HARRY POTTER
and the Order of the Phoenix
-- BAB ENAM --
Rumah Black yang Mulia dan Paling Kuno
Mrs Weasley mengikuti mereka ke atas sambil terlihat muram.
'Aku mau kalian semua langung tidur, tak ada bincang-bincang,' dia berkata
ketika mereka mencapai puncak tangga yang pertama,'kita punya hari yang sibuk besok. Kurasa Ginny
sedang tertidur,' dia menambahkan kepada Hermione, 'jadi cobalah tidak membangunkannya.'
'Tertidur, yeah, benar,' kata Fred dengan nada rendah, setelah Hermione memberi mereka selamat
malam dan mereka sedang naik ke lantai berikutnya. 'Kalau Ginny tidak sedang terbaring bangun
sambil menunggu Hermione menceritakan kepadanya semuau yang mereka katakan di bawah maka aku
seekor Flobberworm ...'
'Baiklah, Ron, Harry,' kata Mrs Weasley di puncak tangga kedua, sambil menunjukkan mereka ke kamar
tidur mereka. 'Tidurlah kalian berdua.'
'Malam,' Harry dan Ron berkata kepada si kembar.
'Tidur yang nyenyak,' kata Fred sambil mengedip.
Mrs Weasley menutup pintu di belakang Harry dengan bunyi keras. Kamar itu terlihat, kalaupun bisa, bahkan lebih lembab dan lebih suram daripada pandangan pertama tadi. Lukisan kosong di dinding
sekarang sedang bernapas pelan-pelan dan dalam-dalam, seakan-akan penghuninya yang tidak tampak
sedang tertidur. Harry memakai piyamanya, melepaskan kacamatanya dan memanjat ke atas tempat tidurnya
yang dingin sementara Ron melemparkan Owl Treat ke puncak lemari pakaian
untuk menenangkan Hedwig dan Pigwidgeon, yang sedang bergerak ke sana ke mari
dengan berisik dan mengibas-ngibaskan sayap mereka dengan gelisah.
'Kita tidak bisa membiarkan mereka keluar berburu setiap
malam,' Ron menjelaskan selagi dia memakai piyama merah marunnya. 'Dumbledore
tidak ingin terlalu banyak burung hantu berkeliaran di sekitar alun-alun ini,
dipikirnya itu akan terlihat mencurigakan. Oh yeah ... aku lupa ...'
Dia menyeberangi ruangan dan menguncinya.
'Kenapa kau lakukan itu?' 'Kreacher,'
kata Ron sambil memadamkan lampu. 'Malam pertama aku di sini dia datang
keluyuran ke sini pukul tiga pagi. Percayalah, kau takkan mau terbangun dan
menemukannya berkeliaran di dalam kamarmu. Lagipula ...' dia naik ke tempat
tidurnya, masuk ke bawah selimutnya dan berpaling kepada Harry dalam kegelapan;
Harry bisa melihat garis tubuhnya dalam cahaya bulan yang merembes masuk dari
jendela yang kusam, 'bagaimana menurutmu?' Harry
tidak perlu bertanya apa yang dimaksud Ron. 'Well,
mereka tidak memberitahu kita banyak yang belum kita tebak, bukan begitu?' dia
berkata sambil memikirkan semua yang telah diperbincangkan di bawah. 'Maksudku,
semua yang mereka katakan hanyalah bahwa Order sedang mencoba menghentikan
orang-orang bergabung dengan Vol--' Ada suara napas tajam
dari Ron. '--demort,' kata Harry dengan tegas.
'Kapan kau akan mulai menggunakan namanya? Sirius dan Lupin begitu.'
Ron mengabaikan komentar terakhir itu. 'Yeah, kau benar,'
katanya, 'kita sudah tahu hampir semua yang mereka beritahukan kepada kita, dari
penggunaan Telinga Yang-Dapat-Dipanjangkan. Satu-satunya yang baru adalah --'
Crack. 'ADUH!' 'Rendahkan
suaramu, Ron, atau Mum akan kembali ke sini.' 'Kalian
berdua baru saja ber-Apparate ke atas lututku!' 'Yeah,
well, lebih sulit melakukannya dalam gelap.' Harry
melihat garis samar Fred dan George melompat turun dari tempat tidur Ron. Ada
deritan per tempat tidur dan kasur Harry turun beberapa inci ketika George duduk
dekat kakinya. 'Jadi, sudah sampai di sana?' kata George
dengan bersemangat. 'Senjata yang disebut Sirius?' kata
Harry. 'Lebih tepatnya, tercetus,' kata Fred dengan seenak
hatinya, sekarang dia duduk di sebelah Ron. 'Kami tidak mendengar mengenai itu
pada Telinga, benar 'kan?' 'Menurut kalian apa itu?' kata
Harry. 'Bisa apapun,' kata Fred. 'Tapi
tidak ada yang lebih buruk daripada Kutukan Avada Kedavra, benar 'kan?' kata
Ron. 'Apa yang lebih buruk dari kematian?' 'Mungkin sesuatu
yang dapat membunuh banyak orang seketika,' usul George.
'Mungkin suatu cara membunuh orang yang benar-benar menyakitkan,' kata Ron
dengan takut. 'Dia punya Kutukan Cruciatus untuk
menimbulkan rasa sakit,' kata Harry, 'dia tidak butuh apapun yang lebih efisien
daripada itu.' Ada keheningan sejenak dan Harry tahu bahwa
yang lainnya, seperti dirinya, sedang mengira-ngira kengerian apa yang dapat
disebabkan oleh senjata ini. 'Jadi, menurutmu siapa yang
memilikinya sekarang?' tanya George. 'Kuharap dari sisi
kita,' kata Ron, terdengar sedikit gugup. 'Kalau benar,
Dumbledore mungkin sedang menyimpannya,' kata Fred. 'Di
mana?' kata Ron dengan cepat. 'Hogwarts?' 'Pasti di sana!'
kata George. 'Di sanalah dia menyembunyikan Batu Bertuah.'
'Akan tetapi, sebuah senjata akan jauh lebih besar daripada Batu itu!' kata Ron.
'Belum tentu!' kata Fred. 'Yeah, ukuran bukan jaminan
kekuatan,' kata George. 'Lihat saja Ginny.' 'Apa maksudmu?'
kata Harry. 'Kau belum pernah menerima salah satu Guna-Guna
Hantu Kelelawarnya, 'kan?' 'Shhh!' kataFred, setengah
bangkit dari tempat tidur. 'Dengar!' Mereka terdiam.
Langkah-langkah kaki datang menaiki tangga. 'Mum,' kata
George dan tanpa penundaan lagi ada suara crack keras dan Harry merasakan
berat menghilang dari ujung tempat tidurnya. Beberapa detik kemudian, mereka
mendengar papan lantai menderit di luar pintu mereka; Mrs Weasley jelas sedang
mendengarkan untuk memeriksa apakah mereka sedang berbicara.
Hedwig dan Pigwidgeon beruhu dengan muram. Papan lantai berderit lagi dan mereka
mendengarnya menuju lantai atas untuk mengecek Fred dan George.
