KOMPAS, Rabu, 03 Juli 2002
KSAD: Bom Cijantung Terkait Daerah Konflik
Bandung, Kompas - Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KSAD)
Jenderal Ryamizard Ryacudu mengatakan, aksi peledakan bom di Graha Cijantung,
Jakarta, dilakukan oleh kelompok yang terlibat dalam daerah konflik. Meski-pun
KSAD menolak menyebutkan daerah konflik mana yang dimaksud, ia menegaskan
bahwa Angkatan Darat akan menyikat habis kelompok tersebut.
Pernyataan tersebut dilontarkan Ryamizard kepada wartawan usai membuka Rapat
Pembinaan Teknis Kecabangan (Rabiniscab) di Pusat Kesenjataan Infanteri
(Pussenif), Bandung, Selasa (2/7). "Hasil analisa kami menunjukkan, pengeboman itu
ada kaitan dengan daerah-daerah konflik. Kami sudah tahu daerah konflik mana yang
terkait, tetapi biar polisi dulu yang bergerak," ujar Ryamizard, yang mengaku malam
itu masih berada di kantor saat dilapori Komandan Jenderal Komando Pasukan
Khusus TNI AD (Kopassus) Mayjen Amirul Isnaini tentang peristiwa peledakan bom
itu.
Ryamizard bersikeras, peledakan bom itu bukan bagian dari aksi teror internasional.
"Dari dulu saya katakan, kalau Al Qaeda dan terorisme internasional belum ada, tapi
yang begini ini jelas teror. Pengeboman di perkotaan itu jelas teror dan harus disikat
habis pelakunya," tegas Ryamizard.
Indikasi bahwa peledakan bom itu sebenarnya ditujukan pada institusi Angkatan
Darat dibenarkan Mayjen Amirul Isnaini. Ia mengatakan, teror lewat telepon telah
terjadi menjelang hari ulang tahun (HUT) Kopassus. "Beberapa waktu sebelumnya
memang pernah ada ancaman lewat telepon, mungkin karena mereka merasa
kesulitan menembus penjagaan Markas Kopassus, sasaran dialihkan ke luar," kata
Amirul.
Amirul juga membenarkan bahwa yayasan di bawah Kopassus memiliki saham di
pusat perbelanjaan tersebut. "Ada penyertaan modal sebesar Rp 53 milyar," ujar
Amirul.
Meskipun telah ada indikasi Kopassus menjadi target aksi teror dari kelompok
tertentu, Raymizard mengatakan, tidak ada pembentukan tim khusus untuk
mengantisipasi aksi lanjutan. Ketika ditanya apakah sudah ada perintah siaga I,
Ryamizard mengatakan, "Itu kan cuma untuk nakut-nakuti. Kalau rakyat, kasihan
ditakut-takuti. Kalau tentara ya... enggak takut dong. Masak gitu aja takut!"
Di Jakarta, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Susilo
Bambang Yudhoyono, Sela-sa, menyatakan, terjadinya ledakan di Graha Cijantung,
Jakarta Timur, Senin, dan di beberapa tempat pekan lalu menunjukkan masih adanya
kelompok dalam masyarakat yang tidak menginginkan terciptanya ketenteraman.
"Untuk itu, kita tidak boleh hanya mengandalkan polisi. Jika semua itu kita harapkan
dari polisi untuk mengatasinya, kuantitasnya tidak memungkinkan," kata Menko
Polkam, usai mendampingi Presiden Megawati Soekarnoputri menerima Presiden
Republik Demokratik Timor Timur Xanana Gusmao di Istana Merdeka, Jakarta,
Selasa.
Yudhoyono mengatakan, sejak pekan lalu, ia sudah mengingatkan berkali-kali agar
semua lapisan masyarakat-mulai gubernur hingga tingkat RT-bekerja keras dan
mewaspadai kemungkinan terjadinya gangguan seperti itu.
Belum ada tersangka
Sementara itu, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Makbul Padmanegara
hari Selasa menjelaskan, tim penyelidiknya sudah memeriksa 15 saksi kasus
peledakan bom di Mal Cijantung dan belum ada seorang pun dinyatakan sebagai
tersangka.
Makbul menegaskan, ledakan itu bersumber dari bahan peledak mercon.
Ledakannya, ujar Kepala Polda, dapat membobol dinding bangunan, lebih disebabkan
karena mercon tersebut dalam jumlah besar dan diledakkan di tempat relatif tertutup.
Secara terpisah Kepala Dinas Penerangan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Anton
Bachrul Alam menjelaskan, di lokasi ledakan, selain teridentifikasi zat kimia sulfur
dan potasium, ditemukan juga kaleng. "Kami menduga, kaleng ini adalah
kemasannya. Namun, tetap tidak ditemukan benda-benda yang diduga berasal dari
timer atau detonator," katanya. Sedangkan mengenai para delapan korban, Anton
menegaskan, mereka seluruhnya adalah pengunjung pusat perbelanjaan itu.
Berkaitan dengan kasus temuan-temuan bungkusan atau tas yang mencurigakan di
berbagai lokasi di Jakarta belakangan ini, Makbul mengimbau agar media massa
menginformasikan kasus itu lebih obyektif sehingga tidak makin menyulut keresahan
masyarakat. Ia membenarkan, bentuk kasus temuan-temuan bungkusan yang
mencurigakan tidak lain adalah bentuk teror ke masyarakat.
"Kerap terjadi wartawan memberitakan ditemukan bungkusan yang dicurigai,
langsung dinyatakan kemungkinan bom. Cilaka kita. Padahal isinya buku, sarung.
Sebab itu, kami mengimbau agar media massa memuatnya secara obyektif sehingga
tidak membuat masyarakat menjadi lebih resah," katanya. (RTS/M05/Antara)
Copyright © 2002 PT. Kompas Cyber Media
|