Radio Nederland Wereldomroep, Rabu 04 Agustus 2004 06:00 WIB
Pemecatan 56 Anggota Kodam Patimura Bukan Karena Konflik
SARA
Menurut Panglima Kodam 16 Pattimura Ambon, Mayjend TNI, Syafrudin Summah,
pemecatan 56 anggota jajarannya Senin kemarin, karena disersi, kasus pidana dan
tidak disiplin. Kita telusuri sejauh mana pemecatan ini ada kaitannya dengan konflik
SARA yang sudah lama melanda Ambon ini? Kami menghubungi Ricky reporter
Radio DMS di Ambon.
Ricky: Alasan pemecatan 56 prajurit ini rata-rata mereka telah melakukan desersi
atau tidak melakukan tugas mereka dalam waktu yang cukup lama.
Radio Nederland [RN]: Mereka itu meninggalkan satuan dan berada di mana?
Ricky: Khusus untuk 56 ini yang sangat menonjol karena dia kebetulan Beny
Yopisina ini disidangkan karena ketika pengambilan dokumen di rumah dokter Alex
Manuputty, menurut Polda Maluku namanya berada di dalamnya. Dari rangkaian itu
terus selanjutnya dlakukan pencarian oleh Polda maupun oleh Kodam XVI Pattimura.
Sebenarnya khusus untuk Kopral I Beny Yopisina ini, dia tidak melarikan diri tapi dia
hanya berada di sekitar Ambon saja dan juga Pulau Saparua tempat dia bertugas.
RN: Dokter Alex Manuputty yang anda sebutkan adalah presiden FKM RMS yang
sekarang berada di Amerika Serikat. Lalu nama Beny Yopisina ini tertera dalam daftar
nama yang ditemukan di rumah dokter Alex Manuputty. Dengan kata lain dia pernah
membantu atau terlibat langsung dalam aktivitas Alex Manuputty begitu?
Ricky: Kalau dari persidangan itu dia membantah terlibat dalam kelompok FKM RMS
karena sebelumnya FKM RMS menurut dia didirikan hanya untuk kegiatan sosial.
RN: Kalau kita bicara tentang tentara/polisi di Ambon, itu khan sudah menjadi rahasia
umum bahwasanya polisi disebut pro kristen dan tentara sebagai pro islam. Apakah
keputusan pemecatan ini ada kaitannya ke sana?
Ricky: Kalau dari persidangan tidak nampak hal hal demikian. Mereka rata-rata yang
dipecat karena desersi bukan karena terlibat dalam kegiatan pro atau anti dari salah
satu kelompok baik kristen maupun muslim.
RN: Lalu dalam pemecatan ini apakah memang sudah ada jaminan bahwasanya
memang tidak ada sangkut pautnya antara pro kristen dan pro islam, sejauh anda
bisa saksikan?
Ricky: Kalau soal pro islam dan kristen untuk polisi maupun tentara itu memang
sudah tidak menjadi rahasia lagi. Khususnya yang sangat kentara itu pada Polda
Maluku karena ketika terjadi konflik, yang pasti polisi yang muslim ya dia ke muslim
dan yang kristen ke kristen. Tapi yang cukup solid itu hanya untuk TNI, walaupun
memang ada juga yang 'melakukan' hal-hal yang mendukung kubu atau kelompok
mereka secara diam-diam.
Tapi belakangan ini hal itu sudah tidak terasa lagi sejak diadakan pergantian
Pangdam maupun rotasi beberapa orang yang nyata-nyata terlibat di lapangan sudah
dipindahkan sehingga suasana atau kondisi seperti itu sudah sangat berkurang sejak
tahun 2003 sampai sekarang.
RN: Sekarang bagaimana yang terlihat di Ambon sendiri mengenai keamanan, lebih
tenang?
Ricky: Memang tenang.Tetapi dalam dua hari ini sudah terjadi teror bom. Kemarin itu
ada telepon gelap yang mengatakan sudah ditaruh bom di Bank Pembangunan
Daerah Maluku dan hari ini juga pada Bank Sentral Asia.
RN: Bagaimana pihak keamananan mengantisipasi hal ini?
Ricky: Kemarin dan hari ini memang kejadiannya sempat membuat orang panik tapi
hanya beberapa saat saja. Belum ada klarifikasi atau pernyataan dari Polda sendiri
yang menyatakan sudah ditemukan bom atau bukan. Sama sekali belum dilakukan.
RN: Menurut anda ini ada hubungannya dengan pemecatan anggota TNI atau tidak?
Ricky: Kalau menurut saya sendiri tidak ada hubungan teror bom dengan pemecatan
56 prajurit dari Kodam Patimura. Orang di Ambon sendiri menduga teror bom ini
dilakukan ada indikasi menganggu pemilu itu sendiri. Mereka menduga kalau ini
dibuat oleh salah satu calon wakil presiden, katakanlah kaki tangan mereka. Itu
dugaan atau pembicaraan yang berlangsung secara tidak resmi di masyarakat kota
Ambon khsusunya.
Demikian Ricky reporter Radio DMS di Ambon.
© Hak cipta 2004 Radio Nederland Wereldomroep
|