Pikiran Rakyat, 06/06/04
"Kaus RMS" Ditemukan di STPDN
SUMEDANG, (PR).- Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor
Kab. Sumedang, kembali menjadi sorotan dan perhatian aparat, karena di lingkungan
kampus calon pamong tersebut diduga terdapat gerakan berbau organisasi Rapublik
Maluku Selatan (RMS). Dugaan itu muncul menyusul ditemukannya sejumlah kaus
yang sementara ini disinyalir bergambar lambang bendera RMS dari dalam lingkungan
kampus tersebut.
Menurut informasi yang diperoleh "PR", Sabtu (5/6), kasus itu kini sedang ditangani
oleh kepolisian, baik Polda Jabar maupun Polres Sumedang. Salah seorang saksi
yang pertama mengetahui keberadaan kaus tersebut, sedang dimintai keterangan.
Sebuah contoh kaus yang diduga berlambang RMS, turut diamankan untuk lebih
lanjut diteliti kebenarannya di Mapolres Sumedang.
Gambar sablon yang diduga sebagai lambang bendera RMS itu, terdapat pada bagian
dada sebelah kanan kaus, dan pertama diketahui oleh salah seorang pengasuh di
lingkungan STPDN sendiri. Bahkan, gambar pada kaus tersebut sempat diakurkan
dengan dokumen gambar bendera RMS hingga akhirnya dipastikan, keduanya
memiliki kemiripan. Kaus serupa, jumlahnya disinyalir mencapai puluhan dan dibuat
di sebuah percetakan sablon di daerah Jatinangor atas pesanan salah seorang praja
yang belum diketahui pasti identitasnya.
Meski begitu, praja yang memesan kaus dimaksud, diduga berasal dari kontingen
Maluku. "Kaus itu, pertama kali diketahui oleh salah seorang pengasuh STPDN.
Setelah ditelisik, menurut informasi, kaus yang diduga berlambang bendera RMS ini
pesanan dari salah seorang praja, dengan alasan untuk acara ulang tahunan praja
Kontingen Maluku," tutur sebuah sumber.
Informasi lain menyebutkan, kasus ini sudah diketahui pula oleh pimpinan lembaga
STPDN, termasuk Plh Ketua STPDN, I Nyoman Sumaryadi. Bahkan, pihak Sekjen
Depdagri sempat menghubungi berbagai pihak, khususnya pejabat STPDN dan
kepolisian seraya meminta agar kasus tersebut tidak sampai diketahui oleh umum.
"Pejabat di Depdagri sempat menghubungi beberapa pihak terkait, termasuk Polres
Sumedang, dan meminta agar kasus tersebut tidak sampai diketahui oleh umum,"
tambah sumber lainnya.
Sementara itu, seorang pengasuh STPDN yang pertama mengetahui keberadaan
kaus dimaksud, Sabtu (5/6) sore, sempat diminta keterangan di ruang bagian IPP
Mapolres Sumedang. Namun saat akan ditemui, yang bersangkutan sudah
meninggalkan Mapolres, diduga lewat jalan belakang. Sejauh ini, belum diperoleh
konfirmasi resmi dari Kapolres Sumedang, AKBP Drs. Yoyok Subagiono, S.H., M.Si.,
perihal langkah penyelidikan maupun hasil pemeriksaan saksi pengasuh STPDN
tersebut.
Warna kaus
Sementara itu, Koordinator Pelaksana Harian Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri (STPDN) Nyoman Sumaryadi yang dihubungi per telefon, Sabtu (5/6) malam,
membenarkan adanya kaus yang diidentikkan dengan bendera RMS. "Tapi, kalau
dikatakan ada indikasi aktivitas yang mengarah kepada gerakan tersebut tidak benar.
Bahwa ada kaus yang berwarna sama dengan bendera RMS memang benar, tapi
masih harus dibuktikan kebenarannya," ungkap Nyoman.
Ia mengatakan di STPDN memang ada kebiasaan di kalangan praja (mahasiswa)
untuk membuat kaus seragam berdasarkan asal provinsi masing-masing. "Nah kaus
yang dibuat praja dari Maluku itu ternyata memiliki corak warna yang katanya mirip
dengan bendera RMS. Tapi, waktu kita tanya praja yang membuatnya, mereka
mengatakan tidak mengetahui bahwa corak warna itu identik dengan bendera RMS,"
tuturnya.
Ditegaskan, terlalu dini mengatakan ada indikasi aktivitas gerakan RMS. "Isu itu
berkembang hanya dari penemuan kaus tersebut. Namun demikian, kita sendiri
sudah menyerahkan persoalan ini kepada Irjen Depdagri untuk ditindaklanjuti. Kalau
ternyata, setelah ditindaklanjuti ditemukan hal-hal yang memang terkait dengan
kecurigaan itu, semuanya diserahkan kepada pihak berwenang," tuturnya.
Tentang penanganan aparat kepolisian, Nyoman mengaku tidak tahu dari mana
mereka tahu persoalan ini. "Kita hanya melaporkan kepada Irjen Depdagri. Hanya
saja, tadi (5/6) siang, salah seorang pengasuh kami mengaku dipanggil kepolisian.
Saya katakan, berikan saja keterangan apa adanya sesuai apa yang ditemukan di
lapangan," kata Nyoman Sumaryadi.(A-98/A-64)***
Hak Cipta © 2002 Pikiran Rakyat Cyber Media
|