilik untuk penginapan dan satu bilik lagi untuk yang punya penginapan.
Pukul 06.00 saya dan panji segera menuju kepantai untuk melihat sunrise, pemandangan di pantai begitu mempesona,tepat dipinggiran pantai cibuaya terdapat saung besar untuk menikmati keindahan pantai, Batu karang terlihat begitu kokoh menerpa buaian ombak, ombak-ombak tinggi pagi hari dapat kami nikmati dari pinggiran pantai, sudah banyak orang yang bermain, berfoto, mencari ikan, lari pagi di sepanjang pantai yang saya dan panji susuri. Sunrise tepat muncul dibelakang bukit, andai khatulistiwa laut pasti sangat menawan (pikir panji). Sambil foto kanan dan kiri menelusuri pantai yang semakin bagus ombaknya. Disusul oleh noor dan sigit, kami berfoto ria di sekitar pantai, udin yang datang agak belakangan juga ikut bergabung bersama kami. Ada kejadian yang unik, sigit yang terlalu narsis untuk difoto, pergi ketengah karang yang mendekati ombak yang lebih besar, ketika ombak datang, sigit terhempas dan terpaksa merelakan sendalnya ditarik gelombang ombak, yang lebih pahit lagi, HP-nya tidak bisa diselamatkan, air laut yang memasuki HPnya membuat HP nya tidak dapat berfungsi (ehmm kasian).Alhamdulillah sendalnya dapat ditemukan. Matahari sudah mulai meninggi, kami balik ke penginapan.
Pukul 09.15 setelah mandi, kami sarapan pagi dengan menu nasi goreng jumbo (jumbo bangeeet), telor mata sapi, timun, tomat, dan kerupuk. Memang untuk makan, kami memesan langsung kepada Bu kumis yang memang kedainya menyediakan aneka masakan. Pak kumis yang punya penginapan mengajak kami bergabung dengannya nanti jam 10 untuk pergi ke penangkaran penyu. Sambil menunggu kami nonton TV dan tiduran santai. Pukul 10.25 pak kumis bersama anaknya saya bonceng untuk pergi ke tempat tamu pak kumis yang juga mau jalan-jalan juga. Setelah sampai di penginapan tamu pak kumis yang memang punya beliau juga, kami segera berangkat menuju lokasi penangkaran penyu, pak kumis dan anaknya menaiki mobil bersama keluarga tamu pak kumis tersebut. Berjalan menelusuri jalan pasir berkelok dan jalan yang jelek kurang lebih 15 menit, kami sampai di Pamunggahan tempat penangkaran penyu.
Penangkaran penyu sudah banyak orang berkumpul disana untuk melihat anak-anak penyu yang sudah menetas. Kami berlima segera menuju lokasi penangkaran yang dipagari dengan bamboo, tidak terlihat penyunya kami menelusuri jalan kecil menuju pantai. Pantai disini bagus sekali, tidak ada karang, pasir putih yang melimpah dan ombak yang begitu besar, ini lebih mantap dibanding pantai cibuaya tadi. Setelah asyik disini, kami kembali kerumah penangkaran penyu tadi. Sampai disana kami melihat sebuah ember besar berdiameter 75 cm ini dipenuhi anak-anak penyu hijau yang masih imut-imut, saya mengangkatnya dan si penyu kecil berjalan pergelangan tangan saya, setelah berfoto ria, kami melanjutkan perjalanan untuk melihat karang-karang indah di pantai cipanarukan.
Perjalanan dilanjutkan, kami mengikuti mobil yang ditumpangi pak kumis, jalan amat berdebu, ditambah ilalang yang tajam dikanan dan kiri jalan, kami sampai di sebuah rumah yang juga kenalan pak kumis, kami menitipkan kendaraan kami. Kami berlima sempat membeli es lilin yang memang sedang lewat tepat di pemberhentian kami. Kami berjalan kaki menuju muara, untuk sampai kesana, kami harus melalui sebuah sungai kecil saluran muara setinggi setengah betis sejauh 5 meter (ya basah sedikit). Kami tiba di sebuah muara yang cukup indah, air tenang dengan tanaman bakau disekitarnya terhampar 5 km sejauh mata memandang seperti sebuah danau. Setelah berfoto ria, kami melanjutkan perjalanan menuju pantai. Sampai dipantai sungguh mengasyikkan, hamparan pasir putih yang begitu luas begitu indah seperti gurun, disebelah kanan kami muara, dan disebelah kiri pantai cipanarukan dengan ombak yang tinggi-tinggi. Kurang lebih 2 km perjalanan menuju karang-karang pantai dari muara tadi. Sepanjang perjalanan kami melihat ada yang memancing ikan di muara.
