The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Lintas Kerusuhan Maluku No. 3


CRISIS CENTRE DIOCESE OF AMBOINA
Jalan Pattimura 32 – Ambon 97124 – Indonesia
Tel 0062 (0)911 342195 Fax 0062 (0)911 355337
E-mail:
crisiscentre01@hotmail.com

Lintas Kerusuhan Maluku No. 3: Juni 2002

Kemelut politik di Kabupaten Maluku Tenggara

Sudah sejak beberapa bulan yang lalu terjadilah kemelut antara partei-partei politik di Tual, Kabupaten Maluku Tenggara. Pokok persaingan ialah suksesi Bupati dan Wakil Bupati untuk periode 2002-2007. Malah tak terhindarkan jatuhlah korban. Ketika pada tgl. 30 Mei 2002 sekelompok pendukung Heri Kudubun sedang naik KM "Bintang Laut" di Watdek/Tual, mereka diserang oleh pendukung-pendukung Taher Hanubun, mengakibatkan korban jiwa tiga orang, sedangkan yang dilukai delapan orang. Peristiwa tragis ini tiada kaitan dengan konflik Maluku, kecuali bah-wa ini mungkin membuktikan suatu devaluasi penghargaan terhadap hidup sesama manusia. Perutusan beberapa anggota Pemda dan pimpinan Parpol dari Ambon kemudian turut meredakan situasi namun belum menyelesaikannya.

Pemilihan Kabupaten Maluku Tengah

Pada tg. 3 Juni 2002 DPRD Maluku Tengah, bertempat di Masohi, memilih Bupati dan Wakil Bupati untuk periode 2002-2007. Yang terpilih ialah Ir. Abdullah Tuasikal dan Ir. Immanuel Seipalla, keduanya dari partei Golkar.

Kunjungan Wakil Presiden Hamzah Haz ke Ambon

Sejak diangkat menjadi Wakil Presiden, kepada Dr.Hamzah Haz dipercayakan secara khusus penanangan daerah-daerah konflik di Indonesia, termasuk Maluku. Atas undangan "Kelompok Sebelas", yang menyebut diri "Forum Musyawarah Umat Muslim Maluku" (FMUMM), ia datang mengunjungi Ambon pada tgl. 11 Juni 2002. De fakto kunjungan ini dijadikan lebih umum, yakni bukan hanya untuk komunitas Islam, melainkan untuk seluruh masyarakat Maluku, khususnya warga Ambon. Sejak tibanya di Bandar Udara Pattimura (jam 11.45) hingga berangkat lagi pada malam hari, acaranya padat, dan meliputi antara lain kunjungan kepada desa Soya, yang telah diserang pada tgl. 28 April oleh suatu kelompok yang hingga kini belum teridentifikasikan, dan menuntut korban jiwa 12 orang, sedangkan yang terluka 13 orang.

Kemudian diadakan tatap muka dengan berbagai tokoh masyarakat – Islam dan Kristen bersamaan – bertempat di aula Masariku 733. Menyusullah kunjungan kepada Pusat Kesehatan Islam di Kebun Cengkeh dan kepada Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Manshuroh di kawasan Galunggung. Ia pun mengadakan silahturahmi dengan wakil-wakil Umat Islam dan bertemu singkat dengan para pimpinan partei PPP (Partei Persatuan Pembangunan). Akhirnya disaksikannya penyerahan senjata secara suka rela oleh orang-orang Muslim lokal dan Laskar Jihad bertempat di depan Masjid Al-Fatah.

Beberapa pernyataan Wakil Presiden

Selain anjuran untuk berdamai dan ajakan untuk mengimplementasikan Perjanjian Maluku di Malino dll., Hamzah Haz mengutarakan juga beberapa pernyataan yang membingungkan. Pada kesempatan pertemuan massal di Masariku 733 ia menyatakan bahwa Gubernur M.S.Latuconsina akan dipecat dari jabatannya jika lagi terjadi penaikan bendera RMS. Dan pada kesempatan penyerahan senjata di depan Masjid Al-Fatah, ia pun menyatakan bahwa warga Muslim kini sudah menyerahkan persenjataannya, maka jika – mulai sekarang – masih ada bunyi tembakan, maka itu merupakan tembakan RMS.

