Sala Waku Maluku, 02 Juni 2004
Teroris beraksi diwilayah Kristen
Setelah cukup aman kondisi Kota Ambon beberapa waktu belakang ini, dan hanya
muncul demonstrasi demonstrasi oleh kelompok muslim yang menamakan dirinya
Pro NKRI dengan tuntutan untuk menangkap kembali 4 orang Tersangka FKM-RMS
yang melarikan diri dari tahanan Polda Maluku, yang diikuti dengan barikade
beberapa jalur jalan penting di Kota Ambon, maka kini kondisi kota Ambon dialihkan
denan gencarnya aksi aksi teroris dalam bentuk penembakan warga Kristen di laut
dan penempatan serta meledaknya bom ditempat tempat keramaian pada komunitas
Kristen di wilayah Kota Ambon. Dalam minggu terakhir ini beberapa peristiwa penting
yang terjadi dan dapat dilaporkan, antara lain:
1. Penembakan warga Hatiwe Besar diperairan Ambon.
Penembakan ini dilakukan oleh kelompok teroris yang tidak dikenal dengan
menggunakan speed boad di lokasi pantai Hatiwe Besar teluk Baguala Ambon. Saat
itu korban yang bernama Frangky Sahertian sementara mencari ubur ubur disekitar
pantai/laut Desa Hatiwe Besar. Tiba tiba datang sebuah speed boad kemudian
menembak korban yang mengakibatkan korban luka luka dan dirawat dirumah sakit.
Selesai melakukan penembakan speed boad tersebut bersama penumpangnya
melarikan diri meninggalkan lokasi penembakan.
2. Peledakan bom di Desa Lata, Kecamatan Teluk Ambon Baguala.
Pada hari Mingu, tanggal 23 Mei 2004 di Desa Lata, Kecamatan Teluk Ambon
Baguala sebuah bom dengan berkekuatan tinggi meledak dan melukai 6 orang warga
Kristen. Menurut laporan investigator kami dari lapangan bahwa kira kira jam 09.15
Wit salah seorang dari 6 orang warga Kristen yang sementara duduk santai di lokasi
sekitar beberapa meter dari Gereja Pantekosta Desa Lata yaitu Izack Manuputty
melihat ada sebuah bungkusan yang diletakan dipinggir jalan. Izack dan teman
temannya kemudian ingin mengetahui apa isi dari bungkusan tersebut. Mereka
kemudian ramai raman menuju ketempat dimana bungkusan tersebut terletak dan
ketika bungkusan tersebut di ambil kemudian dibuka ternyata didalamnya terdapat
dua botol bir bintang, dua bungkus kacang merk dua kelinci dan satu kaleng biskuit
merk Khong Guan. Korban Yudi Mataheru kemudian membuka kaleng biskuit Kong
Guan tersebut, dan pada saat dibuka kaleng biskuit tersebut meledak. Ternyata
kaleng Kong Guan itu adalah bom yang telah dirakit dan siap meledak kalau dibuka.
Akibat ledakan bom tersebut 6 orang warga Kristen mengalami luka luka, antara lain:
(1) Ranel Manuputty, (2) Izack Manuputty, (3) Marselo Manusiwa, (4) Chris
Wattimury, (5) Jery Kaya dan (6) Yody Mataheru. Dari keenam korban tersebut Yody
Mataheru (pembuka kaleng Kong Guan) terlihat sangat parah karena ledakan bom
tersebut sempat melukai kedua tangan dan mata yang bersangkutan. Sementara itu,
dilaporkan, bahwa sebelumnya kira kira jam 0.3.00 Wit Minggu tanggal 23 Mei 2004
dinihari paket bom yang sama ditemukan juga didepan Toko Herly Desa Halong (kira
kira 2 km dari lokasi ledakan di Desa Lata) yang dikemas dalam sebuah toples dan
diletakan tepat ditempat mangkalnya tukang ojek di lokasi tersebut. Masyarakat yang
melihat benda tersebut kemudian melaporkannya kepada pihak Koramil setempat dan
atas kordinasi dengan pihak Polres Baguala, bom tersebut dapat dijinakan oleh
pasukan Gegana dari Kepolisian sekitar jam 09.30 Wit.