Setelah berfoto ria di sepanjang hamparan pasir, kami sampai di batu-batu karang yang begitu mempesona. Karang ini besar-besar (1-3 m), berbentuk dan unik.sambil ditempa pecahan gelombang ombak, malah menambah keanggunan karang tersebut. Setelah kurang lebih 1/2 jam mendokumentasikan semuanya kami kembali pulang menuju tempat penitipan motor tadi. Diperjalanan sungguh sangat panas sekali, sengatan matahari begitu membuat lelah, diperjalanan gurun pasir putih sungguh tidak tahan. Kami berhenti sejenak untuk menikmati air kelapa sebelum akhirnya lebih dulu kembali ke penginapan.Jam menunjukkan pukul 12.35. Pak kumis dan anaknya belakangan bersama tamunya tersebut.
Sampai dipenginapan, mandi,sholat dzuhur dan kemudian makan siang, menu kali ini ayam goreng, ikan goreng, sambal, kerupuk, tahu goreng, lalapan + air es . Selepas makan, kami istirahat siang. Target kami, berenang sore nanti, Pukul 16.35 ,saya, panji, noor dan sigit berangkat menuju pantai untuk berenang, udin masih tiduran dia menyusul. Kami mencari lokasi yang strategis untuk berenang sekaligus menanti datangnya sunset. Sambil menelusuri pantai, kami melihat 3 orang bule yang sedang berselancar ria di tengah gelombang ombak, panji yang memang sudah menantikan hal ini sejak dari tadi segera mendokumentasikannya. Akhirnya kami sampai di pantai yang cocok buat berenang. Dalam hitungan ke-3 saya langsung melompat ke tengah gempuran ombak yang menggebu (mantaaap). Saya yang dipinjami pelampung oleh pak kumis malah semakin PD pergi ketengah ombak. Bang ikin yang sedang lewat memperingati kami untuk tidak berenang dipantai tersebut, karena cukup membahayakan. Masih tidak saya pedulikan, saya masih bermain di gulungan ombak, kemudian datang lagi penjaga pantai yang juga memperingati kami untuk tidak berenang disini. Ya apa boleh buat, kami berfoto ria sambil menyambut detik-detik sunset tiba.
Matahari turun menuju ufuk ujung batas laut, begitu mempesona, merahnya yang lekat membayangi air laut menuju pantai. Diselingi awan yang menutupi, kami dapat menikmati detik-detik berharga tersebut dengan cukup menyenangkan (good bye sun). Jam 18.15 suasana pantai sudah mulai gelap dan sepi, kami kembali ke penginapan, menelusuri pinggiran pantai, baju kami basah, tapi hati riang diiringi alunan adzan maghrib, kurang lebih 5 km perjalanan. Sampai penginapan, kami mandi bergantian, plan nanti malam melihat penyu naik ke pantai untuk bertelur.
Pukul 20.15 makan malam sudah disiapkan, menu kali ini gurita bakar, ikan bakar, ikan goreng, sambal dan lalapan.Selepas makan, istirahat sejenak, tepat pukul 21.00 kami berangkat menggunakan motor menuju penangkaran penyu. Kembali menyusuri jalan pasir dan ilalang berduri, kami sampai. Dan ternyata disini sudah dipenuhi oleh para wisatawan yang ingin melihat penyu yang bertelur. Kami segera menuju kepantai, berbeda dengan tadi pagi, suasana disini sangat gelap sekali, untuk melalui jalan setapak menuju pantai, kami harus menggunakan cahaya lampu HP, yang meski pada akhirnya kami diperingati untuk mematikan HP karena cahaya tersebut dapat mengganggu kedatangan si induk penyu. Kami duduk dipantai menunggu kedatangan mama penyu.
Setelah 15 menit menunggu kehadiran ibu penyu, kami memutuskan untuk kembai ke balai penangkaran penyu tersebut. Sesampai disana, tepat petugas mengumumkan kalau si induk sudah naik kepantai, yah dengan berdesakan dengan wisatawan yang lain, kami kembali lagi ke pantai tersebut, dan ternyata si ibu penyu bertelur tidak jauh dari lokasi kami duduk tadi (mm).
Syukur luar biasa bisa melihat kejadian unik ini, kami sunggguh mujur, karena waktu kedatangan penyu setelah bertelur yakni 14 hari untuk tiba lagi, sekali bertelur bisa 70 butir si imut yang dihasilkan, nah baru 55 hari kemudian telur-telur tersebut menetas, yang kemudian akan di lepaskan lagi kelaut. Sambil menerobos kerumunan orang, kami menyaksikan seekor induk penyu yang cukup besar berusia sudah ratusan tahun(maybe, nanya petugasnya), panjang sekitar 125 cm lebar sekitar 100 cm ini memiliki kulih hijau pekat, badannya yang besar mengingatkan saya dengan si anak penyu kecil tadi pagi. cahaya kilatan bliz menyambar dimana-mana, si induk penyu kini menjadi selebritis kawakan, semua orang berebutan untuk memfoto dan memegangnya, tak kelewatan kami juga, panji sampai berluluran keringat demi mendokumentasikan momen ini, noor keasyikkan dengan kameranya, udin seneng banget megangin kepala si penyu, sigit entah dimana keberadaanya. Setelah selesai menelurkan anak-anaknya, si induk penyu mengibaskan kakinya untuk mengais pasir agar menutupi telur yang telah dikeluarkannya, ya kurang lebih 1 jam menunggu hal demikian.
