Radio Nederland Wereldomroep, Jumat 04 Juni 2004 06:45 WIB
Langkah Hendropriyono Bak Pisau Bermata Dua
Intro: Hendropriyono, Kepala Badan Intelijen Nasional adalah tokoh yang memang
berlatar belakang intelijens. Tindakannya selalu bisa ditafsirkan ganda. Apakah itu
peristiwa Talangsari di Lampung pada tahun 1989, atau kedekatannya dengan
Megawati di zaman Soeharto, semua itu bisa dilihat sebagai menguntungkan satu
pihak atau justru pihak lain. Demikian pula keputusannya mengusir Sidney Jones,
direktur Asia untuk lembaga ICG. Akankah Megawati dirugikan dengan keputusan ini
atau justru pihak militer? Berikut penjelasan pengamat militer Indro Tjahjono yang
pertama-tama melihat kaitan Kepala BIN Hendropriyono dengan kalangan Islam:
Indro Tjahjono [IT]: Dia menggunakan kelompok Islam ini sebagai obyek untuk
mengontrol keadaan, bagi dirinya sendiri.
Radio Nederland [RN]: Salah satu keputusannya yaitu mengusir Sidney Jones
mendapat sorakan kalangan Islam, terutama Islam yang militan. Lalu tampaknya
Hendropriyono merangkul mereka, bukankah begitu?
IT: Iya. Nah itu yang saya katakan. Dengan menjadikan kelompok Islam ini sebagai
obyek, ya, jadi di dalam intelijen itu kita kenal bahwa yang penting bagi satu tindakan
intelijen adalah bagaimana dia bisa mengendalikan situasi atau mengendalikan satu
obyek tertentu. Seperti remote control ya.
Nah dalam kaitan dengan pengusiran Sidney Jones, yang saya lihat bahwa itu bisa
merupakan bagian obyek intelijen yang dimainkan Hendropriyono, dalam rangka
menyenangkan umat Islam di satu sisi. Tapi bisa juga, di lain pihak, dia juga akan
membuat susah umat Islam. Jadi yang penting dengan membuat senang dan susah
ini dia bisa mengendalikan obyek itu sendiri.
Di lain pihak kalau saya amati, kenapa Sidney Jones diusir, ini berkaitan sekali
dengan pemilu presiden nanti. Kehadiran Sidney Jones dianggap bisa menjadi satu
bom waktu ya untuk menjatuhkan satu kandidat atau untuk mengangkat kandidat
yang lain. Di kalangan intelijen sendiri sekarang sangat santer bahwa menjelang
pemilihan presiden ini agen-agen asing sudah masuk Indonesia.
Dan saya kira kalangan intelijen juga mencurigai intervensi intelijen asing itu bisa
dalam segala bentuk. Apakah itu aktivis LSM, pengusaha, engineer yang sedang
bekerja untuk meneliti di daerah-daerah. Dan selalu saja di kalangan intelijen
dikatakan bahwa ada hampir 1000, 600 atau angka-angka tertentu yang menyebutkan
jumlah agen-agen asing yang berada di Indonesia.
RN: Tapi menurut anda sejauh mana langkah ini bisa menguntungkan pencalonan
Megawati, mengingat, kita tahu dari awal, Hendro ini dekat dengan Megawati dan dia
mendapat jabatan sebagai kepala BIN juga karena kedekatannya dengan Megawati.
IT: Inilah satu tindakan intelijen yang bagikan pisau bermata dua ya. Di satu sisi
barangkali Megawati dirugikan, atau mungkin diuntungkan. Tetpai di sisi lain bisa saja
Hendropriyono sedang melakukan insentif untuk calon presiden yang lain. Mengingat
kebiasaan operasi intelijen Indonesia itu bisa diinterpretasikan untuk berbagai tujuan.
Jadi pengusiran Sidney Jones bukan ditujukan untuk presiden Megawati tapi saya
pikir Hendropriyono saya pikir bisa jadi sedang bermain dengan calon presiden yang
lain.
RN: Tapi menurut anda sejauh mana Hendropriyono memperhitungkan bahwa
langkah-langkahnya ini, bukan hanya mengusir Sidney Jones tapi juga membikin
daftar hitam 20an LSM bisa berbalik bukan hanya bagi dia tapi juga bagi para calon
presiden dari kalangan militer?
IT: Begini jadi tindakan dari Hendropriyono ini bisa merupakan satu cara barangkali
bagi Hendropriyono bahwa militerisme itu buruk sebenarnya. Militerisme itu
merugikan bagi masyarakat dan militerisme itu merugikan bagi aktivis-aktivis LSM.
Jadi tindakan Hendropriyono bisa diiterpretasikan satu lagi adalah itu barangkali untuk
memperbesar sentimen anti militer di kalangan masyarakat itu. Dengan menunjukkan
bahwa tindakan militeristik ini akan mencelakakan masyarakat.
RN: Dengan demikian calon milter tidak akan terpilih kan?
IT: Nah ini, bisa begitu juga. Ini bisa juga keuntungan Megawati, nah lebih jauh lagi
sebenarnya di dalam operasi intelijen yang demikian rumit, itu memang, harus kita
lihat siapa yang paling diuntungkan oleh tindakan-tindakan intelijen Hendropriyono itu
sendiri. Barangkali mungkin yang saya sebutkan yang terakhir ini adalah satu cara
bahwa militerisme itu memang buruk memberikan satu edukasi demikian dan itu juga
bisa menguntungkan Megawati.
Jadi saya belum mendapat bukti mengenai niat apa dibalik tindakan Hendropriyono
dan pasti orang sulit mencium niat apa yang dilakukan Hendropriyono karena
langkah-langkah intelijennya mengandung sisi subversif di dalamnya.
Demikan Indro Tjahjono, pengamat militer
© Hak cipta 2004 Radio Nederland Wereldomroep
|