Masariku Network, 26 Mei 2004
Update Soal Bom
Dear All,
Soal terror bom yg terjadi di Ambon kemarin telah memunculkan polemic di media
masa nasional tentang benar tidaknya ditemukan bom di depan Kantor Sinode GPM
dan bekas kantor pajak Provinsi Maluku. Bantahan ditemukannya bom di lain tempat
selain yang meledak di pasar kaget Batumeja disampaikan secara resmi oleh pihak
Hankam di Jakarta. Menariknya dalam pemberitaan media local di Ambon tak ada
sebuah bantahanpun yang dikeluarkan pihak aparat keamanan terhadap penemuan
bom-bom dimaksud. Baik berita TVRI siaran Maluku maupun semua media yang
terbit hari ini di Ambon menegaskan adanya temuan bom lain di dua tempat berbeda,
selain yang meledak di pasar kaget Batumeja. Masing-masing kedua wilayah itu
adalah halaman depan kantor Sinode GPM, dan halaman depan bekas kantor pajak
Maluku. Dalam penjelasannya Kapolres Pulau Ambon dan Lease bahkan hanya
mengoreksi penemuan bom di toko swalayan Indojaya sebagai berita yang tidak
benar, setelah tim jihandak turun ke lokasi dimaksud. Informasi bom di Indojaya
menurutnya diperoleh via telpon, ketika tim Jihandak sedang berupaya menjinakan
bom di lokasi halaman depan Kantor Sinode GPM. Ada kesan misterius berkaitan
dengan penyikapan pihak Polres dan Polda Maluku, berkaitan dengan berita
penemuan bom-ini. Kapolres Ambon-Lease dalam percakapannya kemarin dengan
kami di lokasi penjinakan Bom kantor Sinode GPM, berulangkali menegaskan bahwa
bom yang dijinakan beratnya kurang lebih 5 kg dengan rakitan yg khusus. Karenanya
dalam upaya penjinakannya dibutuhkan waktu yang cukup lama. Kapolres sendiri
berada di wilayah penjinakan bom Kantor Sinode GPM sampai selesainya proses
penjinakan. Bahkan setelah itu Kapolres meminta waktu khusus untuk berbicara
dengan sekretaris Crisis Centre GPM di ruang kerja Crisis Centre GPM, yang
letaknya kurang lebih 7 meter dari lokasi penemuan bom dimaksud. Dalam
percakapan itu Kapolres meminta semua anggotanya meninggalkan dia sendiri.
Demikian pula staff Crisis Centre lainnya diminta meninggalkan ruang. Percakapan
hanya berlangsung diantara Kapolres, Sekretaris Crisis Centre GPM, serta salah
seorang tokoh pemuda Kristen lainnya. Inti percakapan berkisar pada informasi telpon
dan SMS gelap yang diterima sejak tiga hari terakhir melalui handphone sekretaris
CC GPM, maupun yang diterima melalui telpon kantor CC GPM. Demikian juga
dibicarakan menyangkut kecurigaan CC GPM terhadap beberapa warga masyarakat
dan anggota-anggota TNI berpakaian loreng, yang selama beberapa hari terakhir
mondar-mandir di depan jalan dan terkesan memantau secara khusus kantor Sinode
GPM. Dijelaskan bahwa berdasarkan kecurigaan itu maka sejak beberapa hari
terakhir staff CC GPM sudah berupaya mengamankan data-data CC GPM dengan
cara memindahkannya ke ruang lain. Dasar kecurigaan ini memang terbangun sejak
dieksposenya kasus Arhanud 11 dengan bendera RMS di Hative Kecil, maupun
kecurigaan keterlibatan Arhanud 11 dalam pembakaran gedung gereja Nazareth pada
awal kerusuhan baru ini. Sebagaimana kemudian diketahui bahwa proses
pendampingan dan perlindungan saksi mata dari kejadian-kejadian itu dilakukan oleh
pihak CC GPM. Terutama setelah beberapa saksi memperoleh terror dari aparat
keamanan selama beberapa kali.
Dalam percakapan kemudian dengan beberapa anggota polisi, diperoleh informasi
bahwa kasus penemuan bom di halaman kantor Sinode GPM memang harus dihindari
pengembangan informasinya, mengingat satus kantor Sinode GPM sebagai institusi
resmi dan utama dari denominasi gereja terbesar di Maluku. Hal itu akan
menimbulkan sensitifitas public yang bisa mengarah ke perluasan konflik. Sementara
itu sebagian kalangan mencurigai pengembangan beberapa titik peledakan bom,
untuk menghindari gugatan public terhadap lambannya pihak jihandak menyikapi
laporan penemuan bom di pasar kaget Batumeja, yang telah dilaporkan 1 jam
sebelum bomnya meledak. Sebagaimana diketahui selama ini pihak jihandak Polda
Maluku hanya memiliki satu unit mobil penjinak bom. Hal ini sangat tidak efektif untuk
mengamankan dan menjinakan bom yang diletakan dan ditemukan serentak pada
beberapa lokasi di kota Ambon.
Pada lain pihak model terror bom seperti ini sudah diprediksi akan terjadi jauh hari
sebelumnya. Prediksi ini dilakukan berdasarkan pola konflik yang terbangun pada
periode konflik sebelumnya. Telah berulangkali kami berupaya mengingatkan
masyarakat untuk mewaspadai model paket bom di keramaian, bilamana
upaya-upaya misterius untuk menabrak ketahanan masyarakat terhadap
pengembangan konflik tak berhasil. Hal mana nampak sejak konflik 25 April yang
lalu, bahwa wilayah hot spot dari konflik hanya terlokalisir di beberapa region kota.
Interaksi masyarakat Muslim-Kristen pada banyak wilayah lain di luar pusat konflik
berjalan sebagaimana biasanya. Ini artinya tidak sulit sebenarnya untuk membaca
arah konflik dan penyelesaiannya, bilamana kita bercermin pada rangkaian indicator
konflik periode lalu, yang cenderung membentuk pola tetap. Sayangnya sampai saat
ini masyarakat, lembaga-lembaga public lainnya, maupun pemerintah terkesan
terjebak pada ilusi semu situasi cooling down yang terjadi selama ini. Sejak
berakhirnya konflik periode lalu belum pernah dilakukan sebuah upaya bersama untuk
membangun system peringatan dini di dalam masyarakat. Sementara ironisnya
indicator-indikator pemicu konflik dibiarkan berkembang dan tidak diredam. Untuk
sementara prediksi kami ke depan konflik masih akan berlangsung melalui beberapa
pola dan upaya pelebaran wilayah, bilamana model penanganannya masih
berlangsung seperti ini.
Masariku Network Ambon
MASARIKU NETWORK
|