Ustad Attamimi pun tidak kalah tegasnya. Ia mengingatkan Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Djoko Santoso akan pernyataan pendahulunya Mustopo, bahwa sudah ditemukan empat titik penyimpanan senjata FKM/RMS. Maka ia mengancam akan melakukan aksi terhadap komunitas kristen jika dalam jangka waktu satu minggu Djoko tidak membuat sweeping terhadap empat gudang senjata itu.

Tim Penyelidik independen

Pemerintah Pusat telah membentuk sebuah tim terdiri atas 14 anggota untuk membuat penyelidik-an terhadap konflik yang sudah selama 3½ tahun melanda Maluku dan Maluku Utara. Tim ini diberi nama "Tim Penyelidik Independen Nasional" (TPIN) Kasus-kasus yang terutama akan menjadi sasaran investigasi ialah: (1) insiden tgl.19 Januari 1999 (awal konflik); (2) kasus RMS; (3) kasus RMS Kristen; (4) kasus Laskar Kristus; (5) FKM (Front Kedaulatan Maluku); (6) kasus Laskar Jihad; (7) laporan-laporan tentang peralihan agama secara paksa; (8) laporan-laporan tentang pelanggaran hak-hak asazi manusia; (9) kejahatan-kejahatan lain dalam konteks konflik Maluku.

Tak heran – malah sebelum Tim ini mulai kegiatannya – ada kritik dari berbagai pihak. Baik DPRD Maluku maupun Tim Advokasi Penyelesaian Kasus Ambon (TAPAK) menyangsikan efectivitasnya, antara lain karena agaknya fokus perhatian secara eksklusif mau diarahkan kepada konflik horisontal Kristen-Muslim, sedangkan berbagai pengaruh dari luar Maluku rupanya tidak akan mendapat perhatian. Jelaslah yang sangat berperan dalam konflik ini ialah Laskar Jihad dan orang Muslim non-Maluku lain, juga orang FKM/RMS dari luar, tak lupa pemerintah sendiri dan khusunya TNI. Tokoh Muslim Mohammad Attamimi menanyakan diri apakah tim ini akan sungguh "independen", sedang tokoh Angkatan Muda GPM John Ruhulessin menyangsikan netralitasnya. Akan tetapi ketua DPRD Kota Ambon Drs. Lucky Wattimury lebih optimis dan mengajak semua pihak untuk memberi kepercayaan kepada tim ini.

Situasi di kota Ambon dan di Maluku Utara

Situasi di kota Ambon akhir-akhir ini makin kondusif. Jalan yang melintasi Galunggung sudah makin sering dilewati oleh orang Kristen, dan orang Tulehu tidak takut lagi melintasi Passo. Juga jalan di Pohon Mangga, di ujung Barat kota Ambon, kini terbuka untuk semua lalu lintas. Namun belum ada banyak orang Muslim dari Pohon Mangga yang berani naik mobil melintasi OSM dan Batugantung. Beberapa barikade permanen kini sudah dibongkar. Dengan hati-hati kedua pihak mulai bergaul kembali satu sama lain. Jelaslah masyarakat Ambon sudah jenuh akan segala pertikaian.

Di Maluku Utara keadaan tetap kondusif dan makin banyak pengungsi kembali ke tempatnya. Tentang pengembalian pengungsi diorganisir suatu pertemuan oleh Lembaga Mitra Lingkungan, dibantu oleh USAID-OTI. Pertemuan yang berlangsung tgl. 18 sampai 21 Juni itu dihadiri oleh para pemerintahan Maluku Utara dan Sulawesi Utara dan LSM-LSM nasional dan internasional. Akan tetapi caretaking Gubernur Maluku Utara Harry Sinyo Sarundayang pada kesempatan suatu upacara militer pada tgl. 19 Juni memperingatkan orang supaya harus tetap was-was terhadap orang-orang provokator yang mau menyalahgunakan agama untuk memicu konflik dan menghalangi proses rekonsiliasi.

C.J.Böhm msc, Crisis Centre Keuskupan Amboina
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/unpatti67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044