'Dia tidak mempercayai kami semua, kau tahu,' kata Ron dengan menyesal.
Harry yakin dia tidak akan bisa tertidur; malam itu begitu penuh hal-hal untuk
dipikirkan sehingga dia sepenuhnya berharap akan terbaring bangun selama
beberapa jam sambil memikirkan semuanya. Dia ingin terus berbincang dengan Ron,
tapi Mrs Weasley sekarang sedang berderit ke bawah lagi, dan segera setelah dia
pergi Harry mendengar dengan jelas yang lainnya sedang menuju ke atas ...
bahkan, makhluk berkaki banyak sedang berlari dengan lembut ke atas dan ke bawah
di luar pintu kamar tidur, dan Hagrid si guru Pemeliharaan Satwa Gaib sedang
berkata, 'Mereka indah, bukankah begitu, eh, Harry? Kita akan mempelajari
senjata-senjata pada semester ini ...' dan Harry melihat bahwa
makhluk-makhluk itu berkepala meriam dan sedang berputar untuk menghadapnya ...
dia menunduk ...
Hal berikutnya yang dia tahu, dia
tergulung menjadi bola hangat di bawah pakaian tidurnya dan suara keras George
mengisi kamar itu. 'Mum bilang bangun, sarapan kalian ada
di dapur dan kemudian dia perlu kalian di ruang duduk, ada lebih banyak Doxy
daripada yang dikiranya dan dia menemukan sarang Puffskein mati di bawah sofa.'
Setengah jam kemudian Harry dan Ron, yang telah berpakaian dan makan pagi dengan
cepat, memasuki ruang duduk, sebuah ruangan panjang berlangit-langit tinggi di
lantai pertama dengan dinding-dinding hijau zaitun yang ditutupi
permadani-permadani dinding yang kotor. Karpet mengeluarkan awan debu kecil
setiap kali seseorang menaruh kaki di atasnya dan tirai-tirai beludru panjang
berwarna hijau lumut berdengung seakan-akan dipenuhi lebah-lebah yang tidak
tampak. Di sekitar tirai-tirai inilah Mrs Weasley, Hermione, Ginny, Fred dan
George berkumpul, semuanya tampak aneh karena memakai sepotong kain yang
diikatkan menutupi hidung dan mulut mereka. Masing-masing sedang memegang sebuah
botol besar dengan mulut pipa di ujungnya yang berisi cairan hitam.
'Tutupi wajah kalian dan ambil penyemprot,' Mrs Weasley berkata kepada Harry dan
Ron saat dia melihat mereka, sambil menunjuk kepada dua lagi botol cairan hitam
yang terletak di sebuah meja berkaki kurus panjang. 'Itu Doxycide. Aku belum
pernah melihat hama separah ini -- apa yang telah dilakukan peri-rumah
itu selama sepuluh tahun belakangan ini --' Wajah Hermione
setengah tertutupi oleh sebuah tudung teh tetapi Harry dengan jelas melihatnya
memberi Mrs Weasley pandangan mencela. 'Kreacher sangat
tua, dia mungkin tidak bisa --' 'Kau akan terkejut apa yang
bisa dilakukan Kreacher kalau dia mau, Hermione,' kata Sirius, yang baru saja
memasuki ruangan itu sambil membawa sebuah kantong bernoda darah yang tampaknya
berisi tikus-tikus mati. 'Aku baru saja memberi makan Buckbeak,' dia
menambahkan, sebagai jawaban atas pandangan bertanya Harry. 'Aku memeliharanya
di atas di kamar tidur ibuku. Bagaimanapun ... meja tulis ini ...' Dia
menjatuhkan kantong berisi tikus itu ke sebuah kursi berlengan, lalu membungkuk
untuk memeriksa lemari terkunsi yang, Harry sekarang memperhatikan untuk pertama
kalinya, sedang bergetar sedikit. 'Well, Molly, aku
cukup yakin ini Boggart,' kata Sirius, sambil mengintip lewat lubang kunci,
'tapi mungkin kita harus membiarkan Mad-Eye memeriksanya sejenak sebelum kita
mengeluarkannya -- kalau kenal ibuku, bisa saja sesuatu yang jauh lebih buruk.'
'Benar katamu, Sirius,' kata Mrs Weasley. Mereka berdua
berbicara dengan suara sopan dan ringan yang memberitahu Harry dengan jelas
bahwa keduanya belum melupakan perseteruan malam sebelumnya.
Sebuah suara deringan yang keras datang dari bawah, diikuti segera oleh hiruk
pikuk jeritan dan raungan yang dipicu malam sebelumnya oleh Tonks yang
menjatuhkan tempat payung. 'Aku terus memberitahu mereka
jangan membunyikan bel pintu!' kata Sirius dengan putus asa, sambil bergegas
keluar ruangan. Mereka mendengarnya berderap menuruni tangga selagi pekikan Mrs
Black menggema ke seluruh rumah sekali lagi: 'Noda-noda
aib, keturunan campuran yang kotor, pengkhianat darah, anak-anak sampah
...'
'Tolong tutup pintunya, Harry,' kata Mrs Weasley.
Harry mengambil waktu selama yang dia bisa untuk menutup pintu ruang duduk itu;
dia ingin mendengar apa yang sedang berlangsung di bawah. Sirius jelas telah
berhasil menutup tirai menutupi potret ibunya karena dia telah berhenti
menjerit. Dia mendengar Sirius berjalan sepanjang aula, lalu gemerincing rantai
di pintu depan, dan kemudian sebuah suara dalam yang dia kenali sebagai Kingsley
Shacklebolt yang sedang berkata, 'Hestia baru saja menggantikanku, jadi dia
pegang Jubah Moody sekarang, kukira aku akan meninggalkan laporan untuk
Dumbledore ...' Merasakan mata Mrs Weasley di belakang
kepalanya, Harry menutup pintu ruang duduk dengan perasaan menyesal dan
bergabung kembali ke pesta Doxy. Mrs Weasley sedang
membungkuk untuk memeriksa halaman mengenai Doxy dalam Penuntun Hama Rumah
Tangga Gilderoy Lockhart, yang tergeletak terbuka di sofa.
'Benar, kalian semua, kalian harus berhati-hati, karena Doxy menggigit dan
gigi-gigi mereka beracun. Aku punya sebotol penawar di sini, tapi aku lebih suka
kalau tidak ada yang membutuhkannya.' Dia bangkit,
menempatkan dirinya di depan gorden dan memberi isyarat kepada mereka untuk
maju. 'Sewaktu kusuruh, segera mulai menyemprot,' katanya.
'Mereka akan terbang mendatangi kita, kukira, tapi di penyemprot ini dikatakan
satu percikan yang jitu akan melumpuhkan mereka. Ketika mereka lumpuh, lemparkan
saja ke dalam ember ini.' Dia melangkah dengan hati-hati
keluar dari garis penembakan mereka, dan mengangkat alat penyemprotnya sendiri.
