MASARIKU NETWORK - TOBELO UPDATE
Report Tobelo, Juli 2002
Kembalinya pengungsi muslim ke Tobelo rupanya tidak diiringi dengan semangat
perdamaian dan rasa itikad yang baik. Ketegangan-ketegangan terus bermunculan
dengan banyaknya ulah para pengungsi muslim.
Warga kristen di desa Gamsungi, Makete, Duma, Mamuya, Ruko dan desa-desa
kristen lainnya, di sekitarnya, mengalami kerugian besar karena kebun – kebun
mereka yang ditananmi Pala, Cengkeh, Pisang, Cokelat dan lain-lain di jarah lalu di
tebangi menjelang kepulangan pengungsi warga kristen namun berita ini diputar balik
dengan menuduh bahwa pohon-pohon merekalah yang ditebangi.
Upaya memasukkan berbagai senjata api ke Tobelo juga terus diupayakan pihak
muslim karena memang mereka mempunyai program dan target untuk menyerang
dan menguasai Tobelo. Berikut ini data-data lengkap perkembangan yang terjadi di
Tobelo.
1. Tanggal 29 April 2002 ditangkkap satu warga muslim Gorua yang menjual senjata
rakitan di desa muslim Mede.
2. Tanggal 9 Juni 2002 sekitar Pk. 03.00 wit. terjadi letusan senjata api satu kali
didesa Popilo yang dihuni pengungsi muslim.
3. Tanggal 29 Juni 2002 Pk. 10.00 wit. terjadi lagi satu kali letusan senjata api di
kebun kelapa belakang desa Popilo.
4. Tanggal 5 Juli 2002 sekitar Pk. 04.30 wit. terjadi ledakan bom satu kali disusul
letusan senjata api rakitan satu kali di belakang desa Mede yang juga di huni
pengungsi muslim. Sekitar Pk. 05.30 wit. kembali terjadi ledakan bom disusul dengan
letusan senjata api rakitan. Akibat peristiwa itu masyarakat sekitar desa Mede,
Popilo, Gorua, dan sekitarnya menjadi panik hingga ada yang membunyikan tiang
listrik dan membawa parang dan alat-alat senjata tajam lainnya, sebagian Ibu-ibu dan
anak-anak baik kristen maupun muslim mengungsi ke Tobelo Kota, desa Ruko,
Galela dan Ternate. Bersamaan dengan itu beredar issu dikalangan kristen bahwa !
ada puluhan kapal pasukan jihad sedang berlayar dari Ternate ke Tobelo untuk
menyerang warga kristen sedangkan dikalangan muslim juga beredar issu bahwa
pasukan kristen segera akan menyerang warga muslim. Hal ini membuat masyarakat
menjadi tambah panik. Sehingga dua komunitas setempat sempat saling bersiaga,
namun anehnya di lokasi ada sekitar 30 orang pasukan Zipur V/512 dari Malang,
Jawa Timur, mereka hanya diam saja sehingga sempat ditegur oleh sekitar 9 orang
pasukan Marinir yang berhasil menenangkan masyarakat dan mengamankan lokasi.
Pasukan Zipur V- 512 Brawijaya inilah yang ditolak kehadirannya oleh masyarakat
karena kelakuannya yang berpihak dan selalu membantu pasukan jihad baik di
Tobelo, Galela, maupun di Ambon.
Sekitar Pk. 08.00 wit. Danramil Tobelo, Alexander Norotumilona yang didampingi
Danki Kompi C 732 Banau dan Danton Marinir bersama 8 orang anggotanya
mengumpulkan masyarakat desa Popilo sekaligus mengidentifikasi masyarakat
muslim Popilo asli dan bukan asli Popilo. Selanjutnya di desa Gorua dilakukan hal
yang sama akhirnya di temukan sebanyak 21 orang bukan asli Popilo dan 10 orang
bukan asli desa Gorua. Berikut data-data mereka :