3. Peledakan bom di Pasar Kaget Batu Meja,Kecamatan Sirimau.
Pada hari Selasa, tanggal 25 Mei 2004 kira kira jam 09.45 Wit masyarakat dilokasi
pasar kaget Batu Meja dikejutkan dengan ditemukannya sebuah bom yang dikemas
dalam tas plastik pada salah astu tempat berjualan yang ada di pasar tersebut,
tepatnya didepan wartel Hotel Game. Bersamaan dengan ditemukannya bom
tersebut, maka masyarakat kemudian melaporkan kepada pihak Kepolisian untuk
segera menghadirkan gegana untuk menjinakan bom tersebut. Sambil menunggu
kehadiran gegana dari pihak Kepolisian,maka masyarakat diminta untuk menjauhi
lokasi diletakannya bom. Namun walaupun upaya untuk meminta masyarakat
menjauhi lokasi bom tersebut, tetapi dalam kenyataannya masih ada juga yang
berada tidak jauh dari tempat dimana bom tersebut diletakan. Sementara menunggu
tibanya pasukan gegana, maka kira kira jam 10.15 Wit bom tersebut meledak.
Ledakan bom tersebut mengakibatkan 14 orang warga Kristen yang berada di lokasi
tersebut mengalami luka luka. Mereka diantaranya: (1) Nus Lupur (41 tahun),luka
pada paha kiri, (2) Marlon Tanamal (30 tahun), luka pada sikut kiri, (3) Nus Wanger
(17 tahun), luka pada bahu kanan, (4) Simon Petrus Payer (28 tahun), luka pada
tangan kanan, (5) Frans Kormunding (20 tahun), luka pada jari tangan kanan, (6)
Ateng Rehiara (33 tahun), luka pada pelipis kanan, (7) Abraham Lasamahu (24
tahun), luka pada lengan kanan, (8) Wincent Isikhwuar (36 tahun), luka pada bagian
perut, (9) Natalis Lekitoo (25 tahun), luka pada jari manis tangan kiri dan leher kanan,
(10) Manase Ubro (23 tahun), (11) Vonny Aipassa (31 tahun), (12) Wellem Pattiruhu,
(13) Kace Tupan (23 tahun), luka pada paha kanan, (14) Jance Frans (32 tahun).
Pada waktu yang sama ditemukan juga bom pada beberapa lokasi lain diantaranya
didepan Kantor Pajak Tanah Tinggi (lokasi kampus alternatif Fak.Hukum Unpatti), di
samping Kantor Sinode (antara gereja Maranatha dan kantor Sinode GPM) serta
didepan Toko Indo Jaya Soa Ema. Bom bom tersebut sempat dijinakan oleh tim
gegana dari Kepolisian. Sedangkan satu buah bom lainnya yang diinformasikan
berada di lokasi pasar kaget Batu Meja hingga saat ini masih dalam pencarian tim
gegana Polda Maluku.
Hingga saat ini aparat keamanan belum dapat mengidentifikasi pelaku yang
melakukan penembakan dilaut maupun penempatan bom bom yang meledak
tersebut.
Analisa
Dari kejadian dan fakta dilapangan sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat
dianalisa beberapa hal sebagai berikut:
1. Perkembangan akhir akhir ini dari konflik Maluku beralih dari bentuk penyerangan
terbuka ke bentuk teror dengan cara penembakan misterius serta peletakan bom
yang mudah meledak untuk membunuh orang oleh pihak teroris.
2. Sasaran teror yang dilakukan oleh kelompok teroris adalah komunitas Kristen
terutama pada pusat pusat keramaian yang sering dikunjungi oleh masyarakat
banyak. Dipilihnya wilayah Kristen sebagai wilayah teror, diduga agar:
a. Menimbulkan rasa takut dari masyarakat.
b. Menimbulkan emosi dan dendam masyarakat, sehingga masyarakat akan
melakukan tindakan tindakan kekerasan termasuk kemungkinan penghancuran
terhadap sarana sarana umum dengan alasan pemerintah dan aparat keamanan tidak
mampu melindungi masyarakat Kristen, dan saat itulah isu akan dikembalikan
kepada orang Kristen yang selama dicap sebagai RMS yang merusak bangunan
bangunan pemerintah.
3. Walaupun hingga saat ini aparat keamanan belum dapat menentukan pelaku
penembakan dan peletakan bom bom tersebut, namun diduga pelaku adalah:
a. Warga Kristen sendiri (preman atau orang yang dibiayai/dibayar untuk itu).
Dugaan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa wilayah wilayah dimana aktivitas
teror dilakukan, saat ini merupakan wilayah yang disekat dan tidak dapat dimasuki
oleh masyarakat dari komunitas agama yang lain (khususnya muslim).
b. Aparat keamanan ( TNI dan Polri).