'Baiklah -- semprot!' Harry baru saja menyemprot
selama beberapa detik ketika seekor Doxy dewasa datang membumbung keluar dari
lipatan bahan, sayapnya yang berkilat seperti kumbang berdesing, gigi-gigi kecil
yang setajam jarum tampak jelas, tubuhnya yang seperti peri ditutupi oleh rambut
hitam tebal dan keempat tinjunya yang kecil mengepal karena marah. Harry
mengenainya di bagian muka dengan Doxycide. Dia membeku di udara dan terjatuh,
dengan suara thunk yang keras, ke karpet usang di bawah. Harry
memungutnya dan melemparkannya ke dalam ember. 'Fred, apa
yang kau lakukan?' kata Mrs Weasley dengan tajam. 'Semprot seketika dan buang
itu!' Harry memandang ke sekitar. Fred sedang memegang
seekor Doxy yang melawan di antara jari telunjuk dan jempolnya.
'Baiklah,' Fred berkata dengan cerah, sambil menyemprot Doxy itu dengan cepat di
bagian muka sehingga dia pingsan, tetapi begitu punggung Mrs Weasley dibalikkan
dia mengantonginya dengan sebuah kedipan.
'Kami ingin
bereksperimen dengan bisa Doxy untuk Kotak Makanan Pembolos kami,' George
memberitahu Harry dengan suara rendah. Sambil menyemprot
dua Doxy dengan sekali semprot ketika mereka membumbung langsung ke hidungnya,
Harry bergerak lebih dekat ke George dan bergumam dari sudut mulutnya, 'Apa itu
Kotak Makanan Pembolos?' 'Pilihan permen untuk membuatmu
sakit,' George berbisik, sambil memandang punggung Mrs Weasley dengan waspada.
'Bukan benar-benar sakit, tahu, hanya cukup sakit untuk keluar dari kelas kalau
kau mau. Fred dan aku telah mengembangkannya sepanjang musim panas ini.
Permen-permen itu berujung ganda, diberi kode warna dan bisa dikunyah. Kalau kau
makan bagian yang jingga dari Pastilles Muntah, kau akan muntah. Saat kau telah
didorong keluar dari pelajaran ke sayap rumah sakit, kau telan bagian yang ungu
--' '"-- yang memulihkan kesehatanmu, memungkinkanmu
mengejar kegiatan luang pilihanmu sendiri selama satu jam yang seharusnya
terbuang untuk kebosanan yang tidak menguntungkan." Itu yang kami taruh di
iklannya.' bisik Fred, yang telah menepi dari pandangan Mrs Weasley dan sekarang
sedang menyapu beberapa Doxy dari lantai dan menambahkan mereka ke dalam
kantongnya. 'Tapi mereka masih perlu sedikit kerja. Saat ini para penguji kami
masih mengalami kesulitan menghentikan diri mereka muntah cukup lama untuk
menelan ujung ungu.' 'Para penguji?'
'Kami sendiri,' kata Fred. 'Kami memakainya bergantian. George makan Manisan
Pingsan -- kami berdua mencoba Gula-Gula Mimisan --' 'Mum
mengira kami habis berduel,' kata George. 'Kalau begitu,
toko leluconnya masih jalan?' Harry bergumam, sambil berpura-pura menyesuaikan
ujung penyemprot pada semprotannya. 'Well, kami
masih belum berkesempatan untuk mendapatkan tempat usaha,' kata Fred, sambil
menurunkan suaranya lebih rendah lagi ketika Mrs Weasley menyeka alis dengan
scarfnya sebelum melanjutkan penyerangan, 'jadi saat ini kami menjalankannya
sebagai usaha pesanan lewat pos. Kami menaruh iklan di Daily Prophet
minggu lalu.' 'Semuanya berkat kau, sobat,' kata George.
'Tapi jangan kuatir ... Mum tidak tahu sedikitpun. Dia tidak membaca Daily
Prophet lagi, kar'na menceritakan berita-berita bohong mengenaimu dan
Dumbledore.' Harry nyengir. Dia telah memaksa si kembar
Weasley mengambil hadiah uang seribu Galleon yang telah dimenangkannya dalam
Turnamen Triwizard untuk membantu mereka mewujudkan ambisi mereka untuk membuka
sebuah toko lelucon, tetapi dia masih senang mengetahui bahwa bagiannya dalam
memajukan rencana mereka belum diketahui oleh Mrs Weasley. Dia tidak berpikir
menjalankan sebuah toko lelucon merupakan karir yang pantas bagi dua anaknya.
Penghilangan Doxy dari tirai-tirai berlangsung sepanjang pagi itu. Sudah lewat
tengah hari ketika Mrs Weasley akhirnya melepaskan scarf pelindungnya, terhenyak
ke kursi berlengan dan melompat bangkit lagi dengan jeritan jijik, karena telah
menduduki sekantong tikus mati. Tirai-tirai tidak lagi berdesing; mereka
bergantung lemas dan lembab dari penyemprotan habis-habisan. Di kaki mereka
terletak Doxy-Doxy tidak sadar yang terjejal di dalam ember di samping semangkok
telur hitam mereka, yang sedang diendusi Crookshanks dan Fred dan George sedang
saling memandang dengan pandangan tamak. 'Kukira kita akan
mengerjakan yang itu sehabis makan siang,' Mrs Weasley menunjuk kepada
lemari-lemari berpintu kaca yang berdebu yang terletak di kedua sisi rak
perapian. Lemari-lemari itu penuh dengan aneka benda aneh; pilihan belati
berkarat, cakar, kulit ular yang bergulung, sejumlah kotak perak pudar yang
diberi tulisan dalam bahasa yang tidak dapat dimengerti Harry dan, yang paling
tidak menyenangkan dari semuanya, sebuah botol kristal berhias dengan sebuah
batu opal besar yang ditempatkan pada penutupnya, penuh dengan apa yang Harry
yakini sebagai darah. Bel pintu yang berkelontang berbunyi
lagi. Semua orang memandang kepada Mrs Weasley. 'Tetap di
sini,' dia berkata dengan tegas, sambil menyambar kantong tikus itu selagi
pekikan Mrs Black mulai lagi di bawah. 'Aku akan membawakan beberapa roti
isi.'
Dia meninggalkan ruangan, menutup
pintu dengan hati-hati di belakangnya. Seketika, semua orang menyerbu ke jendela
untuk melihat ke bawah ke ambang pintu. Mereka bisa melihat puncak dari sebuah
kepala merah kekuningan yang tidak terurus dan setumpuk kuali yang
keseimbangannya sangat genting. 'Mundungus!' kata Hermione.
'Untuk apa dia membawa kuali-kuali itu?' 'Mungkin mencari
tempat yang aman untuk menyimpannya,' kata Harry. 'Bukankah itu yang dia lakukan
pada malam dia seharusnya mengekoriku? Mengambil kuali-kuali itu?'
