The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Artikel Pilihan


Kambing Dan Domba Diadu Oleh Serigala

Oleh : A.J.S. Norimarna

Siapa yang sebenarnya pro RMS dan siapa yang pro NKRI? Pertanyaan ini sulit dijawab. Apakah Kristen identik dengan RMS dan Islam identik dengan NKRI? Banyak orang akan jawab bahwa dorang setia pada NKRI, pendukung NKRI, pembela NKRI dan yang lain-lain yang bagus-bagus tentang NKRI (Islam maupun Kristen). Disamping itu mereka akan mengutuk RMS, mencacimaki RMS dan lain-lain. Seng tau hal ni, kata ini cuma tagal takut! Cuma takut lalu bicara sabarang, sampe-sampe badan-badan keagamaan bikin pernyataan rupa-rupa.

Kasiang, sampe bagitu paskali? Maaf beta bicara sebagai orang Kristen. Kristen tidak identik dengan ideologi (kenegaraan) apapun didunia dan bukan saja RMS. Anggota gereja, harus patuh pada pemerintah yang ada (pemerintah apapun), selama yang dimintanya tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan, tetapi bukan setia secara buta. Mari katong jujur saja ada orang Kristen yang pro NKRI dan ada pula yang pro RMS, sama saja dengan orang Islam ada yang pro NKRI, tetapi ada pula yang pro RMS.

Sekalipun demikian tugas gereja harus tetap membina jemaatnya (tanpa pertimbangan dia pro NKRI atau RMS) untuk mengasihi Tuhan, serta mengasihi sesama manusianya seperti dirinya sendiri, tanpa melihat apakah dia pro RMS atau NKRI. Bapak-bapak beta kira seng usah berdwi fungsi iko-iko ABRI. Beta kira karena dwi fungsi, ABRI jadi lemah sehingga seng bisa tegas kepada teroris-teroris yang datang menteror di Ambon? Setiap orang punya alasan-alasan tersendiri untuk mempunyai ideologi tertentu, coba selidiki apa yang menyebabkan dia berpikir demikian.

Sebagai contoh munculnya FKM adalah akibat dari pembiaran teroris sejak 1999 memporak-porandakan Maluku. Kalau mau FKM tidak mendapat simpati, coba pemerintah berkelakuan baik jua (tangkap teroris sekalipun yang berkedok pro NKRI) dan bukan dengan tangkap orang bukan teroris sebanyak mungkin, sampe ibu-ibu yang pung bayi yang sedang menyusui. Urus pengungsi seng becus, urus keamanan seng becus, pemerintah bisa urus apa saja? Kalau ada kerusuhan bilang masyarakat harus sadar.

Memang masyarakat sudah sadar bahwa dari dolo sampe sekarang mereka diadu domba oleh orang luar. Dong su tahu lai kata dong sedang diadu sama dengan "kambing diadu dengan domba oleh serigala, yang sebentar nanti makang dua-dua". Dong juga tahu siapa dibelakang ini, cuma tagal taku dong bicara sabarang-sabarang, dengan harapan akan dilindungi pemerintah, tetapi kenyataannya katong lia sandiri jua. Tapi beta kira sekarang banya orang su molai berani, sampe-sampe anggota DPR-pun, cuma balong samua.

Menganut ideologi yang berbeda kan seng apa-apa, asal saja seng berontak, rampok, bunuh rakyat. Ada partai-partai yang memperjuangkan syarah Islam kenapa seng ditangkap? Padahal syarat utama Maluku, Timor, Minahasa, Bali dan lain-lain daerah bergabung dengan Indonesia dalam proklamasi 1945, adalah karena tidak dimasukannya syarah Islam kedalam undang-undang. Oke itu politik yang sebetulnya beta seng mau masuk. Masalah yang sebenarnya adalah mari katong berpikir dan bertindak yang benar dan adil, tanpa takut. Ingatan Tuhan memberi Roh yang pimpin basudara bukan roh penakut, pengecut, cari muka dan ...........(isi sandiri jua).

Dalam tulisan yang lalu beta lupa masalah Wamkana dan Waenalut, sampe bung Empi marah-marah kata orang-orang su lupa Buru lai. Masyarakat sampe taku TNI dan tidak mau kembali kalau TNI tidak ditarik. Pasti Panglima marah lai, kata sadiki-sadiki TNI. Kalau bukan TNI beta kira yang menamakan dirinya PRO NKRI. Bapak tolong tangkap dong hidop-hidop lalu adili secara terbuka di Ambon supaya masyarakat tau, sapa sebenarnya dibelakang ini. Penyerang ini sama saja deng di Ambon dan mana-mana di Maluku sejak 1999, membunuh termasuk perempuan dan anak-anak, merampok dan membakar, pelanggaran HAM kembali. Makanya beta bilang toh, bahwa kerusuhan ini merupakan lanjutan dari kerusuhan 1999.

