SUARA PEMBARUAN DAILY, 14 Agustus 2004
Masih Ada Ledakan dan Teror Bom di Ambon
Densanda Menditeksi Tempat Penyimpanan Senjata di Ambon, Pulau Buru, Seram,
dan Maluku Tengah
AMBON - Suasana kegiatan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-59
Kemerdekaan Republik Indonesia di Ambon, Maluku, masih diwarnai peledakan dan
teror bom. Meski tetap waspada, peledakan dan teror bom tersebut tidak
mempengaruhi aktivitas warga Kota Ambon yang mulai berbaur secara baik
antarkmunitas.
Dua ledakan beruntun yang terjadi di dua tempat terpisah, yaitu daerah AY Patty dan
Tanah Lapang Kecil (Talake) pada Rabu (11/8) malam, cukup membuat masyarakat
di kawasan sekitar ledakan terkejut.
Bahkan teror bom lewat telepon Jumat (13/8) masih mewarnai kota ini dan kali ini
teror terjadi pada Kantor Dinas Pertanian Provinsi Maluku.
Kapolres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease AKBP, Leonidas Braksan yang
dihubungi Pembaruan Jumat (13/8) mengatakan, pihaknya masih menyelidiki sumber
ledakan tersebut bom atau jenis bahan peledak lain. Kini sudah empat orang saksi
diperiksa terkait dua ledakan yang terjadi Rabu malam itu.
Dia berharap warga Ambon tetap tenang, karena kedua kelompok masyarakat kini
benar-benar menyadari masih ada kelompok-kelompok tertentu yang dipakai untuk
memperkeruh situasi.
Sehari sebelumnya, aparat kepolisian melakukan rekonstruksi terhadap kasus
pembakaran sejumlah rumah di daerah Batu Gantung saat pecah konflik baru oleh
tersangka Donald Halatu.
Ironisnya kelompok preman yang selama ini diduga kuat oleh kepolisian melakukan
aksi teror bom di Ambon pasca 25 April lalu justru ikut menyaksikan bahkan dalam
rekonstruksi kendaraan mereka dipakai oleh pelaku pembakaran.
Senjata Diamankan
Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Syarifudin Sumah kepada pers baru-baru ini
mengatakan, Detasemen Sandi Yudha (Densanda) Kopassus telah berhasil
mengamankan enam pucuk senjata organik dari tangan masyarakat.
Enam pucuk senjata standar yang diamankan Densanda pada dua bulan terakhir ini
terdiri dari berbagai jenis, namun Pangdam tidak merinci tempat maupun jenis senjata
itu ditemukan, bahkan belum ada warga yang ditahan terkait kepemilikan enam pucuk
senjata standar itu.
"Densanda hanya melakukan pelacakan untuk mengamankan senjata yang masih
beredar di warga sipil, saya menerima laporan bahwa ada enam pucuk senjata yang
berhasil di ambil dari tangan masyarakat, senjatanya masih ada di Densanda karena
itu saya belum tahu persis jenisnya," kata Pangdam.
Selain enam pucuk senjata yang telah diamankan, Densanda telah menditeksi
titik-titik rawan sebagai tempat penyimpanan senjata yang pada saat konflik lalu
digunakan sebagai perlengkapan perang.
Tempat-tempat tersebut, katanya bukan saja di Ambon sebagai pusat konflik Maluku,
tapi juga tersebar di beberapa daerah lain seperti Pulau Buru dan Pulau Seram di
Kabupaten Maluku Tengah.
Sejak Syarifudin Sumah menjabat sebagai Pangdam XVI Pattimura, sedikitnya 300
pucuk senjata standar berbagai jenis berhasil disita maupun diserahkan langsung
oleh masyarakat ke Kodam melalui Kodim maupun Koramil setempat, semuanya
telah iventarisasi dan sudah diserahkan ke Mabes TNI di Jakarta.(VL/M-15)
Last modified: 14/8/04
|