Kingdom of Barzha mencapai masa keemasannya di tahun 150 BR. Bebagai peperangan berhasil dimenangkan berkat kepemimpinan Jendral Hodzill. Dia adalah seorang Frameless yang mahir menggunakan frame spell, sekaligus menguasai teknik berpedang Blackmoon. Tidak hanya itu, dia juga seorang jendral yang sangat cerdas dalam hal strategi perang. Dia juga tidak sombong, dekat dengan rakyat, dan sangat loyal terhadap kerajaan. Tidak berlebihan jika Hodzill sangat dihormati para sahabat dan bawahannya, juga disegani dan ditakuti para lawannya.

King Theodon, raja tua yang memerintah Kingdom of Barzha merasa khawatir terhadap popularitas Hodzill yang semakin terdongkrak. Para penasihatnya pun selalu mewanti-wanti bahwa rakyat lebih cinta terhadap Jendral Hozill ketimbang King Theodon, ataupun putra-putranya yang masih anak-anak. Hal ini membuat sang raja kian risau. Hodzill yang begitu dicintai rakyat bisa dengan mudah menggulingkan posisinya. Kegundahan hati lambat laun berubah menjadi kebencian. King Theodon tidak rela bila tahta Barzha harus jatuh di tangan Hodzill.

Siasat busuk para penasihat pun disetujui oleh King Theodon yang kehilangan akal sehat. Suatu ketika dipanggilnya Hodzill. Ketika itu sang jendral baru saja memenangkan pertempuan besar selama dua tahun melawan Queendom of Meridiz. Hodzill yang kelelahan sama sekali tidak menduga bahwa King Theodon yang selama ini begitu dia hormati akan mengkhianatinya. Para algojo bayaran langsung menyergap Hodzill. Mereka menghajar, menusuk, dan mencincang. Belum cukup puas, King Theodon dan para penasihatnya juga ikut menganiaya dan menyiksa sang jendral. Hodzill yang sekarat kemudian dimasukkan ke dalam karung. Para algojo diperintahkan untuk membuang mayat sang jendral ke dalam kawah membara gunung Gulim.

Di tengah perjalanan menuju gunung Gulim, para algojo diserang oleh pasukan yang loyal kepada Hodzill. Terjadi pertarungan yang tidak berimbang. Para algojo yang berjumlah lebih banyak bisa dengan cepat menghabisi lawan-lawannya. Ketika pasukan tersebut gugur satu per satu dan situasi semakin genting, seorang ahli strategi kepercayaan Hodzill nekat menerobos pasukan algojo dan merebut tubuh sang jendral. Dengan segala daya dan upaya, dia pun berhasil menyelamatkan Hodzill.

Vobos, manusia wanita yang merupakan ahli strategi kepercayaan Hodzill itu, mencoba sebisa mungkin menghindar dari kejaran para algojo sambil membawa tubuh jendralnya. Meski terluka cukup parah, ia terus berjuang dan terus berusaha. Vobos bersembunyi di balik gua, di lereng-lereng pegunungan, di dalam pekatnya rimba. Pada suatu titik tertentu, ia mencapai batas kemampuan tubuhnya. Vobos roboh, tak sadarkan diri.

Ketika membuka mata, Vobos sudah berada di dalam tenda yang hangat. Rupanya penduduk setempat telah menyelamatkannya. Mereka adalah penduduk yang sangat primitif. Manusia yang hidup terbelakang, tanpa terpengaruh oleh peperangan panjang yang sedang berkecamuk di seluruh penjuru Vandaria. Desa ini bernama Dragonian, berlokasi di dekat puncak gunung Gulim. Sungguh desa yang sangat asri dan indah.

Di tengah-tengah kegembiraan, Vobos mendapati bahwa Hodzill dinyatakan koma oleh penduduk setempat. Jendral yang sangat dicintainya itu nyaris tewas dalam kondisi yang sangat menggenaskan. Tubuhnya hancur dengan berbagai luka. Sedih. Berhari-hari Vobos menangisi tubuh Hodzill. Ia juga menceritakan kepada seluruh penduduk desa siapakah Hodzill sebenarnya.

Sang kepala desa yang tersentuh hatinya akhirnya memberitahu sebuah rahasia pada Vobos. Tepatnya di puncak gunung Gulim, tersebutlah sebuah kuil bernama Valhalla. Penduduk setempat percaya bahwa kuil tersebut adalah tempat tinggal Jaganshi, sosok Deimos yang tersisa sejak The War of Gods ribuan tahun lalu. Meski Deimos, bagi mereka Jaganshi laksana dewa yang mereka sembah. Jaganshi berwujud mengerikan, namun memiliki hati yang sangat murni. Kepala desa percaya bahwa hanya Jaganshi yang bisa membangkitkan Hodzill.

Setelah berbagai petimbangan, Vobos pun membawa tubuh Hodzill mendaki puncak tertinggi gunung Gulim. Di sana ia akhirnya menemukan kuil Valhalla. Ajaib, aura mistis yang memenuhi kuil Valhalla mampu membangkitkan Hodzill dari tidur panjangnya. Sang jendral tersadar dengan penuh angkara murka. Dia telah berubah. Hodzill bukanlah Frameless kharismatik yang dikenal Vobos. Tekanan aura dari dalam kuil Valhalla merubah wujud fisik Hodzill. Dia kini lebih berwujud monster, dibandingkan Frameless. Inikah kekuatan Deimos? Belum cukup kekagetan Vobos, tiba-tiba sosok monster bersayap mengerikan muncul di hadapannya. Monster itu… Jaganshi! Dia menatap Vobos dengan pandangan muak. PERGI! Jaganshi mengusir Vobos dari kuilnya.

Merasa ketakutan, Vobos pun memutuskan untuk meninggalkan Hodzill. Secepat mungkin ia turun dari puncak gunung Gulim. Ia juga tidak berpikir untuk kembali ke Dragonian. Penipu! Semua telah menipunya! Hodzill yang begitu dicintainya telah berubah wujud menjadi monster mengerikan. Betapa besar cobaan yang harus ditanggung oleh Vobos. Ia tidak tahu harus ke mana. Tidak mungkin kembali ke Kingdom of Barzha. Di saat itulah, Vobos bertemu dengan pasukan Queendom of Meridiz.

Beberapa tahun berlalu. Vobos telah menjadi ahli strategi terbaik Queendom of Meridiz. Kekuatan negri ini menjadi sangat kuat berkatnya. Suatu ketika Vobos mendengar bahwa sosok monster telah menyerbu Kingdom of Barzha. Monster itu menghabisi King Theodon dan semua pengikutnya. Dia adalah Hodzill. Namun bukan Hodzill yang ia kenal. Monster itu bahkan lebih parah dari King Theodon. Ambisinya menaklukkan seluruh dataran Vandaria tidak bisa dibendung. Melihat hal ini, Vobos pun turun tangan. Queendom of Meridiz di bawah strategi Vobos akan menghadang agresi Kingdom of Barzha pimpinan Hodzill.