SISI LAIN
UJUNG GENTENG
Akhmad Masun
Pagi itu langit terlihat cerah,
perahu-perahu nelayan nampak berlabuh ke tepi pantai setelah semalam suntuk
mencari ikan dilaut. Geliat kehidupan dan antusiasme untuk menapaki hari esok
ditunjukkan oleh para nelayan itu. Lautan luas selalu memberikan inspirasi dan
sumber penghidupan bagi masyarakat Ujung Genteng untuk menyambung kehidupan
dan memperbaiki masa depan.
Potret kehidupan masyarakat Ujung Genteng
merupakan gambaran kehidupan nelayan kita yang rata-rata masih hidup pas-pasan
dan jauh dari kemajuan materi dan intellektual. Namun sesungguhnya kalau kita
cermati nelayan adalah orang yang sangat kita butuhkan karena hasil tangkapan
ikannya. Ikan laut adalah salah satu makanan yang berkadar protein cukup
tinggi dan tentunya gurih rasanya jika dimasak dan dibumbui. Tangkapan ikan
nelayan Ujung Genteng tersebut biasanya dijual kepada tengkulak yang berusaha
membeli semurah mungkin dari nelayan dan dijual kepada masyarakat setinggi
mungkin. Pada akhirnya para nelayan sendirilah yang dirugikan karena mereka
hanya mendapat sisa-sisa dari budaya kapitalisme.
Ujung Genteng sebetulnya sebuah lokasi yang penuh
potensi, karena disamping lautan luas yang siap mensupply ikan, juga
persawahan dengan tanah yang cukup subur. Sehingga daerah ini selain dikenal
sebagai kampung nelayan juga sebagai daerah hasil pertanian yang cukup
penting. Tapi selama ini orang cenderung mengidentikkan Ujung Genteng dengan
wisata pantai yang masih asri dan sangat layak untuk dikunjungi. Tiap minggu
daerah ini sering dikunjungi oleh wisatawan baik dari dalam negeri dan luar
negeri. Khusus untuk wisatawan asing biasanya niatan untuk datang ketempat ini
adalah melihat penyu yang sedang bertelur. Selain memang kalau ada peralatan
yang memadai kita bisa melakukan surfing atau diving untuk melihat
karang-karang laut dan ikan hias.
Untuk menempuh daerah ini bisa dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan angkutan umum atau dengan kendaraan pribadi. Kalau naik
angkutan umum dari arah Jakarta anda tinggal naik bis jurusan Bogor.
Sesampainya di Bogor bisa mencari angkutan lagi yaitu bis jurusan
Bogor-Surade. Lama perjalanan ini berkisar antara 2-3 jam tergantung pada
banyak sedikitnya bis itu berhenti untuk mencari penumpang. Dari Surade
anda bisa meneruskan perjalanan dengan naik elf jurusan Ujung Genteng dengan
lama perjalanan kurang lebih satu jam. Kalau naik kendaraan pribadi anda
tinggal menuju arah Sukabumi, sebelum memasuki kota Sukabumi ada pertigaan yang
lurus menuju kota dan anda tinggal belok kanan arah menuju Pelabuhan
Ratu. Kurang lebih 3 kilo menjelang Pelabuhan Ratu anda belok kiri menuju kearah
Jampang Kulon. Selanjutnya anda tinggal mengikuti petunujuk disetiap pertigaan
dan perempatan untuk menuju Ujung Genteng.
Perjalanan ke Ujung Genteng adalah sebuah
perjalanan yang sangat menyenangkan, karena hampir setiap jalan
menampilkan warna keindahan sendiri-sendiri. Selepas Sukabumi menuju Pelabuhan
Ratu anda akan menemui jalan yang berbelok tajam, turun naik dan kanan kiri
adalah hutan dengan hawa yang sejuk. Dibeberapa tempat terlihat orang banyak
berjualan sawo, pisang dan jambu bol, anda bisa mampir untuk membeli buah-buah
tersebut sebagai bekal perjalanan dijalan. Setelah melewati jalur ini
kemudian memasuki wilayah Jampang Kulon, kita akan melewati jalan diatas
tebing dengan kanan kiri jurang yang sangat dalam dan tampak dari kejauhan
gunung yang hijau memantulkan nafas keindahan. Di beberapa ruas jalan
bahkan terlihat disebelah kanan kita laut selatan yang biru yang
bersebelahan dengan areal persawahan dengan padi yang sedang tumbuh subur.
Kita bisa berhenti sejenak untuk sekedar menikmati keindahan ini dan juga
berfoto-foto ria untuk ikut menikmati pemandangan yang ada. Areal Perkebunan
Teh Surangga juga kita lewati, dengan hawa pegunungan yang sejuk dan pohon teh
yang tersusun rapi juga menggoda kita untuk berhenti, menikmati dan berfoto di
areal ini. Baru kemudian kita akan memasuki wilayah Ujung Genteng yang
bercuaca agak panas karena dekat dengan pantai. Seluruh jalan yang kita lewati
pada dasarnya bagus, namun memang ada beberapa ruas dengan kondisi jalan yang
bolong-bolong adalah wajar adanya. Disarankan untuk kenyamanan perjalanan ini
memang jangan memakai kendaraan sejenis sedan, namun bawalah mobil sejenis
Kijang, Panther atau lebih bagus lagi four wheel drive.
