SUARA PEMBARUAN DAILY, 5/8/2002
Poso Memanas, 5 Luka Parah dan 7 Hilang
PALU - Situasi Kota Poso, terutama di daerah-daerah pinggiran, kembali memanas
menyusul adanya aksi-aksi sporadis yang terus berlanjut dan memakan korban jiwa
di daerah penghasil kayu hitam (eboni) tersebut.
Pemantauan Pembaruan sampai Senin (5/8) pagi, situasi Poso mencekam dan
banyak warga tidak berani ke luar rumah terutama di daerah-daerah pinggiran seperti
Kecamatan Lage, Tojo, dan Poso Pesisir. Begitu juga kendaraan umum dari arah
Makassar-Tentena-Poso tidak diizinkan petugas berjalan malam hari. "Kendaraan
umum hanya boleh jalan siang hari melintasi Tentena-Poso dan harus minta
pengawalan petugas," kata seorang sopir.
Sebelumnya, pada Minggu dini hari sekitar pukul 04.00 WITA, sekelompok orang tak
dikenal kembali menyerang Desa Matako, Kecamatan Tojo, Kabupaten Poso. Dalam
penyerangan itu, massa membakar puluhan rumah warga dan satu Gereja
Pantekosta yang baru saja dibangun kembali (sudah pernah dibakar saat kerusuhan
2001) hingga rata dengan tanah. Praktis desa itu menjadi lautan api kembali seperti
kerusuhan pernah terjadi tahun 2001 lalu.
Keterangan yang dihimpun Minggu petang menyebutkan, selain membakar rumah
warga dan rumah ibadah, para penyerang juga melepaskan tembakan ke arah
rumah-rumah sehingga mengenai 5 orang dan terluka parah. Masing-masing 4 wanita
yakni Nona Tadenka (32), Ny Wemu Mokeo (66), Ny. N Towea (59), Nona Ulce (21)
serta Silas Mokeo (26).
Menurut saksi mata, para korban yang umumnya tertembak di perut, bokong, kaki
dan tangan, kena tembak saat keluar dari rumahnya untuk mencari
perlindungan/menyelamatkan diri. Selain itu, terdapat pula 2 warga yang menderita
trauma dan shok Ny Mayongke Kanta (75) dan Tendea Baleba (66). Dilaporkan pula 7
warga lainnya hilang dan sampai Senin pagi belum diketahui keberadaannya.
Ke-7 korban luka parah dan shok, pada Minggu siang sudah dievakuasi masyarakat
ke RSU Tentena, Kecamatan Lore Utara Poso sekitar 125 km dari lokasi kejadian.
Direktur RSU Tentena dr. JL Tarau yang dihubungi Minggu petang membenarkan
tentang keberadaan ke-7 pasien tersebut.
Menurutnya 3 pasien dalam kondisi sangat kritis yakni Nona Tadenka (32), Ny.
Wemu Mokeo (66), Ny. N Towea (59) dan direncanakan Minggu malam akan dirujuk
ke RSU Undata Palu untuk pertolongan lebih lanjut.
Para saksi mata mengatakan, aksi penyerangan di Desa Matako sangat tiba-tiba dan
berlangsung saat warga sedang tertidur lelap.
"Secara tiba-tiba kami mendengar bunyi ledakan cukup keras diikuti nyala api yang
membara dari rumah-rumah warga.
Kami berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri," kata Sinto (30) warga
Matako yang lari ke Tentena, Minggu petang.
Sinto menambahkan, saat warga lari keluar dari rumah itulah, para penyerang
kemudian mengeluarkan tembakan dan mengenai ke-5 korban hingga luka parah.
Danrem 132/Tadulako Sulawesi Tengah (Sulteng), Kol Inf Suwahyuhadji yang
dikonfirmasi Senin (5/8) pagi mengakui sudah menerima laporan kejadian
penyerangan di Desa Matako tersebut.
Pos Penjagaan
Dikatakan, lokasi pe- nyerangan berjarak sekitar 700 meter dari pos penjagaan TNI.
Dan waktu mendengar ada bunyi ledakan, petugas sudah bersiap-siap hendak
menuju tempat kejadian peristiwa (TKP), tapi saat bersamaan warga lainnya
berbondong-bondong datang ke pos penjagaan itu untuk minta perlindungan.
"Saat itu warga melarang petugas meninggalkan pos karena takut tidak ada yang
melindungi, jadi terpaksa petugas kita tidak bisa leluasa bergerak," ujar Suwahyuhadji
dan menambahkan jarak 700 meter tergolong cukup jauh dari TKP. (128)
Last modified: 5/8/2002
|