Diwilayah Kristen khususnya wilayah dimana kegiatan teror dilakukan, hanya aparat
keamanan yang bebas memasuki wilayah tersebut dengan alasan tugas yang
sementara mereka laksanakan. Selain itu penembakan dan bom bom yang dipasang
hanya dapat dilakukan oleh orang orang yang mempunyai keahlian khusus, dan tidak
mungkin dilakukan oleh masyarakat sipil. Sementara itu dari pengalaman konflik
Maluku banyak aparat keamanan khususnya TNI yang terbukti melakukan kegiatan
teror dalam bentuk penembakan misterius, perakitan dan peledakan bom dengan
daya ledak yang cukup tinggi. Hal yang juga penting untuk dijadikan alasan disini
adalah adanya upaya yang terus menerus dari TNI melalui Pengdam XVI Pattimura
yang mendorong diberlakukannya darurat militer di Maluku. Pintu masuk untuk
darurat militer saat ini di Maluku hanya dapat dilakukan melalui aksi aksi teror yang
menimbulkan kekacauan ditengah masyarakat dan memprovokasi gerakan separatis
FKM-RMS sebagai pihak yang terlibat dalam konflik Maluku.
c. Kelompok Pendukung Calon Presiden tertentu.
Eskalasi teror ini meningkat setelah kunjungan Presiden Megawati Soekarnoputri
pada hari Sabtu, tanggal 22 Mei 2004 di Ambon. Kunjungan Presiden Magawati
Soekarnoputri yang sekaligus meresmikan beberapa proyek pemerintah di Maluku,
setidak tidaknya dinilai merupakan upaya untuk menarik perhatian masyarakat
Maluku untuk mendukungnya kembali menjadi Presuden Indonesia dalam pemilihan
Presiden bulan Juli 2004 yang akan datang. Bagi kelompok calon Presiden lainnya,
ini merupakan peluang untuk menciptakan suasana kacau di Maluku sekaligus untuk
menciptakan opini bahwa Presiden Megawati Soekarnoputri adalah tokoh yang tidak
mampu menyelesaikan Maluku serta persoalan persoalan lain di Indonesia, sehingga
tidak tepat untuk dipilih menjadi Presiden di Indonesia.
d. Kelompok yang bersaing dalam ekonomi (bisnis).
Kelompok ini juga patut diduga sebagai pelaku teror khususnya dengan bom yang
dilakukan pada pusat pusat perbelanjaan. Dugaan atas keterlibatan kelompok ini,
karena ada kemungkinan dengan teror yang semacam itu, masyarakat akan enggan
untuk melakukan aktivitas ekonomi pada pusat pusat perdagangan tersebut.
e. Kelompok Radikal Agama.
Sejak konflik Maluku tahun 1999 beberapa kelompok radikal agama seperti laskar
jihad, laskar mujahidin, laskar jundula telah masuk dan memprorak porandakan
Maluku dengan target akhir adalah kepentingan untuk perjuangan misi agama
kedalam sistim ketatanegaraan. Hingga saat ini kelompok tersebut masih berada di
Ambon. Kegiatan mereka cukup profesional, malah bisa menggandeng pihak lain
yang tidak sealiran dengan mereka dengan iming iming berbagai fasilitas yang
mereka miliki. Selain itu perjuangan kelompok ini dengan jalan mengacaukan
Indonesia termasuk Maluku, akibat penahanan terhadap beberapa tokoh mereka saat
ini, diantara ustad Basyir dari Majelis Mujahidin Indonesia (MII) yang hingga diduga
kuat termasuk dalam jaringan terorisme internasional.
f. Kelompok Pendukung FKM -RMS.
Walaupun kecil kemungkinan untuk menduga kelompok ini, karena pengalaman
konflik Maluku membuktikan bahwa kelompok ini dalam perjuangannnya lebih
mengandalkan perjuangan moral dari perjuangan bersenjata, namun dugaan terhadap
kelompok ini dapat terjadi dengan pertimbangan agar perjuangan mereka akan
mendapat perhatian dunia internasional atau setidak tidak apabila kelompok ini
dipakai sebagai alat dalam konflik Maluku, maka mereka akan digunakan dengan
cara apapun oleh orang orang yang menseting konflik Maluku untuk tetap
mengacaukan Maluku.
Kesimpulan
Dari hasil analisa sebagaimana dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
konflik Maluku sejak tahun 1999 hingga saat ini berada didalam jaringan teroris yang
posisinya sangat kuat, dengan menjadikan umat Kristen dan wilayahnya sebagai
sasaran teror. Pemerintah maupun aparat keamanan di Indonesia tidak mampu untuk
mengatasinya karena diduga mereka ikut bermain didalam jaringan tersebut, atau
setidak tidaknya menggunakan jaringan tersebut untuk kepentingan politik mereka.
Berdasarkan hal hal tersebut dan dengan adanya komitmen masyarakat internasional
untuk memberantas terorisme sebagai kejahatan internasional, maka sudah saatnya
dibutuhkan gerekan gerakan untuk meminta pihak internasional masuk dan terlibat
dalam menyelesaikan masalah terorisme di Indonesia.
Tim Kajian
Sala Waku Maluku
|