Suara Merdeka, Selasa, 18/06/02 : 23.57 WIB
Militan tahanan Malaysia akui terlibat dalam kerusuhan Ambon
Malaysia, CyberNews. Tersangka militan Islam yang ditahan di Malaysia untuk
pertama kalinya mengakui Selasa, bahwa mereka pernah menjalani latihan
persenjataan di Afghnistan dan terlibat dalam kerusuhan di Ambon. Mereka juga
menyatakan, bahwa teman seperjuangan mereka masih banyak.
Pengakuan itu disampaikan pada permulaam penyelidikan yang dilakukan oleh
komisi hak azasi Malaysia terhadap kondisi kamp tahanan Kamuning, wilayah utara
Malaysia, tempat para tersangka itu ditahan di bawah undang-undang keamanan
nasional, Internal Security Act. Undang-undang tersebut mengizinkan pemerintah
menahan tesangka tanpa melalui proses pengadilan.
Tahanan yang ketika itu mengenakan borgol, mengatakan selama di penjara mereka
mendapat perlakuan baik. Namun, mereka merasa tidak bersalah dan menyatakan
tidak pernah mengancam keamanan Malaysia. Komisi tersebut tidak berhak
mengenai pembebasan tahana tersebut.
Abdullah Daud, 48, mengaku sebagai anggota Jemaah Islamiya, sebuah kelompok
yang dituduh sebagai jaringan Al-Qaeda, dan berencana meledakkan kepentingan AS
di Singapura.
Namun, Abdullah menyangkal pernyataan bahwa kelompok itu ingin mendirikan
negara Islam fundamentalis di Malaysia, Indonesia dan di daerah mayoritas Islam
Filipina Selatan.
Bagi saya, akar permasalahannya adalah, karena kami bersatu untuk menentang
orang jahat yang membunuh Muslim," katanya.
Abdullah, mantan dosen di sebuah universitas, menyatakan telah sering melakukan
perjalanan ke Afghanistan dan Pakistan.
Terakhir, dia mengikuti latihan militer dengan Front Pembebasan Islam Moro (Moro
Islamic Liberation Front) di selatan Filipina dan ikut berperang di Pulau Ambon,
Indonesia, membantu umat Islam melawan orang Kristen.
Mohamad Zulkifri Mohamad Zakaria, 33, seorang guru di sekolah agama, mengatakan
dia adalah seorang bendahara Kelompok Militan Malaysia, yang juga disebut sebagai
Malaysian Mujahideen Group, atau KKM, di utara negara bagian Perak.
Perdana Menteri Mahathir Mohamad menuduh kelompok tersebut --yang diyakini
tumpang tindih dengan Jemaah Islamiya-- mencoba menggulingkan pemerintah.
Mohammad Zulkifri mengatakan dia dan beberapa orang lainnya belajar di Pakistan
antara 1992 hingga 1997 dan melakukan perjalanan ke Afghanistan, di mana mereka
mengikuti latihan menggunakan senjata api. Namun, dia menyangkal melakukan
kekerasan di Malaysia.
"Saya dan teman-teman tidak pernah ikut dalam aktivitas yang membahayakan orang
lain," kata Mohamad Zulkifri. "Saya bersumpah." Demikian Satunet. (Stn/cn07)
Copyright © 2000 SUARA MERDEKA
|