SUARA PEMBARUAN DAILY, 15/7/2002
Situasi di Maumere, NTT, Berangsur Normal
KUPANG - Kapolda NTT Brigjen Pol Drs Y Jacky Uly, Senin (15/7) pagi, di Kupang
mengatakan, situasi keamanan dan ketertiban di Maumere, Kabupaten Sikka, Pulau
Flores, NTT, saat ini sudah terkendali dan berangsur normal setelah dilanda
kerusuhan, Minggu (14/7) pagi.
Dikatakan, menurut laporan yang diterima dari Kapolres Sikka AKBP FX Bagus
Wahyono, seorang petugas Polres Sikka mengalami luka-luka akibat terkena
lemparan batu saat terjadinya bentrokan dengan massa yang beringas, ketika
dicegah petugas agar tidak menyerbu masuk ke Mapolres.
Menurut Jacky, tidak ada korban dalam kerusuhan tersebut. Namun, aktivitas
masyarakat sempat lumpuh sepanjang Minggu siang sampai malam hari. Kapolres
menolak ketika ditawarkan pengiriman bantuan pasukan dari Ende untuk
mengamankan situasi. Sebab, jumlah petugas yang ada, ditambah aparat keamanan
dari TNI-AD dan pasukan Marinir TNI-AL sudah cukup untuk mengendalikan
keamanan.
Kerusuhan di Maumere bermula dari tindakan FM, salah seorang ABK Kapal Pesiar
Monalisa yang menerima hostia (roti kecil, simbol makanan rohani) saat misa di
Gereja Paroki St Yosef yang berlangsung antara pukul 06.00 - 07.00 WITA. Hostia itu
tidak langsung disantap di depan pastor, tetapi dibawa kembali ke tempat duduknya.
Seorang frater (calon pastor) yang ikut misa menyaksikan tindakan FM tersebut,
langsung mendatanginya dan mengambil kembali hostia yang tidak dimakan,
kemudian dikembalikan kepada Rm John Eoh Pr yang memimpin misa itu. Usai
misa, FM dibawa ke kantor gereja untuk dimintai keterangan mengenai tindakannya.
Ketika diperiksa, dalam dompetnya ditemukan dua lembar Kartu Tanda Penduduk
(KTP) dengan agama yang berbeda. Akibatnya, umat katolik yang menyaksikan
pemeriksaannya mulai marah. Beruntunglah, petugas Polres Sikka yang dilaporkan
tentang kasus tersebut langsung menjemput FM dan dibawa ke Mapolres untuk
diperiksa.
Baru beberapa saat tiba di Mapolres, massa datang dan mendesak agar FM
dikeluarkan dari tahanan. Melihat situasi yang kian memanas, petugas melakukan
pagar betis dan terus berusaha menenangkan massa yang kian beringas. Ketika
pasukan antihuru-hara (PHH) tiba, massa kian beringas dan mulai melempari
Mapolres.
Meski Rm John Eoh PR sudah datang ke Mapolres untuk menenangkan massa
dengan menjelaskan bahwa kasus FM tidak termasuk pencemaran hostia, namun
massa sudah tidak dapat dikendalikan. Terpaksa PHH mengeluarkan tembakan
peringatan dan melepaskan tembakan gas air mata ke arah massa.
Massa kemudian terpecah menjadi dua bagian dan mulai melakukan pelemparan
terhadap rumah dinas Kapolres dan pertokoan serta sempat melempar sebuah rumah
ibadah di bilangan Perumnas. Beberapa rumah makan dirusak dan barang-barangnya
dihancurkan. Kerumunan massa mulai berkurang menjelang tengah malam, setelah
Rm John Eoh Pr bersama beberapa pastor terus-menerus berupaya menenangkan
massa. (120)
----------
Last modified: 15/7/2002
|