I. Di Popilo :
1. Angda Arsyad (Adam) Orang Bugis, alamat Mangga Dua Ternate
2. Utin Marajabessy asal Gosoma, Tobelo
3. Sukardi Marsaoli asal Gosoma, Tobelo
4. Iwan Daga asal Kampung Baru, Tobelo (PLN).
5. Iwan Marsaoli asal Gosoma, Tobelo
6. Irvan Ismail asal Gosoma, Tobelo
7. Madi Kimbolu asal Gosoma, Tobelo
8. Ikram Marengke asal Jalan Baru, Tobelo
9. Lasman Marengke asal Jalan Baru, Tobelo
10. Ikram Ludi asal Togoliua, Tobelo
11. Mahmud Songa asal Jalan Baru, Tobelo
12. Budi Hasan asal Gosoma, Tobelo
13. Dani Marajabessy asal Gosoma, Tobelo
14. Lukman Timbolu asal Gosoma, Tobelo
15. Wan Momulati asal Gura, Tobelo
16. Alitoufan Ali asal Jalan Baru, Tobelo
17. Bilal Nabiu asal Jalan Baru, Tobelo
18. Ucu Ladisi asal Kampung Baru, Tobelo
19. Mustakim Saleh asal Gosoma, Tobelo
20. Muis Marajabessy asal Gosoma, Tobelo
21. Mahruf Timbolu asal Gosoma, Tobelo
II. Di Gorua :
1. Dapin Haji Kadir asal Kampung Baru, Tobelo
2. Korai Dolahe asal Kampung Baru, Tobelo
3. Edi Tepiori asal Jalan Baru, Tobelo
4. Sidik Bicoli asal Jalan Baru, Tobelo
5. Risno Daga asal Kampung Baru, Tobelo
6. Muhammad Aziz asal Kampung Baru, Tobelo
7. Osep asal Kampung Baru, Tobelo
8. Baim asal Kampung Baru, Tobelo
9. asal Jalan Baru, Tobelo
10. asal Jalan Baru, Tobelo
5. Tanggal 8 Juli 2002 sekitar Pk. 23.00 wit.terjadi lagi peledakan bom didesa Gorua
yang dihuni pengungsi muslim.
6. Tanggal 9 Juli 2002 sekitar Pk.09.30 wit. Aparat keamanan dari kesatuan Marinir (8
personil), Kompi C 732 Banau (20 personil), Polsek (12 personil), Koramil (12
personil). Mengadakan sweeping di pemukiman pengungsi muslim desa Gorua yang
baru datang dari Ternate. Dan ternyata ditemukan :
1. Senjata Laras Panjang 28 pucuk dengan 400 butir pelurunya
2. Senjata 12,7. 2 pucuk
3. Magazen dengan peluru M-16, 1 buah
4. Senjata SS1, 3 buah dengan peluru dalam magazennya
5. Peluru 12,7. 98 butir
6. Senjata Geren 7,62 . Dengan pelurunya 169 butir
7. Peluru M-16, 135 butir
8. Senjata M-16,4 – (kemungkinan senjata berat untuk serangan udara)10 buah
dengan pelurunya)
9. Bom rakitan 121 buah
10. Granat Standar Militer 4 buah
11. Detonator 73 buah
12. 3 orang ditahan, kedapatan membawa senjata api.
7. Tanggal 7 Juli 2002 sekitar Pk. 17.00 wit. Kesatuan TNI Zipur V- 512 Brawijaya
menempati Pos Gorua, Togoliua dan Tolonuo dan sebagian Galela.
8. Tanggal 9 Juli 2002 sekitar Pk. 23.00 wit. Terjadi lagi peledakan bom di desa
Gorua.
9. Tanggal 11 Juli 2002 sekitar Pk. 04.00 – 05.00 wit. Berhasil di monitor lewat HT
(Handy Talk) pembicaraan antara warga muslim desa Gorua dan warga muslim desa
Tolonuo tentang strategi penyerangan ke pemukiman kristen di desa Gorua dan
sekitarnya.
Pada Pk. 06.00 wit. Massa muslim serentak melakukan penyerangan dengan
memekikkan "Allahu Akbar" sambil meledakkan bom dan melepaskan tembakan
senjata secara beruntun dari arah timur dan barat pemukiman kristen di desa Gorua.
Sementara di desa Ruko yang mayoritas kristen juga di serang dari arah selatan
posisi jembatan Mede dan juga dari arah Utara, pihak muslim dari desa Luari
melepaskan tembakan dengan gencar diiringi dengan peledakan bom secara beruntun
yang dilemparkan ke arah pemukiman kristen.