'Yeah, kau benar!' kata Fred, ketika pintu depan terbuka; Mundungus menyeret
kuali-kualinya melalui pintu dan menghilang dari pandangan. 'Ya ampun, Mum tidak
akan menyukainya ...' Dia dan George menyeberang ke pintu
dan berdiri di sampingnya, sambil mendengarkan dengan seksama. Jeritan Mrs Black
telah berhenti. 'Mundungus sedang berbicara dengan Sirius
dan Kingsley,' Fred bergumam, sambil merengut penuh konsntrasi. 'Tidak bisa
dengar dengan jelas ... menurutmu kita bisa mengambil resiko dengan Telinga
Yang-Dapat-Dipanjangkan?' 'Mungkin berharga,' kata George.
'Aku bisa menyelinap ke atas dan mengambil sepasang --'
Tetapi pada saat itu juga ada suara ledakan dari bawah yang membuat Telinga
Yang-Dapat-Dipanjangkan tidak diperlukan lagi. Mereka semua dapat mendengar
dengan jelas apa yang sedang diteriakkan Mrs Weasley pada puncak suaranya.
'KITA TIDAK MENJALANKAN RUMAH PERSEMBUNYIAN UNTUK BARANG-BARANG CURIAN!'
'Aku suka mendengar Mum berteriak kepada orang lain,' kata Fred, dengan senyum
kepuasan di wajahnya ketika dia membuka pintu sekitar satu inci untuk membiarkan
suara Mrs Weasley memasuki ruangan itu dengan lebih baik, 'benar-benar perubahan
yang sangat baik.' '-- BENAR-BENAR TIDAK BERTANGGUNG JAWAB,
SEAKAN-AKAN KITA BELUM PUNYA CUKUP MASALAH UNTUK DIKHAWATIRKAN TANPA KAMU
MENYERET KUALI-KUALI CURIAN KE DALAM RUMAH --' 'Para idiot
itu membiarkannya berlarut-larut,' kata George, sambil menggelengkan kepalanya.
'Kau harus mengalihkannya dari awal kalau tidak dia akan menambah kekuatan dan
berteriak terus selama berjam-jam. Dan dia sudah sangat ingin memarahi Mundungus
sejak dia menyelinap pergi sewaktu seharusnya mengikutimu, Harry -- dan ibunya
Sirius mulai lagi --' Suara Mrs Weasley tertelan oleh
jeritan dan pekikan baru yang datang dari potret-potret di aula.
George bergerak menutup pintu untuk menenggelamkan keributan itu, tetapi sebelum
dia bisa melakukannya, seorang peri-rumah memasuki ruangan itu.
Kecuali kain rombengan kotor yang diikat seperti cawat di sekitar bagian
tengahnya, dia benar-benar telanjang. Kelihatannya sangat tua. Kulitnya terlihat
beberapa kali lebih besar bagi dirinya dan, walaupun dia botak seperti semua
peri-rumah, ada sejumlah rambut putih yang tumbuh mencuat dari telinga besarnya
yang seperti telinga kelelawar. Matanya yang berwarna kelabu berair dan pembuluh
darahnya tampak dan hidungnya yang penuh daging besaar dan mirip moncong.
Peri itu sama sekali tidak memperhatikan Harry dan yang lain. Bertindak
seakan-akan dia tidak bisa melihat mereka, dia bergerak dengan bungkuk,
pelan-pelan dan pasti, menuju ujung jauh dari ruangan itu, sambil bergumam pelan
dalam suara serak dan dalam seperti katak. '... baunya
seperti selokan dan seorang kriminal untuk ditendang, tapi yang wanita juga
tidak lebih baik, si pengkhianat darah yang menjijikan dengan anak-anak nakalnya
mengotori rumah nyonyaku, oh, nyonyaku yang malang, kalau saja dia tahu, kalau
dia tahu sampah yang telah mereka masukkan ke dalam rumahnya, apa yang akan
dikatakannya kepada Kreacher tua ini, oh, betapa malunya, Darah-lumpur dan
manusia serigala dan pengkhianat dan pencuri, Kreacher tua yang malang, apa yang
bisa dilakukannya ...' 'Halo, Kreacher,' kata Fred dengan
sangat keras, sambil menutup pintu dengan sekali banting.
Peri-rumah itu membeku di tempat, berhenti bergumam, dan mengeluarkan suara
terkejut yang sangat dibuat-buat dan sangat tidak meyakinkan.
'Kreacher tidak melihat tuan muda,' katanya, sambil berpaling dan membungkuk
kepada Fred. Masih menghadap karpet, dia menambahkan, jelas terdengar, 'Anak
nakal menjijikan dari seorang pengkhianat darah.' 'Maaf?'
kata George. 'Tidak dengar yang terakhir itu.' 'Kreacher
tidak berkata apa-apa,' kata si peri-rumah, dengan membungkuk kedua kali kepada
George, sambil menambahkan dengan suara rendah yang jelas, 'dan itu kembarannya,
bangsat-bangsat kecil tidak alami mereka itu.' Harry tidak
tahu apakah harus tertawa atau tidak. Peri-rumah itu meluruskan dirinya sambil
mengintai mereka semua dengan bengis, dan tampaknya yakin bahwa mereka tidak
bisa mendengarnya ketika dia terus bergumam. '... dan itu
si Darah-lumpur, berdiri di sana sehebat kuningan, oh, kalau nyonyaku tahu, oh,
bagaimana dia akan menangis, dan ada anak baru, Kreacher tidak tahu namanya. Apa
yang sedang dia lakukan di sini? Kreacher tidak tahu ...'
'Ini Harry, Kreacher,' kata Hermione. 'Harry Potter.' Mata
pucat Kreacher melebar dan dia bergumam lebih cepat dan lebih marah dari
sebelumnya. 'Si Darah-lumpur berbicara kepada Kreacher
seolah-olah dia temanku, kalau nyonya Kreacher melihatnya bersama orang seperti
itu, oh, apa yang akan dikatakannya --' 'Jangan sebut dia
Darah-lumpur!' kata Ron dan Ginny bersama-sama, dengan sangat marah.
'Tidak masalah,' Hermione berbisik, 'dia tidak dalam pikiran sehatnya, dia tidak
tahu apa yang dia --' 'Jangan bodohi dirimu, Hermione, dia
tahu persis apa yang dia katakan,' kata Fred, sambil memandang Kreacher
dengan rasa tidak suka. Kreacher masih bergumam, matanya
memandang Harry. 'Benarkah itu? Benar Harry Potter?
Kreacher bisa melihat bekas lukanya, pastilah benar, itu anak yang menghentikan
Pangeran Kegelapan, Kreacher bertanya-tanya bagaiamana dia melakukannya --'
'Bukankah kita semua begitu, Kreacher,' kata Fred. 'Apa
yang kau inginkan?' George bertanya. Mata besar Kreacher
beralih kepada George. 'Kreacher sedang bersih-bersih,' dia
berkata mengelak.
'Cerita yang mungkin sekali,' kata sebuah
suara di belakang Harry. Sirius telah kembali; dia sedang
menatap tajam kepada peri itu dari ambang pintu. Keributan di aula telah reda;
mungkin Mrs Weasley dan Mundungus telah memindahkan perseteruan mereka ke bawah
ke dapur. Ketika melihat Sirius, Kreacher membungkukkan dirinya rendah sekali
sehingga hidungnya yang mirip moncong rata ke lantai.
