Media Indonesia, Rabu, 14 Agustus 2002
Tiga Desa Diserang, Poso Kembali Rusuh
Lima Orang Tewas dan Ratusan Rumah Dibakar
POSO (Media): Lima orang tewas, ratusan rumah dibakar, dan ribuan orang
mengungsi ketika tiga desa di Kecamatan Lage, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
diserang sekelompok massa bersenjata.
Kerusuhan antarwarga sipil itu terjadi Senin (12/8) pukul 19.30 hingga 22.00 Wita,
hanya beberapa jam setelah pertemuan Malino Putaran II ditutup. Tiga desa yang
diserang adalah Desa Sepe, Silanca, dan Batugincu.
Informasi yang dihimpun Media, kemarin, menyebutkan, selain lima korban tewas,
sejumlah warga lainnya menderita luka ringan dan parah. Lima korban tewas adalah
Efrat Lagani, 24, Fata Yordan, 55, Semu Kangea, 30, dan J Sulelino, 30, warga Desa
Silanca, serta Pius, 22, warga Desa Matako yang saat itu berada di Silanca.
Akibat serangan itu, sedikitnya 5.000 warga Desa Silanca, Sepe, Batugincu, dan
desa sekitarnya seperti Lembo Mawo, Tangkura, dan Maliwuko, mengungsi ke Desa
Watuawu sambil menunggu kendaraan yang akan mengangkut mereka ke Tentena,
Kecamatan Pamona Utara.
Pada saat bersamaan, di Kota Poso terjadi aksi pembakaran terhadap sebuah rumah
ibadah (Gereja Eklesia) di Kelurahan Gebang Redjo dan satu gedung sekolah dasar di
Kelurahan Kasintuwu. Selain itu, sejumlah ledakan bom muncul di Kelurahan Sayo
dan Kawua, tapi tidak ada korban.
Berdasarkan pantauan Media, situasi Kota Poso hingga kemarin masih mencekam.
Arus lalu lintas kendaraan umum di poros trans Sulawesi yakni
Makassar-Tentena-Poso-Palu, lumpuh total. Begitu pula aktivitas perdagangan,
perekonomian, perkantoran, dan pendidikan. Hanya aparat keamanan yang terlihat di
jalan-jalan. Poso mirip kota mati.
Namun, konsentrasi massa dari dua kelompok bertikai masih terlihat di Kecamatan
Tojo, Lage, dan Poso Pesisir. Di kawasan ini warga memasang blokade-blokade di
jalan raya sehingga tidak ada orang/kendaraan umum yang dapat lewat. Warga juga
melakukan sweeping KTP.
Kondisi memburuk itu terjadi hanya beberapa jam setelah para deklarator
Kesepakatan Malino yang dimediasi Menko Kesra Jusuf Kalla, Gubernur Sulteng
Aminuddin Ponulele, Pangdam VII/Wirabuana Mayjen Amirul Isnaeni, dan Kapolda
Sulteng Brigjen Zainal Abidin Ishak mengadakan pertemuan di Palu Golden Hotel,
Palu, untuk mengevaluasi keamanan Poso pasca-Kesepakatan Malino I.
Dipicu pembakaran bus
Berdasarkan informasi di lapangan, para penyerang datang dari berbagai arah yakni
Desa Labuan, Buyungkatedo, Toyado, dan Lawanga dengan dibekali berbagai jenis
senjata. Warga Desa Sepe, Silanca, dan Batugincu melakukan perlawanan.
Kerusuhan antarwarga itu baru mereda setelah sejumlah pasukan TNI-Polri
diterjunkan dari Poso.
Sebelum penyerangan terjadi pada Senin sekitar pukul 12.00 Wita, sekelompok
massa mengamuk di Tentena, Kecamatan Pamona Utara. Mereka membakar bus PO
Alugoro Nopol DN 7568 E trayek Bungku-Poso, saat berhenti di Terminal Tentena.
Akibat aksi pembakaran bus Alugoro itulah maka pada malam harinya Desa Sepe,
Silanca, Batugincu diserang massa bersenjata.
Di Kelurahan Ranononcu, Kecamatan Poso Kota, massa juga membakar sebuah
masjid hingga rata dengan tanah. "Kami bisa menyaksikan nyala api membara di
udara akibat pembakaran di Ranononcu," kata Muhammad Yusri, warga Poso.
Kapolda Sulteng, Brigjen Zainal Abidin Ishak yang berada di Poso mengatakan aksi
penyerangan di tiga desa itu dilakukan oleh gerombolan bersenjata. Ia mengatakan
aparat kepolisian sudah menguasai keadaan. "Situasi sudah dikuasai dan kondisi
sudah aman," katanya.
Menurut Kapolda, saat ini pihaknya sudah menempatkan 3.380 personel gabungan
TNI/Polri di 104 pos yang ada. Ia juga meminta bantuan tambahan minimal satu
batalyon pasukan TNI dan dua satuan setingkat kompi (SSK) Polri untuk menjaga
wilayah Poso.
Sementara itu Sekretaris Crisis Center Gereja Kristen Sulteng (GKST) Noldy Panco
dalam siaran pers yang diterima Media semalam menyebutkan penyerangan di
Batugincu dilakukan oleh 17 aparat Brimob. Namun, Kapolda membantah tuduhan itu.
Kapolda membenarkan aparatnya pergi ke Batugincu untuk mencari rekan mereka
Bripda Andi Amir yang diculik dan disandera dua hari lalu oleh warga Silanca, bukan
untuk menyerang. Menurut perkiraan, Bripda Andi Amir dibawa ke Batugincu.
Dalam kaitan ini, Forum Peduli Masyarakat Poso (FPMP) DKI Jakarta dan
Sekitarnya, kemarin mengecam terjadinya tindak brutal dan aksi teror di Poso yang
memakan banyak korban.
Dalam siaran persnya, Ketua FPMP Syamsiar Lasahido mendesak pemerintah dan
aparat untuk bertindak lebih serius dan tegas dalam menghentikan aksi teror di
wilayah itu. (SP/CR-7/CR-18/X-5)
Copyright © 1999-2002 Media Indonesia. All rights reserved.
|