Saksi mata, Fredrik Nusa (52) asal desa Ruko mengatakan bahwa dalam
penyerangan tersebut massa muslim menggunakan senjata berat 12,7 yang
ditembaki dari arah jembatan Mede ke desa Ruko. Empat orang mengangkat senjata
lalu menembakkannya. Kami hanya berlindung di batu-batu dan sebagian tiarap
diparit-parit. Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena hanya memegang parang jelas
Fredrik yang hari itu juga mengungsi ke Tobelo.
Saksi mata lainnya dari desa Mamuya, menjelaskan ada dua kali peledakan bom di
desa muslim kemudian di ikuti peledakan bom berikutnya yang dilakukan warga
muslim dari desa Luari
Pada saat yang bersamaan ada dua perahu motor yang di tumpangi pasukan jihad
mendekati desa Wari yang dihuni warga kristen, kemudian melepaskan tembakan ke
pemukiman kristen.
Pk. 10.00 wit. Situasi dapat dikendalikan oleh TNI – POLRI gabungan dari kesatuan
Marinir, Kompi C 732 banau, Koramil, Polsek dan Zipur V-512 Brawijaya. Kendati
demikian dampak dari penyerangan tersebut mengakibatkan :
* Lima rumah warga kristen termasuk barak yang di tempati pengungsi kristen Gorua
di rusak dan sebagian dibakar sementara barang-barang dijarah.
* Warga kristen dari desa Gorua, Wari, dan Mede yang sebagian besar Ibu-ibu dan
anak-anak mengungsi ke Tobelo dan Ruko. Sebanyak 54 KK/210 jiwa warga kristen
di desa Tolonuo juga mengungsi ke Tobelo.
* Pada kejadian ini tidak ada korban jiwa di pihak kristen dan juga tidak ada
pembalasan dari warga kristen.
* Aparat keamanan keamanan kembali melakukan sweeping didaerah-daerah muslim
tersebut dan berhasil disita :
1. Senjata 12,7. (3 pucuk)
2. Pistol 3 pucuk
3. Granat Standar Militer 6 buah
4. Peluru 12,7 . (104 butir)
5. Senjata M-16 – 1 pucuk dengan pelurunya 32 butir
6. Bom 33 buah
7. Tombak 3 buah
8. Panah 14 buah
9. Senapan angin 1 buah
10. Senjata laras panjang 9 pucuk
11. 1 buah Radio Komunikasi 2 Meter Band (Rik)
12. Satu lembar kertas dengan tulisan "Bismillah" yang isinya doa-doa untuk anti
peluru (ilmu kebal) dengan gambar ular naga.
13. 6 lembar kertas tulisan Arab, 3 pita putih untuk ikat kepala dan satu jubah jihad
dengan tulisan berwarna hijau pada belakang : AL-MUJAHIDIN SABILLUL HIDAYAH.
Rik ini yang dipakai warga muslim untuk meminta bantuan pasukan jihad dari Galela,
Morotai, Ternate dan sekitarnya. Sementara menyerang, terdengar teriakan "Allahu
Akbar – Allahu Akbar, tolong.... kami sudah terjepit diserang Nasrani Tobelo !
demikian suara atas nama Amir lewat Rik yang berhasil di monitoring warga kristen
melalui HT.
Dari hasil monitoring lainnya menyebutkan bahwa ada sekitar 20 kapal ikan yang
membawa pasukan jihad terlihat melintas ke utara sepanjang pantai pulau Halmahera
menuju ke Tobelo.
10. Tanggal 12 Juli 2002 sekitar Pk. 09.00 wit. Sebuah mobil Carry-100 berwarna
merah yang disopiri oleh Nikodemus Gedoa (26) asal desa Gura dusun MKCM Tobelo
dengan 10 orang penumpang tujuan desa Ruko, ketika melewati pos Zipur V-
Brawijaya, sopir meminta izin untuk lewat dan menanyakan keamanan jalur Popilo –
Ruko. Jawaban aparat, boleh lewat situasi sudah aman, ternyata ketika mobil baru
memasuki desa Popilo dan tidak jauh dari Pos jaga Zipur V tersebut sekitar 300
warga muslim telah siap dengan batu dan berbagai senjata tajam ditangan
menghadang mobil tersebut dan langsung menyerang penumpangnya sehingga jatuh
korban luka – luka :
1. Nikodemus Gedoa (26)- Sopir di potong pada bagian tangan dan telinga kanan.
2. Hendrik Tidore (30)-penumpang yang duduk disamping kiri sopir, dipotong pada
tangan kiri.
