The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Usulan Piagam Jakarta Upaya Politisasi Agama


Usulan Piagam Jakarta Upaya Politisasi Agama

Hilversum, Selasa 06 Agustus 2002 13:30 UTC

Usulan Piagam Jakarta kembali menggema di Sidang Tahunan MPR. Seperti tahun-tahun sebelumnya gerakan Piagam Jakarta ini dimotori oleh organisasi muslim fundamental dan radikal antara lain Laskar Jihad dan Front Pembela Islam. Partai Persatuan Pembangunan, partainya wakil presiden Indonesia Hamzah Haz pun ikut berjuang menggolkan piagam yang menaruh Syariah Islam sebagai dasar hukum di Indonesia ini. Drs. Lumondok L.A. Luntungan dari Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia melihat upaya ini tidak akan berhasil. Lagipula aksi ini sebenarnya hanya untuk menarik suara pemilih dalam pemilu tahun 2004 mendatang. Namun ia menegaskan apabila isu ini dipaksakan bisa jadi beberapa daerah di Indonesia melepaskan diri.

Lumondok L.A Luntungan [LL]: Itu kan begini Pak. Bangsa itu bersatu secara politis. Tapi keagamaan itu kan kultural. Bagaimana kultural itu mau menjadikan politis? Kan tidak kontradiktif? Jadi konseptual sebetulnya tidak akan terjadi itu.

Radio Nederland [RN]: Terus bagaimana Anda melihat banyaknya elemen yang mengusulkan hal ini?

LL: Itu kemarin contohnya aja. Salah satu student movement, gerakan mahasiswa yang paling besar daripada Islam itu kan sudah menyatakan tidak akan berubah. Dia juga bilangnya begitu. Itu kan intelektual yang ngomong. Jadi kan dia sendiri sudah ngomong begitu, ya gimana? Jadi nggak bersatu dong. Terus kalau misalnya juga kelompok nasionalis misalnya yang sebenarnya mereka juga adalah satu religion, kenapa mereka tidak mensuport? Jadi sebenarnya isunya nggak perlu dipertajam ya, karena saya kira at the end, pada akhirnya itu ya tetap aja seperti itu. Kalau masalahnya masalah piagam ya.

RN: Kalau sudah tahu begitu akhirnya kenapa masih diusulkan juga oleh sebagian kelompok ini?

LL: Ya karena get voting, menarik suara pemilih gitu loh. Kan di politik itu membutuhkan suara. Ini sekarang suaranya terpecah-pecah. Berusaha untuk jadikan satu susah. Maunya sendiri-sendiri.

RN: Jadi maksud Anda ada upaya kelompok tertentu untuk memanipulir suatu agama untuk kepentingan politik?

LL: Iya, kalau itu sih. Karena ginilah. Yang namanya kepercayaan itu, kan sebenarnya sangat-sangat pribadi ya. Emang ada orang yang bisa membantu kalau anda mati terus langsung ke surga? Emang ada? Kan sangat sangat individual sekali. Itu hanya antara saya dengan Tuhan saya. Kenapa mesti diatur oleh manusia sendiri? Dan apakah Tuhan yang maha kuasa itu begitu lemahnya sehingga harus ada yang memperjuangkannya? Kan kita bebas untuk percaya atau tidak.

RN: Nah kalau begitu Anda menduga sebenarnya siapa yang men-setting untuk memakai isu-isu agama untuk dipolitisasi untuk kepentingan tertentu?

LL: Ya itulah, partai-partai yang ingin supaya banyak pemilihnya. Lalu bagaimana mereka sendiri harus berbeda? Kan kelompoknya itu sebenarnya koalisi. Untuk membedakan masing-masing aja setengah mati dia. Prinsp pemasaranlah. Kalau advertensi kan mesti berbeda dari lainnya. Semuanya sebenarnya kan nasionalis. Dan semua juga percaya pada Tuhan. Cuma isunya ini untuk supaya dia itu mendapatkan suara sebanyak mungkin. Itu gimana caranya kalau dia pas kebetulan sudah memposisikan diri sebagai kelompoknya nasionalis, atau kelompoknya agamais.

Kan ada tiga, sosialis, nasionalis sama islam kan. Ketiga kelompok gede, ideologi gede kan. Cuma jangan sampai kita punya pilihan ini tidak jelas. Jadi kompasnya ini atau radarnya ini yang mesti jelas. Ya itu mesti ada pemimpin nasional dong. Dalam manejemen itu kan ada pemimpin yang lemah ada yang tidak. Ya kalau pemimpin sejati itu ya dia itu bersih, dia itu terbuka, dia itu profesional. Kalau national leader ya dia negarawan. Jadi dia itu harus semata-mata hanya untuk kepentingan nasional saja.

RN: Megawati-Hamzah Haz bagaimana? Apakah memenuhi kriteria itu?

LL: Ya belumlah. Kalau sudah kan kita nggak begini kan. Jadi belum. Mereka berusaha ya bagus. Tapi belum.

RN: Kita kembali ke isu Piagam Jakarta, jadi harusnya bagaimana. Karena kan juga ada kemungkinan kalau ini semakin keras, tentu ada reaksi muncul dari Maluku, reaksi muncul dari Sulawesi Utara, reaksi muncul dari Medan, dari Papua. Bagaimana Anda menilai ini?

LL: Kita sebagai bangsa itu dipersatukan itu karena politik. Politik menyebabkan kita itu bersatu dan kita setuju. Yang lainnya itu kebinekaan. Jadi kalau ada satu yang ingin menang sendiri, maka persatuan politik akan lepas. Teori bilang gitu dan praktek juga akan begitu. Keadilan yang tidak ada pun akan melepas kesatuan politik akan terjadi pada akhirnya gitu loh kalau sudah ekstrem sekali. Konsekuensi logis dari teori bahwa kebinekaan kita adalah kekayaan. Persatuan ini karena kemauan politik kita semua. Di luar kemauan politik itu ada agama, kultur dan lain. Mana ada kultur Indonesia dalam petanya? Kan tidak ada. Yang ada kultur-kultur daerah. Bisa jadi satu, budaya beragam yang terjadi. Bahasa. Memang ada bahasa Indonesia. Tapi yang berlaku semua kan bahasa daerah.

Demikian Drs. Lumondok L.A. Luntungan dari Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia.

© Hak cipta 2001 Radio Nederland Wereldomroep
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/unpatti67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044