Fasilitas penginapan juga tersedia disini,
diantaranya adalah penginapan Mamas, Pondok Hexa, Pondok Adi dan lain-lain.
Karena terbatasnya penginapan yang ada sebaiknya anda melakukan booking
sebelumnya agar tidak kehabisan tempat menginap. Kebetulan kami semua menginap
di Pondok Adi, sebuah pondok sederhana namun cukup lumayan sebagai penginapan
di wilayah tersebut. Pondok Adi ini terdiri dari beberapa rumah panggung
dengan dua kamar tidur dimana tiap pondok dilengkapi dengan satu kamar
mandi. Pondok tersebut memberikan tarif untuk 24 jam adalah sebesar
Rp.350,000,-. Dengan lokasi berhadapan langsung dengan pantai asyik sekali
kita sambil duduk, ngobrol-ngobrol memandang lautan luas dengan ombak yang
tampak putih dan bergulung-gulung. Untuk makan pihak pengelola akan
menyediakan tukang masak, namun bahan-bahan yang akan kita masak kita harus
bawa sendiri. Karena jauh dari pusat perkotaan didaerah ini tidak banyak
tersedia orang yang berjualan bumbu-bumbu atau sayuran. Namun ada beberapa
warung kecil disekitar pondokan yang menjual kecap, saus, pop mie dan lain
-lain tentunya dengan harga lebih mahal.
Sore hari kita bisa menikmati sunset dibekas
dermaga yang dulu dibangun oleh Jepang sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal
perang. Namun dermaga tersebut sebagian besar hancur karena diterjang oleh
ganasnya ombak laut selatan. Menikmati sunset ditempat ini luar biasa indah,
karena langit dan lautan terbuka dan angin kencang menambah indah dan
romantisnya suasana. Siang harinya juga kita bisa menuju kawasan hutan lindung
yang berlokasi tak jauh dari Pantai sebagai alternatif tempat berwisata sambil
menikmati hutan bakau yang tidak terlalu lebat. Malam hari kita akan menuju
Pantai Pangumbahan untuk melihat penyu yang akan dan sedang bertelur. Untuk
mencapai lokasi ini lumayan jauh dari lokasi penginapan kurang lebih sekitar 4
km. Dalam kondisi cuaca yang cerah untuk mencapai lokasi ini bisa dengan
membawa mobil sejenis kijang, namun dalam kondisi hujan kita harus memakai
motor karena kalau membawa mobil resiko selip sangat besar. Ternyata ditengah
hutan pantai tersebut ada beberapa rumah yang memang dibangun oleh pemerintah
sebagai pos untuk melindungi penyu-penyu yang ada diwilayah tersebut. Penyu
naik kedarat untuk bertelur adalah pada waktu malam hari, karena penyu itu
biasanya sensitif dengan sinar. Ketika kami sampai disana segera mengisi
formulir, karena kami membawa mobil sendiri, sehingga masing-masing mobil
dikenakan biaya Rp 20,000 sebagai biaya kesejahteraan para penjaga penyu.
Setengah jam kemudian pengintipan penyu dimulai, kami semua diminta oleh para
penjaga jangan ribut, menghidupkan rokok dan lampu blitz. Tak lama setelah
kami berdiam diri penjaga memberitahukan kalau sudah ada penyu, langsung saja
kami lari semua menuju penyu tersebut. Bayangan kami penyu itu hanya sebesar
piring atau mangkuk, ternyata penyu itu sangat besar sekali. Panjang penyu itu
kurang lebih 70 cm dan beratnya bisa mencapai 100 kg. Sekali bertelur bisa
mencapai 100 - 200 ekor, telur tersebut sebagian juga dijual dengan harga 2500
- 3000 per butir. Setiap telur itu diamankan oleh petugas, namun beberapa
memang ada yang dijual sebagai kompensasi yang diberikan oleh pihak
berwewenang atas penjagaan wilayah tersebut. dari jumlah 100 telur tersebut
yang menetas kurang lebih 50 % nya, tapi yang tumbuh dewasa dan berpotensi
untuk berkembang biak hanya sekitar 5%. Kenapa ? karena ketika masih kecil ,
penyu-penyu tersebut rawan dimakan pemangsa lainnya dan kena jala para
nelayan.
Sebuah pengalaman pertama melihat penyu berukuran
raksasa, hewan yang dilindungi dari kepunahan. Untuk menjaga hewan ini
tentunya tidak hanya pemerintah, namun kita semua harus ikut melindungi bahkan
berperan aktif didalamnya sebagai upaya untuk menjaga salah satu kekayaan
bangsa kita. Perlu diingat bahwa wisata ke Ujung Genteng adalah lebih condong
kearah wisata ecotourism, dengan keindahan obyek wisata, tapi minim
infrastructure. Ujung Genteng adalah sisi lain dari nuansa kehidupan,
sisi lain sebuah tempat wisata yang layak untuk dikunjungi untuk berakhir
pekan, menambah pengetahuan serta mencari inspirasi kehidupan.
Akhmad Masun