3. Fondrik Loinyanyi (30) – penumpang, dipotong pada telapak tangan kirinya.
4. Rando Koda (7) – penumpang, dilempari batu pada kepalanya.
Semua korban dapat terselamatkan karena sopir mobil berhasil melarikan mobilnya
sehingga keluar dari massa muslim yang menyerangnya tersebut. semua korban
dirawat di rumah sakit Bethesda Tobelo.
Sementara itu warga kristen didesa Tolonuo, sebuah pulau didepan Tobelo juga
mendapat ancaman serangan jihad sehingga penduduk kristen setempat melarikan
diri ke Tobelo. Sepasang suami istri dan seorang anaknya tertinggal di pulau ini
karena tidak mendapatkan kano untuk menyeberang ke Tobelo sementara penduduk
yang lain terpaksa berenang ke Tobelo. Ketika warga kristen sudah lari meninggalkan
desa-desanya, warga muslim leluasa menjarah semua harta benda, ternak dan hasil
kebun warga kristen kemudian merusak dan membakar rumah-rumah, sementara
pasukan Zipur V/512 Brawijaya yang menjaga daerah-daerah tersebut hanya
menonton.
Informasi lainnya mengatakan ditemukan persembunyian senjata-senjata yang akan
dipakai menyerang Tobelo secara besar-besaran di pulau Tolonuo yang dihuni warga
muslim. Dari jalur-jalur yang berhasil dpantau, pasokan pasukan jihad khususnya
pasukan jihad dari Timur Tengah yang masuk ke Ambon maupun Maluku Utara,
mereka masuk lewat Sorong, Papua kemudian ke markasnya di kepulauan raja
empat selanjutnya ke Ternate, Seram dan lain-lain sehingga sebagian senjata-senjata
tersebut ada kemungkinan di pasok dari daerah tersebut.
11. Tanggal 13 Juli 2002 terjadi pelemparan kepada warga kristen asal desa Gorua
dalam perjalanan naik ojek dari Tobelo kembali kedesanya di Gorua.
Pimpinan Jemaat Tolonuo, Pdt. Gerty Tawa-tawa, STH. Bersama beberapa warga
yang dikawal aparat Marinir (2 personil), dan 1 anggota Koramil menuju desa Tolonuo
untuk mengambil barang-barangnya namun setibanya di lokasi mereka mendapatkan
barang-barangnya sudah dijarah, 1 gereja, 1 Pastori, dan 25 rumah warga kristen di
hancurkan.
12. Tanggal 14 juli 2002 sekitar Pk. 09.30 wit. Bupati Maluku Utara, Dansektor,
Danlanal, dan beberapa pejabat asal Gorua dan Popilo di Ternate tiba dengan
Helikopter dari Ternate. Pk. 12.00 – 13.30 wit. Diadakan pertemuan dengan tokoh
masyarakat kristen di Kompi C-732 Banau, Tobelo. Pk. 13.30 wit. Bupati dan
rombongan menuju desa Gorua dan Popilo guna pertemuan dengan masyarakat
setempat. Dari Gorua dan Popilo rombongan (kecuali Bupati yang lebih dahulu
kembali ke Ternate) melanjutkan perjalanan ke desa Tolonuo untuk tatap muka
dengan masyarakat setempat. Hasil dari pertemuan tersebuat adalah :
- Upaya mengintensifkan situasi keamanan di daerah Tobelo dan sekitarnya.
- Jalur transportasi Galela-Tobelo-Sidangoli di buka kembali
- Arahan Bupati menyangkut keamanan dalam rangka pemekaran Kabupaten Maluku
Utara.
13. Tanggal 15 Juli 2002 sekitar Pk. 23.00 wit. Terjadi pelemparan bom di pemukiman
kristen desa Soakonora, Kecamatan Galela sehingga mengakibatkan seorang ibu,
Nika Anu (50) yang sedang tidur dalam rumahnya terkena pecahan bom pada kaki
kanan.