Sekarang ada yang baru lai, yaitu tentang anak-anak Tanahtinggi diberi senjata oleh anggota Arhanud 11 lalu diedarkan seakan-akan mereka tentara RMS. Panglima yang menurut bapak Uskup suka main-main ini bilang apa lai? Katanya kalau Arhanud 11 salah, ontua mau hukum sesuai dengan pelanggaran. Ingat pelanggaran Arhanid 11 cukup banyak. Yang diketahui saja adalah, jaga gereja Nazareth, lalu terbakar, peristiwa kasi senjata untuk orang Tanahtinggi untuk difoto yang kemudian tersebar sebagai tentara RMS dan peristiwa bendera RMS di Galala. Jadi beta kira Panglima seng perlu hukum, nanti pengadilan yang memutuskan, termasuk komandan Batalyon, maupun Panglima sendiri sebagai penanggung jawab dari TNI yang di BKO-kan di Maluku.

Bagaimana basudara dari DPR kalau pemerintah su seng sanggup atasi ini mari katong ikut anjuran Bapak Uskup untuk minta campur tangan dunia Internasional. Beta seng mau bicara tentang politik, tapi tentang kemanusiaan. Mari katong samua barenti bicara politik. Kalau bicara politik maka katong sudah masuk skenario yang telah disusun Eyangnya (sutradara) Teroris. Mari katong mulai sekarang berbicara tentang pelanggaran-pelanggaran HAM yang sedang terjadi di Maluku dan tentang pembiaran dari pemerintah. Sekali lagi beta kasi inga jang bicara politik lai, karena sutradara terorisme su ator akang, supaya katong masuk ke situ dan satu kali maso susah keluar karena merupakan benang kusut.

Beberapa hari yang lalu beta dengar bung Bob Maspaitella (peserta Malino II) ada bicara di RRI, bahwa Kristen tidak identik dengan RMS. Bung samua orang jua tahu bahwa Kekristenan memfokuskan perhatiannya pada iman pada Kristus sedangkan RMS adalah suatu ideologi. Ideologi adalah ide seseorang/sekelompok yang menurutnya logis, jadi hasil pemikiran manusia jadi bisa betul bisa juga salah tergantung tempat dan waktu, sedangkan Iman tu lain lagi (nanti bapak tanya pendeta di Waai jua). Bapak urusan pengungsi adalah urusan kemanusiaan, bukan politik, sebab kalau sudah mulai asik deng politik bisa-bisa lupa pengungsi (maaf pak, kasi inga saja!). Cukup dolo untuk hari ini, supaya ada bahan untuk lain kali lai.

Jadi basudara mulai sekarang jang bicara tentang politik, lebe bae bicara tentang terorisme yang sedang terjadi di bumi Maluku ini yang sedang memusnahkan manusia Maluku dan bagaimana mengatasinya. Sekali lagi atas dasar pernyataan Bapak Uskup Amboina yang bilang bahwa: "Lebel RMS dipakai untuk membunuh orang Kristen", beta minta basudara orang Kristen jangan bicara tentang RMS lai. Kalau basudara bataria untuk menindak RMS maka basudara yang berteriak sendiri mungkin akan dibunuh pada satu waktu dan sesudah jadi bangke masih dituduh, bangke RMS. Beta tahu bahwa basudara adalah orang-orang yang sangat mencintai NKRI, tetapi supaya tidak ada alasan orang bunuh basudara, jang bataria sabarang-sabarang lai.

Salam Ambon pung giliran ada lai, cuma tunggu, Sarani lemah dolo, barang tangani dua-dua sekaligus berat dalam mempertanggung-jawabkannya ke dunia internasional. Ingatan basudara issue RMS adalah jebakan yang dipasang oleh Eyangnya Teroris Maluku, tapi tangan takut! Mari katong bersatu, jaga supaya tidak terjadi pemusnahan suku Maluku.

Kiranya Tuhan mau menyertai dan menolong kita! Amin!

* Penulis adalah salah satu korban kerusuhan Maluku.

-- Artikel tulisan ini telah dimuat koran lokal di Ambon.
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/urimesing
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044