The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Penyelesaian Konflik Ambon Berikan Pengalaman Berharga


KOMPAS, Senin, 27 Mei 2002, 3:01 WIB

TAJUK RENCANA

Penyelesaian Konflik Ambon Berikan Pengalaman Berharga

APAKAH pengalaman berharga itu? Menangani dan menyelesaikan konflik komunal janganlah setengah-setengah. Mengetahui benar masalahnya dari segala segi, mendekatinya secara tepat dan sampai tuntas, dalam arti benar-benar selesai.

Pemerintah entah lamban atau setengah-setengah atau tidak berfokus. Akan tetapi, akhirnya pemerintah meskipun bisa dilakukan lebih dulu, toh, akhirnya mengambil kebijakan dan tindakan yang diperlukan, dan karena itu harus diambil.

Langkah terbaru yang diambil adalah membentuk kesatuan komando yang akan dipimpin oleh seorang perwira tinggi berbintang dua. Tindakan itu diputuskan oleh Pemerintah Darurat Sipil Pusat, di antaranya karena terjadinya bentrokan dan salah paham di antara sesama personalia keamanan.

LATAR belakangnya lebih jauh, yakni bahwa jenis, sosok, serta kondisi konflik di Ambon memerlukan tindakan dan pendekatan serba komprehensif. Malino II membenahi masyarakat komunal yang terlibat konflik. Mereka sepakat mengakhiri konflik, berdamai, dan berekonsiliasi.

Langkah terhadap suprastruktur, yakni pemerintah di Ambon serta perangkatnya termasuk atau terutama perangkat keamanan, juga harus diambil. Dan, itulah arti keputusan Pemerintah Darurat Sipil Pusat yang di antaranya membentuk kesatuan komando.

Terdengar suara pula bahwa sosok dan perangkat Pemerintah Darurat Sipil Daerah perlu pula diberi perhatian. Perlu pula dikaji, seberapa jauh, mereka merupakan aset atau liabilitas, faktor positif atau faktor negatif.

Tentu saja, harus bijak, tulus, melulu oleh pertimbangan yang positif. Memperhatikan pula agenda dan periode pemerintah Gubernur. Tetapi, sebagai pendekatan komprehensif, tidak ada salahnya, bahkan sebaiknya, semua faktor yang berperanan dinilai dan dipertimbangkan.

TIDAKLAH cukup, jika Pemerintah Darurat Sipil Pusat hanya mengambil keputusan, yang mempertimbangkan semua segi dan karena itu komprehensif. Amatlah menentukan pelaksanaannya di lapangan secara konsisten, secara efektif, secara bijak.

Mengikuti secara cermat, memonitor, mengawasi, dan mengoreksi agar dilakukan sebagai tindak lanjut diambilnya keputusan-keputusan strategis.

Monitoring lebih-lebih lagi diperlukan karena lembaga dan perangkat berada dalam kondisi transisi. Transisi dalam reformasi prodemokrasi dan kebebasan, membuka dan melepas beragam aspirasi serta kekuatan masyarakat. Bukan saja ikut bicara, tetapi juga ikut menjadi pelaku dan partisipan.

Namun, baik dalam keadaan normal, apalagi dalam kondisi transisi, garis dan benang merah pemerintah serta proses pemerintahannya harus tetap ada, jelas serta berfungsi efektif.

MALINO II melibatkan masyarakat komunal yang terlibat konflik. Karena konflik itu komunal, yakni bersosok SARA, kecuali emosional dan mudah bereskalasi, juga mudah mengundang dukungan, partisipasi, dan campur tangan dari luar.

Campur tangan dari luar, bisa positif dan konstruktif, tetapi mudah pula berdampak negatif terhadap proses penyelesaian konflik. Sebab, pada mulanya, masuk akal, jika amat partisan dan emosional.

Kemungkinan itu juga dilihat, dideteksi, dan ditangani oleh pemerintah. Dengan mengacu kepada hukum dan disertai sikap bijak, faktor-faktor dari luar, dari pihak mana pun, diajak untuk tidak memperpanjang konflik dan membuat air bertambah keruh. Di antaranya diminta menarik keluar para aktivisnya dari Ambon.

KESEPAKATAN Malino II itu sendiri, dihargai dan ditunjang oleh banyak pihak, karena melibatkan komunitas yang terlibat konflik, lewat dan diwakili oleh para pemimpin dan pemukanya.

Semua pihak, semua komunitas yang terlibat konflik komunal itulah, basis pencarian solusi. Dari kesepakatan Malino yang difasilitatori pemerintah, semua pihak yang terlibat konflik, sepakat untuk mengakhiri konflik. Bahkan, sudah lelah dan mendambakan perdamaian serta rekonsiliasi.

Komitmen dan peranan komunitas-komunitas itu tidak boleh berhenti atau surut. Mereka harus waspada karena merusak lebih mudah dari membangun. Memercikkan api lebih lancar dari memadamkannya.

Kelompok dan komunitas basis itu menentukan berhasil tidaknya kesepakatan Malino II. Dialog, komunikasi, kesediaan, dan kemauan setiap kali mencegah berulangnya konflik dicegah.

KITA pernah terkesima oleh gerakan damai Kelompok Perempuan Ambon dari semua komunitas, Muslim dan Kristen. Yah, memang itulah cara yang juga secara simultan harus dilakukan dan diusahakan.

Harus semakin luas, kokoh, dan efektif hadirnya sosok dan kekuatan-kekuatan warga yang komitmennya bukanlah konflik atau dikotomi, bukan pula mempertajam perbedaan dan konflik antara mereka dan kami.

Kekuatan kelompok warga, populer pula disebut sebagai kelompok civil society , berperan membangun masyarakat yang toleran, berkemanusiaan, bersosok kita bersama-bukan kami dan mereka-serta memperluas ruang tempat dan gerak untuk komitmen kebersamaan, komitmen kerukunan, damai, serta rekonsiliasi.

SEMUA perangkat pemerintah terlibat dalam koordinasi serta kebijakan yang satu, konsisten, bijak, efektif. Publik, masyarakat, baik komunitas yang komunal maupun komunitas yang inklusif, ikut serta berperan. Mudah-mudahan.

Copyright © 2002 PT. Kompas Cyber Media
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/unpatti67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044