Akibat serangan itu warga kristen mengungsi ke Tobelo melewati jalan hutan keluar di
daerah transmigrasi di desa Kusuri (jalan yang pernah dilalui pada tahun 1999 ketika
warga kristen melarikan diri dari kerusuhan di Galela).
Selain di Soakonora, peledakan bom juga terjadi di desa Mamuya selain itu juga
terjadi penjarahan terhadap harta-harta warga kristen seperti : Sapi, Gerobak, dan
pencurian hasil-hasil kebun seperti Cengkeh, Pala, dan tanaman lainnya kemudian
pohonnya di tebangi.
14. Tanggal 16 Juli 2002, Tim Pengembangan Otonomi Daerah (POD) tiba di Tobelo
melalui Jalur Galela. Tim yang terdiri dari Anggota DPR- RI dan sejumlah Pejabat
Pemda Provinsi Maluku Utara itu mengadakan dialog dengan masyarakat Tobelo
dalam rangka pemekaran Kabupaten Halmahera Utara yang akan di laksanakan di
lapangan Hibualamo Tobelo.
15. Tanggal 16 Juli 2002 Pk. 10.00 wit. Kesatuan TNI-Armed-13 berhasil menangkap
dua warga muslim di desa Sosol Kecamatan Malifut/Kao yang membawa peluru
M-16, 53 butir dan 2 bom rakitan. Kedua oknum itu ditangkap diatas mobil jurusan
Galela – Sidangoli (desa muslim). Kedua oknum tersebut masing-masing bernama :
Muhamad Bode (19) asal Kao dan Rifai Weda (20) asal asal jalan Baru Tobelo.
Hingga saat ini ke dua pelaku ditahan di kantor Polisi Kao.
16. Tanggal 16 Juli 2002 Pk.17.00 wit. Sebanyak 48 warga muslim yang bukan
penduduk asli desa Gorua, dipulangkan ke Ternate dengan truck. Ke 48 orang
tersebut ditangkap saat memasuki desa Gorua dengan 3 perahu motor.
17. Tanggal 19 Juli 2002 :
* Pukul 22.25 wit. Terjadi peledakan bom sebanyak dua kali di sekitar PPLP desa
Wari Kecamatan Tobelo.
* Pukul 23.45 wit. terjadi satu kali peledakan bom di sekitar pasar tua Dufa-Dufa,
Tobelo.
* Pukul 02.00 wit. Terjadi peledakan bom di sekitar rumah keluarga Au, pengungsi
asal desa Weda di Rawajaya Tobelo. Diduga pelaku peledakan di Dufa-Dufa dan
Rawajaya adalah Wilson Rumbiak (muslim) asal desa Buho-Buho Kecamatan Morotai
Selatan. Hingga saat ini yang bersangkutan masih ditahan di Kantor Polisi Tobelo.
Akibat peledakan-peledakan itu sebagian masyarakat kristen didesa Wari mengungsi
ke Tobelo.
18. Tanggal 19 Juli 2002 sekitar Pukul 14.00 wit. Sebuah rumah warga kristen di desa
Mamuya di bakar.
19. sekitar Pukul 05.00 wit. Terjadi pelemparan bom diatas rumah keluarga Andrianus
Petrof, sehingga mengakibatkan kerusakan pada bagian dapur. Setelah peledakan
bom segera disusul dengan rentetan tembakan sebanyak tiga kali.
20. Tanggal 21 Juli 2002 sekitar Pukul 22.00 wit. Terjadi lagi peledakan bom di desa
Mede.
21. Tanggal 24 Juli 2002 Gubernur Maluku Utara, SH. Sarundajang yang didampingi
Dansektor dan sejumlah pejabat dari Ternate, bertatap muka dengan masyarakat
Tobelo dan beberapa tokoh masyarakat dari Galela dan Kao. Selain berdialog, acara
yang bertempat di gedung Dian Fiesta Tobelo itu, Gubernur menyerahkan bantuan
mobil Pick Up (untuk patroli polisi pamong praja) masing-masing untuk Kecamatan
Kao, Malifut, Galela dan Tobelo.
Untuk Kecamatan Tobelo di berikan juga satu unit Mobil Pemadam Kebakaran.