'Berdiri tegak,' kata Sirius dengan tidak sabar. 'Sekarang,
apa yang sedang kau rencanakan?'
'Kreacher sedang bersih-bersih,' peri-rumah itu mengulangi.
'Kreacher hidup untuk melayani Rumah Black yang Mulia --'
'Dan semakin kelam saja setiap harinya, sehingga jadi sangat
kotor,' kata Sirius.
'Tuan selalu suka lelocon kecilnya,' kata Kreacher sambil
membungkuk lagi, dan meneruskan dengan suara rendah, 'Tuan adalah babi tidak
tahu berterima kasih yang menjijikan yang meremukkan hati ibunya --'
'Ibuku tidak punya hati, Kreacher,' sambar Sirius. 'Dia
bertahan hidup semata-mata dengan rasa dengki.'
Kreacher membungkuk lagi ketika dia berkata.
'Apapun yang Tuan katakan,' dia bergumam dengan marah. 'Tuan
tidak pantas menyeka lendir dari sepatu bot ibunya, oh, nyonyaku yang malang,
apa yang akan dikatakannya kalau dia melihat Kreacher melayaninya, bagaimana dia
membencinya, betapa mengecewakannya dirinya --'
'Kutanya kau apa yang sedang kau rencanakan,' kata Sirius
dengan dingin. 'Tiap kali kau muncul sambil berpura-pura bersih-bersih, kau
menyelinapkan sesuatu ke kamarmu sehingga kami tidak bisa membuangnya.'
'Kreacher tidak akan memindahkan apapun dari tempat yang
seharusnya dalam rumah Tuan,' kata peri-rumah itu, lalu bergumam dengan amat
cepat, 'Nyonya tidak akan pernah memaafkan Kreacher kalau permadani dinding itu
dibuang, sudah berada dalam keluarga selama tujuh abad, Kreacher harus
menyelamatkannya, Kreacher tidak akan membiarkan Tuan dan para pengkhianat darah
dan anak-anak nakal itu menghancurkannya --'
'Kukira juga mungkin itu,' kata Sirius, sambil memberi
pandangan menghina pada dinding di seberang. 'Dia pasti telah menempatkan
Mantera Lekat Permanen lagi ke bagian belakangnya, aku tidak ragu, tetapi kalau
bisa kuhilangkan pasti akan kulakukan. Sekarang pergilah, Kreacher.'
Tampaknya Kreacher tidak berani tidak mematuhi perintah
langsung, walaupun begitu, pandangan yang diberikannya kepada Sirius ketika dia
bergerak melewatinya penuh dengan kebencian yang amat sangat dan dia bergumam
sepanjang jalan keluar dari ruangan itu.
'-- pulang dari Azkaban sambil menyuruh-nyuruh Kreacher, oh,
nyonyaku yang malang, apa yang akan dikatakannya kalau dia melihat rumah ini
sekarang, sampah tinggal di dalamnya, barang-barang berharganya dibuang, nyonya
bersumpah dia bukan anaknya dan dia sudah kembali, mereka juga bilang dia
pembunuh --'
'Terus menggerutu dan aku akan jadi pembunuh!' kata Sirius
dengan jengkel selagi dia membanting pintu menutup.
'Sirius, dia tidak menyadari perbuatannya,' Hermione memohon, 'kukira dia
tidak sadar bahwa kita mendengarnya.'
'Dia sudah sendirian terlalu lama,' kata Sirius, 'menuruti
perintah gila dari potret ibuku dan berbicara kepada dirinya sendiri, tapi dia
dari dulu memang seorang bajingan kecil --'
'Kalau saja kau membebaskannya,' kata Hermione penuh harap,
'mungkin --'
'Kita tidak bisa membebaskannya, dia tahu terlalu banyak
tentang Order,' kata Sirius dengan masam. 'Dan lagipula, rasa terguncang akan
membunuhnya. Kau sarankan dia meninggalkan rumah ini, lihat bagaimana
tanggapannya.'
Sirius berjalan menyeberangi ruangan ke tempat permadani
dinding yang Kreacher coba lindungi yang bergantung sepanjang dinding. Harry dan
yang lain mengikuti.
Permadani dinding itu tampak sangat tua; warnanya sudah pudar
dan terlihat seakan-akan sudah digerogoti Doxy di banyak tempat. Walau begitu,
benang keemasan yang membordirnya masih berkilau cukup cemerlang untuk
memperlihatkan kepada mereka pohon keluarga yang membentang yang bertanggal
(sejauh yang dapat dilihat Harry) dari Abad Pertengahan. Huruf-huruf besar di
bagian paling atas permadani dinding itu bertuliskan: Rumah
Black yang Mulia dan Paling Kuno 'Toujours
pur' (Selalu Murni)
'Kau tidak ada di sini!' kata Harry, setelah mengamati bagian bawah pohon itu
dengan seksama.
'Aku dulu ada di sana,' kata Sirius sambil menunjuk ke sebuah
lubang kecil bulat bekas terbakar di permadani, yang mirip sundutan rokok.
'Ibuku tersayang meledakkanku setelah aku lari dari rumah -- Kreacher sangat
suka menggumamkan cerita itu.'
'Kau lari dari rumah?'
'Sewaktu aku berusia sekitar enam belas tahun,' kata Sirius.
'Aku sudah muak.'
'Ke mana kau pergi?' tanya Harry sambil menatapnya.
'Tempat ayahmu,' kata Sirius. 'Kakek-nenekmu sangat baik;
mereka seperti mengangkatku sebagai anak kedua. Yeah, aku berkemah di luar rumah
ayahmu saat liburan sekolah, dan ketika aku berumur tujuh belas aku mempunyai
tempat sendiri. Pamanku Alphard meninggalkanku sejumlah emas -- dia juga telah
dihapus dari sini, mungkin itu sebabnya -- lagipula, setelah itu aku menjaga
diriku sendiri. Namun, aku selalu diterima di rumah keluarga Potter untuk makan
siang Minggu.'
'Tapi ... kenapa kau ...?'
'Pergi?' Sirius tersenyum getir dan menyisir rambut
panjangnya yang tak terawat dengan jari-jarinya. 'Karena aku benci mereka semua;
orang tuaku, dengan mania darah-murni mereka, yakin bahwa menjadi seorang Black
membuatmu berdarah biru ... adikku yang idiot, cukup lembek untuk mempercayai
mereka ... itu dia.'
Sirius menusukkan sebuah jari ke bagian paling bawah dari
pohon itu, pada nama 'Regulus Black'. Sebuah tanggal kematian (sekitar lima
belas tahun sebelumnya) mengikuti tanggal kelahiran.
'Dia lebih muda dariku,' kata Sirius, 'dan merupakan anak
yang lebih baik, seperti yang selalu diingatkan kepadaku.'
'Tapi dia meninggal,' kata Harry.,
'Yeah,' kata Sirius. 'Idiot bodoh ... dia bergabung dengan
para Pelahap Maut.'
'Kau bercanda!'
'Ayolah, Harry, bukankah kau sudah lihat cukup banyak dari
rumah ini untuk mengetahui penyihir macam apa keluargaku itu?' kata Sirius
dengan tidak sabar.
