KOMPAS, Rabu, 22 Mei 2002, 14:17 WIB
Berita Utama
Alex Manuputty: FKM Bukan Separatis
Jakarta, KCM
[Photo: Dok Kompas/alif ichwan]
Ketua Fron Kedaulatan Maluku (FKM) Alexander Manuputty membantah tudingan
pemerintah bahwa FKM merupakan gerakan separatis yang hendak melakukan
makar pada kekuasaan pemerintahan yang sah.
Kepada KCM, Selasa (21/05) malam, Manuputty menjelaskan bahwa yang dilakukan
FKM adalah gerakan moral. Termasuk di dalamnya adalah upaya mengkaji
permasalahan-permasalahan di Maluku secara ilmiah.
"Republik Maluku Selatan bukanlah seperti tudingan pemerintah. Kami sudah
merdeka pada tahun 1950. Itulah yang ingin kami tuntut agar pemerintah
mengakuinya, karena itu bagian dari sejarah yang riil dan selama ini selalu ditutupi.
Apakah itu yang dimaksud makar?" ujar Manuputty.
Berikut sedikit penuturan tenang dari laki-laki kelahiran 10 September 1947 ini, yang
juga masih menjabat Kepala Unit Transfusi Darah PMI Cabang Ambon,ketika
dihubungi wartawan KCM Lily Bertha Kartika, di tahanan satuan Provost Mabes Polri,
Selasa (21/05) malam.
Bagaimana kondisi anda sampai malam ini?
Baik-baik saja. Sehat.
Masih ada pemeriksaan lagi?
Tidak ada, kemarin pemeriksaan terakhir. Sampai saat ini belum ada
pemeriksaan lagi. Tapi saya katakan sekali lagi bahwa saya tidak bersalah.
Penangkapan anda di Maluku sendiri bagaimana itu ceritanya?
Saya melihat yang terjadi pada saya ini bagian dari suatu sistem penculikan.
Semuanya terjadi tiba-tiba. Lebih tidak masuk akal lagi, saya ditangkap
seminggu sebelumnya (pengibaran bendera RMS tanggal 24 April 2002-red).
Saya digerebek di rumah saya itu tanggal 17 April oleh satu batalyon.
Beberapa bagian dari rumah saya rusak.
Kok tidak protes? Apa tidak ada surat penggeledahan?
Ada surat penggeledahannya, tapi tetap tidak masuk akal. Memangnya apa
yang saya lakukan? ketika mau dipindah ke Jakarta saja juga saya tidak
diberi tahu sebelumnya. Pertamanya, saya dibilang, "Ayolah jalan-jalan, mau
ada tamu. Pokoknya kita putar-putar sekitar Ambon saja." Tidak tahunya
dibawa ke Jakarta.
Tapi apa FKM memang berniat melakukan makar seperti yang dikatakan
pemerintah?
Saya tidak mengerti bagaimana mereka bisa menuduh begitu. Selama ini
yang kami lakukan adalah perjuangan moral, bukan gerakan bersenjata.
Kami ini bukan gerakan separatis seperti yang selalu didengungkan
pemerintah.
Mungkin karena pemerintah belum mengerti bahwa FKM adalah gerakan moral.
Kenapa tidak mencoba berdialog?
Kami melihat pemerintah yang sekarang tidak punya niat dan tidak ingin
berdialog. Kami ini generasi baru yang lalu mengkaji sejarah dan melihat
betapa selama ini Maluku diperlakukan seperti hewan dan hanya menjadi
korban kejahatan negara. Kami melakukan kajian ilmiah dan akhirnya
mengetahui bahwa Republik Maluku Selatan bukanlah seperti tudingan
pemerintah.
Kami sudah merdeka pada tahun 1950. Itulah yang ingin kami tuntut agar
pemerintah mengakuinya, karena itu bagian dari sejarah yang riil dan
selama ini selalu ditutupi. Apakah itu yang dimaksud makar?
Sebelumnya anda pernah ditangkap dengan tuduhan yang sama toh?
Ya. Tapi saya melihat ada perbedaan cara pandang antara pemerintahan Gus
Dur dengan Megawati. Gus Dur dulu sangat memahami posisi kami. Saya
melihat, dia (Gus Dur) mengerti sekali. Sementara pemerintahan Megawati
malah terlihat memberi peluang pada TNI, membentuk kekuasaan gaya baru.
Mega sudah lupa dengan komitmen reformasi yang dulu didengungkan di
depan rakyat.
Banyak pihak menduga, ditangkapnya anda dan Ja’far dalam kasus Maluku hanya
sekedar pengalihan saja, kambing hitam yang dicari-cari pemerintah. Menurut anda
bagaimana?
Ada benarnya yang anda bilang itu. Tapi kalau bicara kondisi riil Maluku,
sebenarnya justru Laskar Jihad yang memperparah kondisi di sana. Banyak
warga muslim asli Maluku yang hidup dalam keadaan tertekan.
Maksudnya?
Mereka tertekan, takut. Saya sering berdialog dengan warga disana. Mereka
sering datang ke tempat saya dan kami memang mengkaji masalah-masalah
itu secara menyeluruh. Dan mereka (warga muslim asli Maluku-red)
mengeluh tertekan dengan keberadaan Laskar Jihad dan juga pihak-pihak
yang tidak berkepentingan.
Sebenarnya, rakyat Maluku sudah lelah dan sudah lama ingin ada
pembicaraan damai. Rakyat Maluku sudah lama ingin keadaan yang damai
dan tenang tanpa pertikaian.
Saat ini, bagaimana cara paling efektif mencapai perdamaian di Maluku menurut
anda?
Hanya dengan dialog. Itu yang paling baik. Dalam hal ini, dialog itu paling
baik dilakukan dengan menggunakan PBB sebagai mediator. Sebab ini
sudah harus dilihat sebagai permasalahan internasional. Anda pasti tahu
bahwa pemerintah di negara-negara yang anti kekerasan seperti Uni Eropa
juga menempuh upaya dialog dan tentu mereka mempunyai perhatian
terhadap masalah-masalah disini. Tapi seperti yang kita lihat, pemerintah
hanya sekedar memberikan lips service.
Anda dipindah ke sini dengan alasan keamanan. Katanya, kalau anda disidangkan di
Maluku, kondisi disana bisa bergolak lagi. Betulkah?
Kata siapa itu? Itu kan hal yang tidak masuk akal. Tidak akan ada pergolakan
hanya karena saya disidangkan disana. Itu bohong. Tapi, terserah saja saya
mau disidangkan di mana, buat saya sama saja.
Anda kelihatan tenang-tenang saja. Apa sudah pasrah?
Bukan pasrah, tapi seharusnya pemerintah mau berdialog dan melihat segala
sesuatu secara terbuka dan proporsional.
Berapa sebenarnya massa riil FKM?
Yang jelas, kami punya banyak perwakilan di luar negeri. Di Maluku sendiri,
ada 1800 bendera kami yang sudah berkibar di sepanjang Maluku sampai
Maluku Tenggara.
Oleh Mabes Polri sendiri anda diperlakukan seperti apa?
Cukup baik. Sejauh ini tidak masalah. (prim)
Copyright © 2002 PT. Kompas Cyber Media
|