Sudah agak sepi, orang-orang sudah pergi meninggalkan penangkaran penyu, kami masih disini untuk melihat si penyu kembali ke laut usai menutupi telur-telurnya. Setelah kurang lebih 40 menit si induk penyu akhirnya berjalan kembali ke pantai, disini kami diminta untuk tidak menyalakan lampu sedikitpun, karena memang ketika ada cahaya kearah si penyu,maka si penyu akan berhenti sejenak. Setelah kurang lebih 25 menit menelusuri pantai, si induk penyu akhirnya sampai di terpaan gelombang ombak (bye turte motehr). Kami kembali ke balai dan parkiran motor, kami segera menuju penginapan jam menunjukkan pukul 23.40. sampai dipenginapan, saya langsung naik ke ranjang (ah capek banget, good night), yang lain ngegosip ria (hehe).
Jam 06.15 senin pagi kami siap-siap untuk berangkat pulang, sebelumnya kami ambil dokumentasi terakhir di tepian pantai dekat karang, motor kami sejajarkan dipinggiran sini, Udin pamitan dengan pak kumis, sebelumnya meminta nomor yang bisa dihubungi. Sebelum berangkat kami briefing sejenak,dan kemudian pamitan pada keluarga pak kumis. Setelah cukup mengambil video dan gambar, Bismillah kami berangkat pulang.jam menunjukkan pukul 07.15. Menelusuri jalan bergelombang pasir, sambil diiringi terbinya matahari pagi sungguh mengasyikkan, karena pemandangan kanan dan kiri jalan terlihat begitu mesra. Pertigaan perahu nelayan, jalanan beraspal kami melaju dengan kecepatan 60 kpj.
Noor nyaris bersenggolan dengan sebuah mobil hijau carry lama, sopirnya oleng karena mengambil HP yang ada di celananya, untunglah tidak terjadi benturan. Bemper belakang motor sigit sempat terlepas akibat goncangan ketika melewati lobang besar yang tak dapat dihindarinya, berhenti sejenak membetulkan bempernya. Tibalah kami dipintu gerbang masuk tempat wisata ujung genteng, dengan tulisan selamat jalan, panji dua kali mengambil video mengenai ini, sampai disini bye ujung genteng.
Kami terus kearah surade, kemudian melewati jampang kulon. Disini penduduk sudah ramai mulai kelihatan (dua malam yang lalu begitu sepi sekali), terus melewati bukit berkelok, sungguh mengagumkan pemandangan kanan dan kiri jalan, daerah Warungan (baru tahu pas pulang) aneka pohon besar menyelimuti kawasan hutan kawasan perbukitan ini. Tibalah kami didaerah perbukitan kertajaya, dikanan kiri jalan terdapat hamparan kebun teh yang menawan, tak kami siakan, langsung ambil jepretan dengan bergaya. Jam menunjukkan pukul 08.45. Kami terus melanjutkan perjalanan, tak terasa perut sudah mulai keroncongan (maklum sarapan tadi pagi hanya pop mie). Daerah cisolok pinggir, kami dapat melihat keindahan patai pelabuhan ratu dari atas bukit ini, sambil mengambil foto, istirahat sejenak. Kami tiba di daerah bantar gadung, disini kami mampir ke kedai makan sekarwangi 10, sarapan pagi ala prasmanan.
Perjalanan diteruskan kearah cibadak dan kemudian langsung menuju kearah bogor. Kami berhenti sejenak di daerah cicurug untuk membeli oleh-oleh sekaligus sholat dzuhur, jam menunjukkan pukul 12.15. selapas sholat kami lanjutkan perjalanan menuju arah ciawi, start jam 13.00. Sampai di ciawi lalu lintas begitu padat, kami belok kiri menuju tajur. Dari ciawi menuju tajur ini, laju kendaraan begitu padat. Sampai di tajur, lurus terus menuju arah cibinong. Dari tajur menuju cibinong laju motor agak cepat 60-80 kpj arus lalu lintas lancer. Dari cibinong terus kearah citeurep, kemudian belok kiri kearah cileungsi-jonggol. Sampai jonggol kearah cibarusah belok kiri. Sampai di LGITIN pukul 15.30. Saya mencatat perjalanan pulang kali ini menempuh jarak 245 km dengan waktu tempuh 9 jam.
Sigit