'Apakah -- apakah orang tuamu juga Pelahap Maut?'
'Tidak, tidak, tapi percayalah kepadaku, mereka berpikir
Voldemort memiliki gagasan yang benar, mereka mendukung pemurnian ras penyihir,
mengenyahkan para kelahiran Muggle dan memberi kekuasaan kepada darah-murni.
Mereka juga tidak sendirian, ada sejumlah orang, sebelum Voldemort menunjukkan
wajah aslinya, yang berpikir bahwa dia punya gagasan yang benar mengenai banyak
hal ... namun, mereka jadi pengecut ketika mereka melihat dia bersiap-siap
mengambil kekuasaan. Tapi aku yakin orang tuaku mengira Regulus adalah pahlawan
kecil karena bergabung sejak awal.'
'Apakah dia dibunuh oleh Auror?' Harry bertanya.
'Oh, tidak,' kata Sirius. 'Tidak, dia dibunuh oleh
Voldemort. Atau atas perintah Voldemort, lebih tepatnya; aku ragu Regulus pernah
cukup penting untuk dibunuh sendiri oleh Voldemort. Dari apa yang kuketahui
setelah dia mati, dia masuk cukup jauh, lalu panik mengenai apa yang harus
dikerjakannya dan mencoba mundur. Well, kau tidak bisa menyerahkan surat
pengunduran diri begitu saja kepada Voldemort. Pilihannya pelayanan seumur hidup
atau kematian.'
'Makan siang,' kata suara Mrs Weasley.
Dia sedang mengangkat tongkat tinggi-tinggi di depannya,
sambil menyeimbangkan sebuah nampan besar yang penuh berisi roti isi dan kue
dengan ujung tongkat. Wajahnya sangat merah dan terlihat masih marah. Yang lain
berpindah mendekatinya, ingin mendapatkan makanan, tapi Harry tetap bersama
Sirius, yang telah membungkuk lebih dekat ke permadani.
'Aku belum melihat ini selama bertahun-tahun. Itu Phinneas
Nigellus ... kakek buyutku, lihat? ... Kepala Sekolah paling tidak populer yang
pernah dimiliki Hogwarts ... dan Araminta Meliflua ... sepupu ibuku ... mencoba
memaksakan Undang-Undang Kementerian untuk melegalkan perburuan Muggle ... dan
Bibi Elladora sayang ... dia memulai tradisi keluarga memenggal kepala
peri-rumah ketika mereka terlalu tua untuk membawa nampan teh ... tentu saja,
tiap kali keluarga menghasilkan seseorang yang kurang pantas mereka tidak
diakui. Kulihat Tonks tidak ada di sini. Mungkin itu sebabnya Kreacher tidak mau
menerima perintah darinya -- dia seharusnya melakukan apapun yang diminat siapa
saja dalam keluarga --'
'Kau dan Tonks berkerabat?' Harry bertanya, terkejut.
'Oh, yeah, ibunya Andromeda adalah sepupu yang paling
kusukai,' kata Sirius, sambil memeriksa permadani dinding itu dengan seksama.
'Tidak, Andromeda juga tidak di sini, lihat --'
Dia menunjuk ke tanda hangus bulat kecil di antara dua nama,
Bellatrix dan Narcissa.
'Saudara-saudara perempuan Andromeda masih di sini karena
mereka menikah secara terhormat dengan darah-murni, tapi Andromeda menikahi
seorang kelahiran Muggle, Ted Tonks, jadi --'
Sirius memperagakan meledakkan permadani itu dengan sebuah
tongkat dan tertawa masam. Akan tetapi, Harry tidak tertawa; dia terlalu sibuk
menatap ke nama-nama di sebelah kanan tanda hangus Andromeda. Sebuah garis ganda
bordir emas menghubungkan Narcissa Black dengan Lucius Malfoy dan sebuah
garis tunggal vertikal dari nama-nama mereka menuntun ke nama Draco.
'Kau berkerabat dengan keluarga Malfoy!'
'Keluarga-keluarga berdarah-murni semuanya saling
berhubungan,' kata Sirius. 'Kalau kau hanya akan membolehkan anak lelaki dan
perempuanmu menikahi darah-murni pilihanmu sangat terbatas; hampir tidak ada
lagi dari kami yang tersisa. Molly dan aku bersepupu karena pernikahan dan
Arthur semacam sepupu dari sepupuku. Tapi tidak ada gunanya mencari mereka di
sini -- kalau ada keluarga yang merupakan sekumpulan pengkhianat darah itulah
keluarga Weasley.'
Tapi Harry sekarang sedang melihat ke nama-nama di sebelah
kiri tanda hangus Andromeda: Bellatrix Black, yang dihubungkan dengan garis
ganda ke Rodolphus Lestrange.
'Lestrange ...' Harry berkata dengan keras. Nama itu telah
menggerakkan sesuatu dalam ingatannya; dia tahu nama itu dari suatu tempat, tapi
selama beberapa saat dia tidak bisa berpikir di mana, walaupun memberinya
sensasi aneh yang menjalar di dasar perutnya.
'Mereka ada di Azkaban,' kata Sirius singkat.
Harry menatapnya dengan rasa ingin tahu.
'Bellatrix dan suaminya Rodolphus masuk bersama Barty Crouch
junior,' kata Sirius, dengan nada kasar yang sama. 'Saudara lelaki Rodolphus,
Rabastan ada bersama mereka juga.'
Lalu Harry teringat. Dia telah melihat Bellatrix Lestrange di
dalam Pensieve Dumbledore, alat aneh yang dapat menyimpan pikiran dan ingatan:
seorang wanita jangkung berkulit gelap dengan mata berkelopak tebal, yang telah
berdiri di persidangannya dan menyatakan kesetiaanya yang terus-menerus kepada
Lord Voldemort, rasa bangganya karena dia terus berusaha menemukannya setelah
kejatuhannya dan keyakinannya bahwa suatu hari dia akan diberi ganjaran atas
kesetiaannya.
'Kau tidak pernah bilang dia --'
'Apakah ada pengaruhnya kalau dia sepupuku?' sambar Sirius.
'Sejauh menyangkut diriku, mereka bukan keluargaku. Dia jelas bukan
keluargaku. Aku belum melihatnya sejak aku seumurmu, kecuali kau hitung sekilas
waktu dia masuk Azkaban. Apa menurutmu aku bangga punya kerabat seperti dia?'
'Maaf,' kata Harry dengan cepat, 'aku tidak bermaksud -- aku
hanya terkejut, itu saja --'
'Tidak mengapa, jangan minta maaf,' Sirius bergumam. Dia
berpaling dari permadani dinding itu, tangannya dijejalkan ke dalam kantongnya.
'Aku tidak suka kembali ke sini,' katanya sambil menatap ke seberang ruang
duduk. 'Aku tidak pernah mengira akan terperangkap di dalam rumah ini lagi.'