Dalam acara itu juga gubernur membacakan maklumatnya yang berisi :
1. Daerah Maluku Utara tertutup bagi oknum-oknum yang tidak memiliki identitasnya
dan yang tidak jelas kepentingannya, bahkan yang diduga represif.
2. Dilarang setiap orang, kelompok untuk mengadakan hasutan, provokasi, menghina,
berita-berita bohong, menyebar isu atau membuat opini yang dapat menimbulkan
perbuatan kekerasan.
3. Dilarang setiap orang / kelompok membuat, merakit, menyimpan,
memperjualbelikan atau memindahtangankan baik sengaja ataupun tidak sengaja
memberikan senjata tajam yang tidak layak digunakan baik senjata rakitan maupun
asli, bahan peledak dan amunisi dengan alasan apapun.
Kronologis Penembakan di Desa Mamuya :
* Tanggal 25 Juli 2002 wit. Aparat keamanan Zipur V Brawijaya yang bertugas di desa
Mamuya menakut-nakuti masyarakat dengan ucapan-ucapan : "Kalau masih sayang
nyawa, sebaiknya mengungsi ketempat yang lebih aman agar selamat" dan ketika
sebagian masyarakat mengungsi, barang-barangnya seperti gerobak, sapi, kopra dan
yang lain-lain milik warga kristen semuanya di angkuti (di jarah) oleh aparat
keamanan dengan mengatasnamakan sekelompok kecil warga muslim. Selain itu
mereka juga meledakkna bom berulang-ulang serta melepaskan tembakan secara
beruntun. Tanaman milik warga kristen seperti : Pala, Pisang, Ubikayu/Kasbi dan
tanaman lainnya ditebangi, para-para kopra (tempat menjemur kopra) dibakar.
Semuanya di bakar aparat termasuk satu rumah warga kristen.
* Sabtu, 27 Juli 2002 sekitar Pukul 07.30 wit. Dua orang warga kristen; Bp. Erasmus
Turege (31) dan Tety Dawile (24) keduanya warga Dusun Mamuya Kecamatan Galela
– Halmahera, Maluku Utara seperti biasanya pergi kekebun untuk mengambil hasil kebun
untuk di makan, sambil berburu babi dan rusa serta mencari telur burung Maleo.
Mereka mengikuti jalur jalan umum, ketika mereka sampai di "Kali Auloto" (sungai),
sekitar 1,5 km di belakang desa Mamuya tiba-tiba terlihat seseorang yang berpakaian
loreng, memakai topeng kepala warna hitam bergaris-garis putih sedang membidikkan
senjata laras panjangnya kearah dua orang warga kristen ini. Bapak Erasmus Turege
yang berjalan didepan tidak melihat secara jelas posisi orang tersebut, lalu bapak
Tety Dawile teriak: "Awas dia mau tembak kita" bersama! an dengan itu meletuslah
tembakan pertama, kena tangan kiri dan tembus ke belakang, disusul tembakan
kedua kena telinga kiri tembus telinga kanan kemudian tembakan ke tiga kena
belakang dan tembakan ke empat kena tulang rusuk kiri tembus ke rusuk kanan.
Korban tewas di tempat. Sedangkan Bapak Dawile berhasil menyelamatkan diri dan
memberitahukan warga kristen di desa Mamuya dan aparat keamanan Zipur V/512
Brawijaya yang bertugas di daerah setempat namun diluar dugaan laporan tersebut
tidak ditanggapi oleh aparat, malah aparat menyalahkan korban dan menuduhnya
sedang mabuk kemudian bunuh diri dengan tombaknya yang akan di pakai berburu.
Akibat kasus tersebut warga menjadi panik dan tegang, terlebih melihat sikap aparat
keamanan Zipur V Brawijaya. Sekitar Pukul 10.00 wit. jenasah korban berhasil di
evakuasi warga dan dibawah kerumah keluarganya di desa Mamuya. Situasi yang
terus menegang baik di desa Mamuya maupun Tobelo membuat Pemerintah dan
pihak keamanan Kecamatan Galela melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah
dan aparat keamanan di Tobelo untuk menenangkan masyarakat. Sekitar pukul 17.00
wit. Jenasah korban di bawa ke RSU Tobelo untuk sela! njutnya di otopsi, ditemukan
satu peluru yang bersarang di tangan kanannya.
JK
Recieved via MASARIKU NETWORK
|