KOMPAS, Selasa, 18 Juni 2002
Tim Penyelidik Maluku Berusaha Independen
Jakarta, Kompas - Tim Penyelidik Independen Nasional untuk Konflik Maluku akan
berupaya untuk tetap independen dalam menjalankan tugasnya. Mereka kini tengah
berkonsentrasi menyusun metodologi dan rencana kerja, serta berusaha secepat
mungkin secara riil berada di lapangan. Ketua Tim Penyelidik Independen Nasional
untuk Konflik Maluku I Wayan Karya mengemukakan hal itu usai rapat Tim Penyelidik
di Kantor Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) di
Jakarta, Senin (17/6). Hadir dalam rapat tersebut, Menko Polkam Susilo Bambang
Yudhoyono, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Jusuf
Kalla, dan Kepala Kepolisian RI (Polri) Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar.
I Wayan Karya mengemukakan, dalam rapat tersebut Menko Polkam telah
memberikan latar belakang penugasan tim dan secara rinci memberi petunjuk tentang
apa saja yang harus dilaksanakan. Menko Kesra pun memberikan masukan agar
sebelum tim merumuskan rencana kerja, sudah mengacu pada masukan yang
berkaitan dengan kesejahteraan rakyat-baik sebelum ataupun setelah perjanjian
Malino II. Sementara itu, Kepala Polri memberi masukan dari aspek penegakan
hukum mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami oleh jajaran hukum.
"Ini semua data awal yang sangat diperlukan sehingga penugasan yang diberikan
kepada tim tidak lagi berawal dari nol," kata I Wayan Karya.
Hari Selasa ini Tim Penyelidik akan mengadakan rapat untuk melakukan
brainstorming mengenai metode apa yang kiranya tepat untuk penyelidikan di
Maluku. Tim Penyelidik diberi waktu hingga 24 Juni 2002 untuk menyusun rencana
kerja. "Kapan dilantik, kami belum tahu. Tapi, kami mempersiapkan diri untuk terjun
ke lapangan," ucap I Wayan Karya.
Ditanya wartawan, mulai dari mana Tim Penyelidik akan bekerja, I Wayan Karya
menjawab, jika melihat bentangan kasus di Maluku mulai dari 19 April 1999 hingga
sekarang, tentunya banyak sekali kasus yang telah terjadi. Kalau digarap tentunya
akan memakan waktu yang lama. Namun yang jelas, Tim Penyelidik akan
berkonsentrasi pada sembilan item yang menjadi target.
Sembilan item itu adalah menyelidiki peristiwa 19 Januari 1999, isu tentang Republik
Maluku Selatan (RMS), isu tentang Kristen RMS, isu tentang Laskar Kristus, isu
tentang Fron Kedaulatan Maluku, isu tentang Laskar Jihad, isu tentang pengalihan
agama secara paksa, isu tentang pelanggaran hak asasi manusia, dan isu tentang
pelanggaran hukum di Maluku.
Kondisi keamanan di Ambon dan Maluku Tengah, Provinsi Maluku, sendiri
dikabarkan makin membaik. Sejumlah barikade yang memisahkan wilayah
permukiman Muslim dan Kristen di Pulau Ambon mulai dibuka, sweeping dan
penyerahan senjata terus dilakukan. Berkaitan dengan kondisi yang makin membaik,
Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kodam) XVI/Pattimura Mayor Herry
Suhardi, kemarin, mengingatkan agar warga yang masih menguasai senjata untuk
segera menyerahkan senjata sebelum batas waktu penyerahan tanggal 30 Juni,
karena setelah itu aparat akan mengambil tindakan hukum kepada siapa saja yang
terbukti membawa dan menyimpan senjata.
Jalan Pohon Mangga yang berada di wilayah permukiman Muslim sejak Sabtu pekan
lalu mulai dibuka untuk angkutan umum. Jalan sepanjang sekitar 125 meter yang
berada di wilayah komunitas Muslim beberapa kali ditutup dengan barikade.
Aparat militer saat ini juga tengah melakukan pembersihan ranjau, bekas
pohon-pohon tumbang di ruas jalan di Tial, Desa Suli. Wilayah ini ditutup untuk
semua jenis kendaraan dalam tiga tahun terakhir. "Aparat tengah melakukan
pembersihan ranjau-ranjau yang ada di ruas jalan tersebut. Mudah-mudahan dalam
waktu dekat akses jalan di situ bisa dilewati," tutur Herry.
Barikade yang ada di Batumerah dan Galunggung saat ini juga telah dibuka. Dari
Kota Ambon, masyarakat bisa menuju Desa Galala, namun jalan tersebut belum
dibuka untuk kendaraan umum. Dari Kota Ambon warga harus menggunakan mobil
omprengan berpelat nomor hitam dengan biaya Rp 5.000 untuk sekali jalan, meski
tarif resmi angkutan umum hanya sekitar Rp 1.000.
Dengan dibukanya akses jalan tersebut, kawasan wisata di Latu Halat, Pintu Kota,
dan Natsepa mulai ramai dikunjungi masyarakat tiap akhir pekan. Aparat keamanan
masih berjaga-jaga di pintu ruas jalan yang kini dibuka untuk kedua komunitas.
(lok/wis)
Copyright © 2002 PT. Kompas Cyber Media
|