Harry mengerti sepenuhnya. Dia tahu bagaimana dia akan
merasa, ketika dia sudah dewasa dan berpikir dirinya bebas dari tempat itu untuk
selamanya, harus kembali dan tinggal di Privet Drive nomor empat.
'Tentu saja ideal untuk Markas Besar,' Sirius berkata.
'Ayahku menempatkan semua alat pengamanan yang dikenal oleh kelompok penyihir
sewaktu dia tinggal di sini. Tidak tampak di peta, jadi para Muggle tidak akan
pernah datang dan berkunjung -- seakan-akan mereka mau -- dan sekarang
Dumbledore sudah menambahkan perlindungannya, kau akan sulit mencari rumah yang
lebih aman di tempat lain. Dumbledore adalah Penjaga Rahasia Order, kau tahu --
tak seorangpun bisa menemukan Markas Besar kecuali dia memberitahu mereka secara
pribadi di mana letaknya -- catatan yang diperlihatkan Moody kepadamu tadi
malam, itu dari Dumbledore ...' Sirius tertawa pendek mirip gonggongan. 'Kalau
saja orang tuaku bisa melihat kegunaan rumah mereka sekarang ... well,
potret ibuku pasti sudah memberimu sejumlah ide ...'
Dia merengut sebentar, lalu menghela napas.
'Aku tidak akan keberatan kalau aku bisa keluar kadang-kadang
dan melakukan sesuatu yang berguna. Aku sudah bertanya kepada Dumbledore apakah
aku bisa mengawalmu ke dengar pendapatmu -- sebagai Snuffles, tentu saja --
sehingga aku bisa memberimu sedikit dukungan moral, bagaimana menurutmu?'
Harry merasa seakan-akan perutnya telah tenggelam ke karpet
berdebu. Dia belum memikirkan dengar pendapat itu sekalipun sejak makan malam
kemarin; dalam semangatnya kembali bersama orang-orang yang paling disenanginya,
dan mendengar semua yang sedang berlangsung, dengar pendapat itu telah
benar-benar keluar dari kepalanya. Namun, mendengar kata-kata Sirius, rasa takut
yang mencekam kembali timbul dalam dirinya. Dia menatap ke Hermione dan keluarga
Weasley, semuanya sedang makan roti isi, dan berpikir bagaimana perasaannya
kalau mereka kembali ke Hogwarts tanpa dirinya.
'Jangan khawatir,' Sirius berkata. Harry melihat ke atas dan
menyadari bahwa Sirius telah mengamati dirinya. 'Aku yakin mereka akan
melepaskanmu, pasti ada sesuatu dalam Undang-Undang Kerahasiaan Internasional
mengenai izin menggunakan sihir untuk menyelamatkan hidupmu.'
'Tapi kalau mereka mengeluarkanku,' Harry berkata dengan
pelan, 'bolehkah aku kembali ke sini dan tinggal bersamamu?'
Sirius tersenyum sedih.
'Kita lihat nanti.'
'Aku akan merasa jauh lebih baik mengenai dengar pendapat itu
kalau aku tahu aku tidak perlu kembali ke keluarga Dursley,' Harry menekannya.
'Mereka pastilah tidak menyenangkan kalau kau memilih tempat
ini,' kata Sirius dengan suram.
'Cepatlah, kalian berdua, atau tidak akan ada makanan yang
tersisa,' Mrs Weasley memanggil.
Sirius menghela napas sekali lagi, menatap permadani dinding
itu dengan pandangan tidak suka, lalu dia dan Harry pergi bergabung dengan yang
lain.
Harry mencoba sebaik mungkin tidak memikirkan dengar pendapat
ketika mereka mengosongkan lemari-lemari berpintu kaca sore itu. Untung saja,
itu merupakan pekerjaan yang membutuhkan banyak konsentrasi, banyak dari
benda-benda yang ada di dalam sana yang terlihat enggan meninggalkan rak-rak
berdebu mereka. Sirius mengalami luka gigitan parah dari sebuah kotak tembakau
perak; dalam beberapa detik tangannya yang tergigit telah tumbuh kulit tebal
yang tidak menyenangkan seperti memakai sarung tangan keras warna coklat.
'Tidak apa-apa,' katanya sambil memeriksa tangannya dengan
penuh minat sebelum mengetuknya dengan ringan dengan tongkatnya dan
mengembalikan kulitnya ke keadaan normal, 'pastilah di dalam itu bubuk Wartcap.'
Dia melemparkan kotak itu ke samping ke dalam kantong tempat
mengumpulkan puing-puing dari lemari-lemari itu; Harry melihat George membelit
tangannya dengan kain secara hati-hati beberapa saat kemudian dan menyelinapkan
kotak itu ke dalam kantongnya yang telah dipenuhi dengan Doxy.
Mereka menemukan sebuah instrumen perak yang tampak tidak
menyenangkan, sesuatu yang mitip pasangan penjepit berkaki banyak, yang berlari
menaiki lengan Harry seperti laba-laba ketika dia memungutnya, dan mencoba
menusuk kulitnya. Sirius menyambarnya dan menghancurkannya dengan sebuah buku
tebal yang berjudul Kemuliaan Alam: Sebuah Silsilah Penyihir. Ada sebuah
kotak musik yang mengeluarkan nada berdenting agak seram ketika diputar, dan
mereka semua merasa menjadi lemah dan mengantuk, sampai Ginny sadar dan
membanting tutupnya; sebuah liontin berat yang tidak bisa mereka buka; sejumlah
cap kuno; dan dalam kotak berdebu, sebuah Order of Merlin, Kelas Pertama, yang
telah diserahkan kepada kakek Sirius untuk 'jasa-jasa bagi Kementerian'.
'Maksudnya dia memberi mereka banyak emas,' kata Sirius
dengan menghina sambil melemparkan medali itu ke dalam kantong sampah.
Beberapa kali Kreacher memasuki ruangan dan mencoba
menyeludupkan barang-barang di bawah cawatnya, sambil menggumamkan
kutukan-kutukan mengerikan setiap kali mereka menangkap basahnya. Ketika Sirius
merebut sebuah cincin keemasan besar yang memiliki lambang keluarga Black dari
pegangannya, Kreacher bahkan menangis marah dan meninggalkan ruangan
terseduu-sedu dan memanggil Sirius dengan nama-nama yang belum pernah didengar
Harry.
'Itu milik ayahku,' kata Sirius sambil melempar cincin itu ke
dalam kantong. 'Kreacher tidak begitu setia kepadanya seperti kepada
ibuku, tapi aku masih saja menangkapnya sedang mencuri sepotong celana tua
ayahku minggu lalu.'
*
Mrs Weasley menyibukkan mereka semua selama beberapa hari berikutnya. Ruang
duduk perlu tiga hari untuk disucihamakan. Akhirnya, satu-satunya benda tidak
diinginkan yang tertinggal di dalamnya adalah permadani dinding, yang bertahan
daari semua usaha mereka untuk melepaskannya dari dinding, dan meja tulis yang
berderak itu. Moody belum mampir ke Markas Besar, jadi mereka tidak bisa yakin
apa yang ada di dalam.
