The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Keberadaan Senjata Sepengetahuan Indonesia


SINAR HARAPAN, 12 Juli 2002

Seputar Penangkapan Kapal Australia "Alfred Nobel"
Keberadaan Senjata Sepengetahuan Indonesia

Jakarta, Sinar Harapan

Kedutaan Besar Australia di Jakarta membenarkan bahwa kapal MV Alfred Nobel yang ditangkap aparat keamanan RI di perairan Maluku, karena kedapatan membawa senjata dan amunisi adalah berbendera Australia.

Kendati demikian Australia menegaskan bahwa keberadaan kapal tersebut didukung oleh dokumen resmi yang dikeluarkan otoritas Indonesia.

"Senjata yang dimuat dalam kontainer itu memiliki cap resmi dari Bea dan Cukai. Keberadaan kapal di perairan Maluku juga berdasarkan izin dari Penguasa Darurat Sipil Maluku", kata Kirk Coningham, Juru Bicara Kedubes Australia di Jakarta, ketika dihubungi SH Jumat pagi.

Kapal MV Alfred Nobel, Kamis (11/7) ditangkap oleh aparat keamanan RI di Desa Amuhasu, Ambon. Berita penangkapan atas kapal asing yang membawa senjata dan amunisi itu seakan menyiratkan, konflik agama di Maluku, ditumpangi oleh pihak asing.

"Yang kami ketahui kapal itu mempunyai surat jalan dan senjata yang dimuat dalam kontainer diberi cap resmi dari Bea dan Cukai," kata Kepala Hubungan Masyarakat Kedubes Australia di Jakarta, Kirk Conningham.

Coningham membantah kalau para awak kapal ditahan seperti laporan media massa. Mereka hanya dimintai keterangan tentang kelengkapan surat jalan dan cap (segel) dari Bea dan Cukai atas kontainer senjata.

"Yang kami paham bahwa penahanan itu lebih sebagai bagian dari upaya otoritas di Ambon untuk mengetahui kapal dan muatan dalam kapal itu secara lebih baik," katanya.

Kapal tersebut hari ini sudah dilepas, namun Coningham tidak mengetahui kemana kapal itu berlayar..

Sebagaimana dilaporkan Antara, Tim Satuan Tugas Laut Pangkalan Laut Ambon menangkap kapal motor MV Alfred Nobel yang berbendera Australia dengan nakhoda John Kevin karena mendapati ada tiga pucuk senapan dengan 124 peluru kaliber 7,62 mm, dan 10 butir kaliber 70 mmdi perairan Desa Amahusu, Maluku, Kamis (11/70 pagi waktu setempat. Kapal itu sendiri mendapat izin beroperasi di perairan itu dari Penguasa Darurat Sipil Daerah Provinsi Maluku sebagai kapal survei dengan empat anak buah kapal berkewarganegaraan Indonesia. Pemeriksaan atas kapal berbendera Australia itu dipimpin sendiri oleh Komandan Pangkalan Laut Ambon, Letkol Marinir Buyung Lelana. Kapal langsung diseret ke Pangkalan Laut Ambon untuk disidik lebih lanjut dan semua awaknya telah diserahkan kepada pihak yang berwajib.

Agar Tetap Kondusif

Dalam perkembangan lain, Tim Penyelidik Independen Nasional (TPIN) mengharapkan situasi keamanan di Maluku yang akhir-akhir ini mulai kondusif dapat terus dipertahankan, supaya bisa mengakhiri konflik berkepanjangan di wilayah "Seribu Pulau" tersebut.

Harapan ini diungkapkan TPIN saat mengadakan pertemuan tertutup dengan jajaran Kodam XVI/Pattimura yang diwakili oleh Kasdam Pattimura, Kolonel Inf. Syarifudin Summa, di Ambon, Kamis (11/7).

Usai pertemuan tersebut, Ketua TPIN I Wayan Karya menjelaskan kepada pers bahwa TPIN telah menanyakan kebijakan pola pengamanan yang diterapkan Pangdam XVI/Pattimura dalam mengelola keamanan yang saat ini sudah semakin kondusif.

"Kami harapkan situasi yang sudah kondusif saat ini dapat dipertahankan dan dikembangkan terus demi penyelesaian konflik, terlebih berkaitan dengan kerja TPIN. Sebab apabila situasi semakin kondusif maka kerja TPIN juga dapat berjalan dengan lancar," jelasnya.

Mengenai masalah keterlibatan oknum Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam kemelut di Maluku juga dibicarakan dalam pertemuan tersebut. "Dan memang diungkapkan ada sebagian kecil oknum TNI terlibat dalam konflik Maluku, tetapi secara institusi TNI tidak terlibat," jelasnya.

Sedangkan Kasdam Pattimura, Kolonel Inf. Syarifudin Summa, menjelaskan kepada wartawan banyak hal yang ditanyakan TPIN kepada dirinya, namun yang dapat disampaikan hanyalah pola-pola pendekatan yang diterapkan guna mendorong keamanan yang saat ini sudah semakin membaik.

"Pola pendekatan tersebut adalah pendekatan kemanusiaan di mana secara konkret Kodam Pattimura bersama sejumlah aparat TNI yang di-BKO-kan melakukan karya bakti bersama masyarakat baik Muslim maupun Kristen, termasuk kerja bakti antara dua komunitas yang perlahan-lahan sudah dikembangkan," jelas Syarifudin.

Ketua TPIN Wayan Karya juga mengemukakan bahwa TPIN tidak bertugas untuk mengadakan tindakan projusticia, eksekusi atau mencari data-data untuk sidang pengadilan. "Kami hanya bertugas untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi secara objektif dan jujur," katanya usai pertemuan dengan Gubernur Maluku Saleh Latuconsina, di Kantor Gubernur Maluku, Kamis (11/7) siang.

Menurutnya, TPIN berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan akan mengolahnya sehingga dapat diketahui mengapa sampai terjadi konflik Maluku.

Seusai bertemu gubernur Maluku, TPIN juga menemui anggota DPRD Maluku, di Gedung DPRD Maluku. Wakil Ketua DPRD Maluku, John Mailoa, kepada pers mengatakan dalam pertemuan tersebut DPRD Maluku telah menyerahkan sejumlah data temuan yang terkait dengan konflik Maluku kepada TPIN.

"Data-data tersebut diperoleh para anggota DPRD Maluku sejak kerusuhan hingga saat ini," jelas Mailoa. Diharapkan, data-data tersebut dapat menjadi acuan dalam menyelidiki konflik di Maluku. (izc/her)

Copyright © Sinar Harapan 2002
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/unpatti67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044