SUARA PEMBARUAN DAILY, 13/8/2002
Poso Jadi Lautan Api
Lima Orang Tewas, Ratusan Rumah Dibakar
PALU - Kondisi keamanan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng),
tampaknya semakin parah, mencekam, dan tidak menentu. Terasa aneh, karena baru
saja selesai pertemuan antara Menko Kesra Jusuf Kalla dan para tokoh Muslim dan
Kristen mencari upaya damai di wilayah itu.
Pada pertemuan (11-12/8) di Palu itu, para deklarator Muslim-Kristen Poso merasa
optimistis bahwa suasana damai di Poso bisa terwujud. Namun, apa yang terjadi.
Pada Selasa (13/8) pagi, situasi di Poso sangat mencekam. Ada gereja dan mesjid
yang dibakar.
Pada Senin (12/8) malam, ratusan rumah penduduk di Desa Sepe dan Silanca,
Kecamatan Lage, Poso, diserang dan dibakar massa. Dua desa itu berubah menjadi
lautan api.
Para penduduknya ditembaki dan dibom oleh sekelompok massa bersenjata otomatis
yang menyerang wilayah desa tersebut antara pukul 19.30 hingga 22.00 WITA, Senin
malam.
Informasi yang diperoleh Selasa pagi menyebutkan, sedikitnya 5 warga ditemukan
tewas, yaitu Sulelino, Kangea, Ombitaka, Paratatangan.
Jenazahnya sudah dibawa ke Tentena. Sedangkan, satu mayat lainnya belum
teridentifikasi dan kini masih berada di Desa Tagolu, Lage. Dua warga terluka parah,
yakni Dami Tangkuna dan Simon Kangea.
Untuk mengatasi situasi, sejumlah pasukan TNI/Polri yang lebih besar, Selasa pagi
dikirim dari Kota Poso ke Desa Sepe dan Silanca, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso
untuk memperkuat sistem keamanan di kedua desa yang diserang kelompok
bersenjata Senin malam.
Dilaporkan pula pada Selasa pagi, Pangdam VII/ Wirabuana Mayjen TNI Amirul
Isnaeni didampingi Kapolda Sulteng Brigjen Pol Zainal Abidin Ishak, meninjau
langsung Desa Sepe dan Silanca yang telah hangus dibakar kelompok bersenjata itu.
Camat Lage, Tamboeyo yang berhasil dihubungi Pembaruan via telepon Selasa pagi
membenarkan adanya kunjungan Pangdam VII/Wirabuana tersebut.
Menurutnya, Pangdam bersama rombongan tadinya hendak menuju ke Makassar
dengan jalan darat dari Palu, namun terhalang kejadian di Sepe-Silanca.
Tamboeyo mengatakan, saat ini ia bersama para pemuka agama Kristen di Lage
sedang berupaya menenangkan massa Sepe-Silanca agar tidak terpancing
melakukan aksi balasan menyusul penyerangan Senin malam itu.
Sampai Selasa pagi, baru lima korban tewas ditemukan akibat penyerangan ke
Sepe-Silanca, namun jumlah korban tewas itu katanya, diperkirakan bisa bertambah.
Sampai saat ini jumlah aparat keamanan yang ditugaskan di Poso sudah mencapai
3.380 personel TNI/Polri, termasuk di antaranya 1 satuan setingkat batalyon (SSY)
dari Kodam VII/Wirabuana Makassar.
Lumpuh Total
Sementara itu, situasi di Desa Sepe dan Silanca, Selasa pagi sangat sepi dan
mencekam. Sebagian besar penduduknya telah mengungsi ke arah Tentena,
Kecamatan Pamona Utara. Terutama kaum wanita dan anak-anak, mengungsi sejak
Senin tengah malam dengan berjalan kaki serta pakaian di badan ke Tentena sekitar
80 km dari lokasi kejadian.
Seorang petugas di Mapolres Poso mengatakan, aparat juga melakukan penyisiran di
sekitar lokasi kejadian, namun tidak ditemukan lagi para penyerang karena diduga
sudah menghilang ke dalam hutan.
Selasa pagi, arus lalu lintas kendaraan umum dari Makassar-Tentena-Poso-Palu,
lumpuh total. Kegiatan perkantoran dan pendidikan macet. Masyarakat yang tadinya
sudah mulai hidup tenang, kini kembali mengungsi ke tempat lain yang dianggap
aman.
Situasi tegang terutama terjadi di kecamatan: Tojo, Lage dan Poso Pesisir. Di
kawasan ini, warga memasang blokade-blokade di jalan raya sehingga tidak boleh
ada orang atau kendaraan umum yang lewat. Warga juga mulai melakukan sweeping
kartu tanda penduduk (KTP) masyarakat.
Selain membakar rumah penduduk, massa juga membakar gereja, sekolah dan
fasilitas umum lainnya. Aksi penyerangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah
Menko Kesra Jusuf Kalla dan elite masyarakat Poso mengadakan pertemuan di Palu
membicarakan evaluasi keamanan Poso Pasca-Deklarasi Malino I.
