The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Deklarator Malino Mengutuk Penyerangan Desa Matako


SINAR HARAPAN, Selasa, 6 Agustus 2002

Deklarator Malino Mengutuk Penyerangan Desa Matako

Palu, Sinar Harapan

Deklarator Malino untuk perdamaian Poso Prof DR Sulaiman Mamar mengutuk aksi penyerangan di desa Matako Kecamatan Tojo, sekitar 40km timur kota Poso, Minggu dini hari yang mengakibatkan jatuhnya korban luka tembak tujuh orang dan dua rumah ibadah dan 27 rumah penduduk musnah terbakar.

"Ini sudah keterlaluan," kata Sulaiman Mamar kepada Antara di Palu, Selasa (6/8).

Mamar mendesak aparat keamanan untuk bertindak tegas mencegah merembetnya eskalasi konflik ke wilayah lain sebab aksi penyerangan yang disertai pembakaran di desa Matako merupakan peristiwa kali pertema pasca kesepakatan damai yang dideklarasikan di Kota Malino, Sulsel, Desember 2001.

"Peristiwa itu yang terbesar sejak kesepakatan Malino, dan potensi penyebaran konfliknya pun besar sehingga harus segera diantisipasi," kata Mamar.

Menurut Mamar ‘serangan fajar' terhadap warga desa Matako yang masih terlelap dalam tidurnya itu merupakan "pukulan" bagi aparat keamanan, para deklarator Malino, dan pemerintah Poso sebab hanya berselang sehari pertemuan evaluasi perkembangan Poso yang dilaporkan secara umum semakin membaik.

Dalam pertemuan di Gubernuran Siranindi II Palu Sabtu pekan lalu yang dihadiri seluruh Muspida Provinsi Sulteng, Muspida Poso, petinggi TNI/Polri, dan deklarator Malino umumnya melaporkan kondisi keamanan dan sosial kemasyarakat di Poso semakin membaik dibanding sebelum kesepakatan Deklarasi Malino. "Tapi kenyataannya di lapangan bercerita lain," ujar Mamar.

Desa Matako, Kecamatan Tojo, Kabupaten Poso, Minggu (4/8) dinihari, diserang sekelompok orang yang tidak dikenal dari arah darat dan laut. Akibatnya, tujuh warga tertembak dan sedikitnya 13 rumah warga dibakar. Ribuan warga juga mengungsi ke tempat yang dirasa aman.

Tidak ada korban jiwa dalam penyerangan di desa itu, kecuali enam warga yang tertembak tersebut harus mendapatkan perawatan. Wakapolres Poso, Kompol Yusman Jaya yang dihubungi di Poso membenarkan kejadian itu. Sampai sekarang polisi menurutnya masih melakukan pengejaran untuk mengetahui siapa pelakunya.

Selain 13 rumah yang dibakar, dilaporkan pula sebuah gereja musnah terbakar dan satu lainnya rusak berat karena terkena ledakan bom. Sedangkan empat warga yang sedang melakukan siskamling malam itu, sampai sekarang belum ditemukan. Mereka diduga melarikan diri ke gunung untuk menyelamatkan diri, atau kemungkinan pula diculik para penyerang desa itu.

Sedangkan bila mengacu pada laporan investigasi LPS-HAM (Lembaga Pengembangan Studi Hukum dan Advokasi HAM) Sulawesi Tengah dari Poso menyebutkan pada hari Minggu (4/8) sekitar pukul 03.30 desa Matako Kecamatan Tojo diserang sekelompok orang mengakibatkan tujuh orang mengalami luka tembak, lima di antaranya perempuan.

Korban tembak senjata rakitan yang kini dalam perawatan intensif di RSU Tentena yakni, Nn Padengka (32), Ny Mayonge Katuta (75), Ny Padea Paleba (67), Ny Nety Toeya (49), Nn Uce Doda (21) serta dua pria lainnya Lemu Tagandi (66) dan Silas Makeo (26).

Akibat lain dari serangan fajar itu, sebanyak 27 rumah warga dan dua rumah ibadah musnah terbakar, serta jalur transportasi dari Kabupaten Banggai menuju Poso dan Palu sempat terputus sekitar 16 jam.

Sekitar 1.500 warga desa Matako, Galuga, Malei-Lage dan Tongkoyang, semuanya di wilayah Kecamatan Tojo mengungsi ke Tentena di bawah koordinasi Crisis Center GKST Tentena.

Proses evakuasi terhadap warga nasrani yang umumnya balita dan wanita itu berlangsung hingga Senin 11.00 wita dengan menggunakan 20 mobil truk dan angkutan kota.

Sementara warga Muslim di desa Matako juga mengungsi ke tempat-tempat aman khususnya ke Kota Poso.

LPS-HAM juga melaporkan sedikitnya empat orang warga yang sedang ronda saat penyerangan terjadi belum diketahu nasibnya, yakni Z Doda (26), Olmas Daya (27), Yohan Ewakola (21) dan Cecen Mangiri (20).

Sebelumnya, Pada hari Sabtu (3/8) sekitar pukul 08.00 wita, Sukirman (48) warga Tegalrejo kecamatan Poso Kota ditemukan warga setempat sudah tewas dalam keadaan tanpa kepala dan di sekujur tubuhnya terdapat bekas kekerasan dan sayatan. Sukirman dikenal sebagai pemuka agama di Tegalrejo. Hari Sabtu itu pula rumah ketua DPRD Poso Akram Kamarudin dibom orang, namun tidak ada korban.

Sementara Sabtu lalu, para deklarator Malino unhtuk Poso melakukan pertemuan di kantor Gubernur Sulteng yang difasilitasi Gubernur Aminuddin ponulele. Dalam pertemuan itu Pendeta Rinaldy Damanik tidak hadir. Maksud pertemuan itu, untuk mengevaluasi pelaksanaan sosialisasi isi dari 10 butir Deklarasi Malino.(man)

Copyright © Sinar Harapan 2002
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/unpatti67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044