Mereka pindah dari ruang duduk ke sebuah ruang makan di
lantai dasar di mana mereka menemukan laba-laba sebesar tatakan cangkir yang
bersembunyi di dalam lemari (Ron meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa untuk
membuat secangkir teh dan tidak kembali selama satu setengah jam). Barang-barang
pecah belahnya, yang memiliki lambang keluarga dan motto Black, semuanya dibuang
ke dalam kantong oleh Sirius, dan nasib yang sama menimpa serangkaian foto-foto
tua dalam bingkai-bingkai perak ternoda, yang semua penghuninya mendengking
dengan nyaring ketika kaca-kaca yang menutupi mereka pecah.
Snape mungkin menyebut pekerjaan mereka 'membersihkan', tapi
menurut pendapat Harry mereka sebenarnya sedang berperang melawan rumah itu,
yang memberikan perlawanan yang cukup hebat, dibantu dan disekutui oleh
Kreacher. Peri-rumah itu terus di manapun mereka berkelompok, gerutuannya
menjadi semakin menghina selagi dia berusaha memindahkan apapun yang bisa
dilakukannya dari tempat sampah. Sirius bahkan sampai mengancamnya dengan
pakaian, tapi Kreacher memberinya tatapan berair dan berkata, 'Tuan harus
melakukan yang Tuan inginkan,' sebelum berpaling dan menggerutu dengan sangat
keras, 'tapi Tuan tidak akan mengenyahkan Kreacher, tidak, karena Kreacher tahu
apa yang sedang mereka rencanakan, oh ya, dia sedang membuat rencana melawan
Pangeran Kegelapan, ya, dengan para Darah-lumpur ini dan pengkhianat dan sampah
...'
Mendengar itu Sirius, sambil mengabaikan protes Hermione,
menyambar Kreacher di bagian belakang cawatnya dan melemparkannya keluar dari
ruangan itu.
Bel pintu berbunyi beberapa kali dalam sehari, yang merupakan
petunjuk bagi ibu Sirius untuk mulai memekik lagi, dan bagi Harry dan yang lain
untuk mencoba mencuri dengar para pengunjung, walaupun mereka mengumpulkan
sangat sedikit keterangan dari kilasan dan potongan singkat percakapan yang bisa
mereka kuping sebelum Mrs Weasley menyuruh mereka kembali ke tugas mereka. Snape
keluar-masuk rumah itu beberapa kali lagi, walaupun yang membuat Harry lega
mereka belum pernah bertatap muka; Harry juga melihat guru Transfigurasinya
Professor McGonagall, terlihat sangat aneh dalam baju dan mantel Muggle, dan dia
juga terlihat terlalu sibuk untuk berlama-lama. Akan tetapi, kadang-kadang para
pengunjung tinggal untuk membantu. Tonks bergabung dengan mereka dalam sebuah
sore yang penuh kenangan di mana mereka menemukan hantu tua pembunuh yang
bersembunyi di toilet atas, dan Lupin, yang tinggal di rumah itu bersama Sirius
tapi meninggalkannya untuk waktu yang lama untuk melakukan pekerjaan misterius
bagi Order, membantu mereka memperbaiki sebuah jam berdiri yang memiliki
kebiasaan tidka menyenangkan yaitu menembakkan baut-baut berat ke orang-orang
yang melewatinya. Mundungus menebus dirinya sedikit dalam mata Mrs Weasley
dengan menyelamatkan Ron dari satu stel jubah ungu kuno yang mencoba mencekiknya
ketika dia memindahkannya dari lemari.
Walaupun dia masih susah tidur, masih bermimpi mengenai
koridor-koridor dan pintu-pintu terkunci yang membuat bekas lukanya perih, Harry
berhasil bersenang-senang untuk pertama kalinya sepanjang musim panas itu.
Selama dia sibuk dia gembira; namun ketika aksinya mereda, kapanpun dia kurang
waspada, atau berbaring kelelahan di tempat tidur sambil mengamati
bayangan-bayangan kabur yang bergerak di langit-langit, pikiran mengenai dengar
pendapat Kementerian yang membayang kembali kepada dirinya. Rasa takut menerkam
bagian dalam tubuhnya seperti jarum ketika dia bertanya-tanya apa yang akan
terjadi kepada dirinya kalau dia dikeluarkan. Gagasan itu begitu mengerikan
sehingga dia tidak berani mengucapkannya keras-keras, bahkan tidak kepada Ron
dan Hermione, yang, walaupun dia sering melihat mereka berbisik satu sama lain
dan memandang ke arahnya dengan cemas, mengikuti petunjukkan dengan tidak
menyebut hal itu. Kadang-kadang, dia tidak bisa menghalangi imajinasinya
memperlihatkan kepada dirinya seorang pejabat Kementerian yang tidak berwajah
yang sedang mematahkan tongkatnya menjadi dua dan memerintahkannya kembali ke
keluarga Dursley ... tapi dia tidak mau pergi. Dia sudah menetapkan hati dalam
hal itu. Dia akan kembali ke sini ke Grimmauld Place dan tinggal bersama Sirius.
Dia merasa seolah-olah sebuah batu bata telah jatuh ke dalam
perutnya ketika Mrs Weasley berpaling kepadanya sewaktu makan malam pada Rabu
malam dan berkata dengan pelan, 'Aku telah menyetrika baju terbaikmu untuk besok
pagi, Harry, dan aku juga mau kau mencuci rambut malam ini. Kesan pertama yang
baik bisa membuat keajaiban.'
Ron, Hermione, Fred, George dan Ginny semuanya berhenti
berbicara dan melihat kepadanya. Harry mengangguk dan mencoba tetap makan, tapi
mulutnya telah menjadi begitu kering sehingga dia tidak bisa mengunyah.
'Bagaimana aku akan pergi ke sana?' dia bertanya kepada Mrs
Weasley, sambil mencoba terdengar tidak khawatir.
'Arthur akan membawamu ke tempat kerja bersamanya,' kata Mrs
Weasley dengan lembut.
Mr Weasley tersenyum menguatkan kepada Harry dari seberang
meja.
'Kau bisa menunggu di kantorku sampai waktunya untuk dengar
pendapat,' katanya.
Harry memandang Sirius, tetapi sebelum dia bisa bertanya, Mrs
Weasley telah menjawabnya.
'Professor Dumbledore mengira bukan ide yang bagus bagi
Sirius untuk pergi bersamamu, dan harus kubilang aku --'
'-- mengira dia benar,' kata Sirius melalui gigi-gigi
yang dikatupkan.
Mrs Weasley mengerutkan bibirnya.
'Kapan Dumbledore memberitahumu hal itu?' Harry berkata,
sambil menatap Sirius.
'Dia datang tadi malam, ketika kau masih tidur,' kata Mrs
Weasley.
Sirius menusuk kentangnya dengan murung. Harry menurunkan
pandangannya ke piringnya sendiri. Pikiran bahwa Dumbledore telah berada dalam
rumah ini pada malam sebelum dengar pendapatnya dan tidak meminta untuk bertemu
dengannya membuat dia merasa, kalau mungkin, bahkan lebih buruk lagi.
Previous | Home | Next |