Para saksi mata menyebutkan, penyerang sebagian datang dari arah laut, yakni dari
Labuan, Buyungkatedo, Toyado dan Lawanga dengan dibekali berbagai senjata
otomatis dan bom.
Sebelum penyerangan ke Silanca, sejak Senin pagi, aparat keamanan memaksa
masuk ke Silanca untuk mencari Bripda Andi Amir, anggota Brimob Polda Sulteng,
yang hilang bersama pengemudi ojek sehari sebelumnya.
Tapi massa di Ronononcu tidak mengizinkan aparat keamanan masuk Silanca.
Karena kesal, aparat membuang tembakan sehingga warga melunak dan sore harinya
massa mengizinkan dua truk keamanan, namun mereka bukan ke Silanca, melainkan
ke Mayoa, Kecamatan Pamona Selatan (lokasi penembakan warga Italia Lorenzo
Taddei).
Setelah aparat itu lewat, tiba-tiba dari arah Lawanga dan Toyado, sekelompok orang
bersenjata menyerang Sepe dan Silanca menggunakan senjata otomatis.
Rumah-rumah dibakar/diledakkan dengan bom, warganya ditembaki dan kedua desa
itu berubah jadi lautan api. Kerusuhan baru bisa reda, setelah datang sejumlah
bantuan aparat TNI/Polri dari Kota Poso.
Dibakar
Sebelum penyerangan di Sepe dan Silanca, Senin siang sekitar pukul 12.00 WITA,
sekelompok massa mengamuk di Tentena, Kecamatan Pamona Utara, Poso. Mereka
membakar sebuah bus PO Alugoro dari arah Bungku-Poso. Bus bernomor polisi DN
7568 E tersebut dibakar massa saat berhenti di terminal penumpang Tentena.
Informasi yang diperoleh Senin malam menyebutkan, 14 penumpang bus dan 2 awak
bus berhasil diamankan di pos TNI Sawidago, Tentena. Tidak jelas mengapa massa
membakar bus yang berhome-base di Kota Poso itu, tapi diduga sebagai
pelampiasan kemarahan massa atas berbagai aksi penyerangan ke desa-desa
tertentu di Poso, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, namun tidak ada
penanganan yang tuntas dari aparat.
Menyusul pembakaran bus Alugoro itulah, pada Senin malam giliran Sepe dan
Silanca diserang massa bersenjata.
Di Kelurahan Ranononcu, Kecamatan Poso Kota, dilaporkan massa juga membakar
sebuah mesjid. "Kami bisa menyaksikan nyala api membara di udara akibat
pembakaran di Ranononcu," kata Yusri, Pemred Poso Post, kepada Pembaruan,
Senin malam.
Wakapolres Poso Kompol Yusmanjaya SIK, yang dihubungi via telepon Senin malam
membenarkan adanya penyerangan ke Sepe dan Silanca. Namun, berapa jumlah
korban dan bagaimana kondisi sebenarnya, Yusmanjaya belum dapat menjelaskan.
Tidak Berdosa
Wakil Ketua Pokja Deklarasi Malino Provinsi Sulteng Drs S Pelima yang dikonfirmasi
Selasa pagi menyatakan, ia sudah mendengar laporan tentang penyerangan ke Sepe
dan Silanca, juga pembakaran bus Alugoro di Tentena. Ia juga membenarkan kelima
nama korban tewas, serta dua luka parah.
Pelima mengatakan, di Kabupaten Poso saat ini ada pengacau keamanan yang terus
meneror rakyat yang tidak berdosa, dibunuh, ditembaki, dibakar, dan diusir.
Sehubungan dengan itu, atas nama Deklarator Kristiani Poso, Pelima memohon
kepada pemerintah baik di daerah maupun di pusat, termasuk aparat keamanan yang
dibawa koordinasi Pangdam VII/Wirabuana dan Kapolri agar membantu menghentikan
segera teror terhadap rakyat di Poso.
Dalam pertemuan evaluasi deklarasi Malino untuk di Poso di Palu, Senin, kata
Pelima, salah satu poin penting yang disepakati bahwa setiap orang, ataupun
kelompok yang melakukan penyerangan, penembakan, pembakaran, pembunuhan,
provokasi, adalah musuh bersama bagi masyarakat kristen maupun muslim di Poso.
Sementara itu dari Makassar dilaporkan, Kapolda Sulsel Irjen Pol Firman Gani
mengatakan, pihaknya akan segera mengirimkan pasukan ke Poso untuk membantu
pengamanan di daerah itu.
Pengiriman pasukan itu, kata Firman, akan dilakukan pekan ini atas perintah Kapolri
Jenderal Pol Da'i Bachtiar.
Petugas RSU Tentena yang dihubungi Selasa siang menyebutkan, baru empat
korban tewas yang sudah dievakuasi ke rumah sakit tersebut. Seorang lagi masih
berada di Tagolu, Kecamatan Lage, dan diharapkan Selasa siang ini juga dievakuasi
ke RS Tentena.
Aparat keamanan dan masyarakat hingga Selasa siang masih terus melakukan
pencarian para korban yang diduga banyak meninggal akibat penyerangan ke Desa
Sepe dan Silanca. (SI/128)
----------
Last modified: 13/8/2002
|