SUARA PEMBARUAN DAILY, 31/7/2002
Pengkhianat Perdamaian Ambon, di Jakarta
Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, ada pengkhianat
perdamaian di Ambon dan Maluku. Mereka tidak menghendaki keadaan di sana
membaik, tenang dan kekerasan dihentikan. Menurut Susilo, diduga kuat pelaku
peledakan adalah kelompok yang takut kehilangan posisi peran bahkan kehilangan
penghasilan. "Kelompok ini saya anggap pengkhianat perdamaian, keamanan dan
kohesi sosial," kata Menko Polkam.
Forum dalam acara pengumpulan pendapat yang disiarkan Radio Pelita Kasih (RPK)
96,35 FM Jakarta, Selasa (30/7), menjaring 12 pendengar. Masalah yang dibahas
"Setujukah Anda, ada pengkhianat perdamaian di Ambon yang takut kehilangan
posisi peran bahkan kehilangan penghasilan?" Sebanyak 50 persen setuju dan 50
persen lagi memberi jawaban lain.
Tobing di Kemanggisan mengatakan, ada aktor intlektual kerusuhan di Ambon, tapi
tidak pernah ketangkap. "Kita bosan mendengar penyataan ada aktor inlektual yang
tidak menginginkan perdamaian. Tapi kenapa tidak ditangkap?" kata Tobing.
Hendrawan di Kemayoran meminta agar penghianat di Ambon benar-benar dikikis
habis. Masyarakat di Ambon ingin suasana yang rukun. PC Susilo di perjalanan
berkomentar, kalau Menko Polkam tahu ada pengkhianat, maka harus ditangkap dan
diajukan ke pengadilan.
Anna di Depok berpendapat, pemerintah jangan hanya membuat pernyataan, harus
menindak tegas pengacau yang melanggar hukum dan perjajian Malino II. Menurut
Mandagi di perjalanan, pemerintah harus betul-betul mencari solusi yang objektif, dan
realistis demi kepentingan semua orang. Kris di Mangga Besar berpendapat,
pemerintah harus menindak tegas pengacau yang memecah belah bangsa dan
negara Indonesia yang menghianati Pancasila.
"Kalau kerusuhan sudah cukup lama, pasti ada aktor intlektualnya," kata Suryadi di
perjalanan. Aparat yakin tahu siapa yang membuat kerusuhan dan memecah-belah
bangsa kita. Ahnur menilai, ada pihak-pihak luar yang ingin mengacau Ambon dan
TNI sendiri tidak sanggup menghadapinya. Mereka bekerja sama dengan orang dalam
di Ambon dan dikasih duit. Win di Jalan Minangkabau berpendapat, mereka bukan
pengkhianat, tapi pembunuh.
Marieta di perjalanan mengatakan, ada satu segmen yang kurang dianggap
masyarakat, yaitu militer. Belum transparan dari militer yang terlibat di sana. Kenapa
senjata begitu bebas beredar di kaum sipil? Provokator tidak hanya dari sipil, tapi juga
dari militer. Dari Cibubur, Yan mengatakan, pernyataan Menko Polkam itu keliru,
bukan pengkhianat perdamian di Ambon, tapi otak pengkhianat perdamaian ada di
Jakarta.
Last modified: 31/7/2002
|