Suara Merdeka, Jumat, 2 Agustus 2002
Ja'far Sakit Sidang Ditunda
JAKARTA-Sidang perdana kasus penghasutan dan menyebar kebencian ke negara
dan pemerintah dengan terdakwa Ja'far Umar Thalib kemarin ditunda. Karena, Majelis
Hakim yang diketuai Mansyur Nasution SH menganggap Ja'far tidak sehat saat
mengikuti sidang.
Ja'far diketahui tidak sehat dari pertanyaan Mansyur ke terdakwa. Saat pertanyaan
sampai ke soal kesehatan, Ja'far memberikan jawaban "menarik".
"Secara fisik siap. Secara mental saya belum siap," kata Ja'far, yang kemarin
memakai baju khas. Yakni, baju gamis dan serban putih. Majelis menilai Ja'far secara
fisik juga tidak fit untuk mengikuti sidang. Nasution menyatakan muka Ja'far masih
pucat. Majelis kemudian menutup sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Timur itu pada
pukul 10.45 WIB. Sidang akan dilanjutkan pada 12 Agustus.
Penjagaan sidang perdana sangat ketat. Bahkan penjagaan yang dipimpin langsung
Kapolres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Polisi Idrus Gassing itu lebih ketat
daripada penjagaan persidangan kasus Akbar Tanjung. Semua pengunjung, tak
terkecuali pendukung Ja'far yang mengenakan baju khas, diperiksa tiga lapis dengan
detektor logam.
Pemeriksaan superketat itu membaut beberapa pendukung Ja'far protes.
"Memang kami teroris, diperiksa berkali-kali seperti ini? Kok aparat keamanan begitu
berprasangka buruk," kata pria berjenggot dan berserban bernama Achmad.
Karena ruangan sidang terbatas, para wartawan luar dan dalam negeri yang umumnya
datang lebih lambat daripada pendukung Ja'far terpaksa duduk di luar ruang sidang
pengadilan di kawasan elite Pulomas itu.
Tertekan Diskriminasi
Kepada wartawan seusai sidang, Ja'far mengaku sangat tertekan karena merasa
mendapat diskriminasi secara hukum.
"Saya merasakan diskriminasi hukum. Kasus yang dituduhkan pada saya
sesungguhnya nyata dilakukan Theo Syafei dalam bentuk penghinaan dan
penghasutan untuk melawan terhadap Presiden (Habibie-Red). Tetapi sampai saat ini
Theo tidak pernah disentuh hukum."
Ja'far juga menyesalkan sikap aparat keamanan yang mencurigai dia secara
berlebihan sehingga seakan-akan seorang teroris.
"Tetapi terbukti bukan kami kan yang melecehkan hukum, melainkan malah aparat
penegak hukum yang melecehkan hukum. Seperti pelecehan mereka pada
Pengadilan Negeri Ambon tentang penahanan saya," kata Ja'far yang kemarin sering
tersenyum.
Dia juga mengungkapkan keinginan bertemu Powell. Saat ditanya wartawan apa yang
akan dia katakan kepada Powell, Ja'far mengaku sangat ingin meluruskan Powell dan
Pemerintah AS.
"Saya mau katakan kepada Powell bahwa semua informasi yang didapat Pemerintah
AS tentang Muslim di Indonesia dan terorisme di sini keliru. Saya ingin omong
intelijen Anda (Powell-Red) ngawur," katanya.
Ketika ditanya tentang hubungannya dengan Usamah bi Ladin, Ja'far mengaku pernah
bertemu musuh nomor wahid AS itu di Afghanistan pada tahun 1987. Namun bukan
soal mendukung langkah Usamah, karena dia sangat antiterorisme. "Kami hanya
menolong sesama muslim dan menjaga keutuhan NKRI," kata dia. (F4-60g)
Copyright © 2000 SUARA MERDEKA
|