HARRY  POTTER

and the Order of  the Phoenix

 

 

-- BAB  TIGA BELAS --

Detensi dengan Dolores

 

Makan malam di Aula Besar malam itu bukanlah pengalaman menyenangkan bagi Harry. Kabar mengenai adu teriaknya dengan Umbridge telah berkeliling bahkan lebih cepat daripada standar Hogwarts. Dia mendengar bisik-bisik di sekelilingnya ketika dia duduk makan di antara Ron dan Hermione. Hal yang aneh adalah tak seorangpun dari yang berbisik-bisik itu tampak keberatan dia mendengar apa yang sedang mereka katakan mengenai dirinya. Sebaliknya, seakan-akan mereka berharap dia akan marah dan mulai berteriak lagi, sehingga mereka bisa mendengar ceritanya dari tangan pertama.

    'Dia bilang dia melihat Cedric Diggory dibunuh ...'

    'Menurutnya dia berduel dengan Kau-Tahu-Siapa ...'

    'Hentikan ...'

    'Dipikirnya dia sedang bercanda?'

    'Tolong deh ...'

    'Apa yang tak kumengerti,' kata Harry melalui gigi-gigi yang dikertakkan, sambil meletakkan pisau dan garpunya (tangannya terlalu bergetar untuk memegang dengan mantap), 'adalah mengapa mereka semua mempercayai cerita itu dua bulan yang lalu ketika Dumbledore memberitahu mereka ...'

    'Masalahnya adalah, Harry, aku tidak yakin mereka percaya,' kata Hermione dengan muram. 'Oh, ayo pergi dari sini.'

    Dia membanting pisau dan garpunya sendiri; Ron melihat penuh keinginan pada pai apelnya yang setengah habis tetapi ikut juga. Orang-orang memandangi mereka sepanjang jalan keluar dari Aula.

    'Apa maksudmu, kau tidak yakin mereka mempercayai Dumbledore?' Harry bertanya kepada Hermione ketika mereka mencapai puncak tangga pertama.

    'Lihat, kau tidak mengerti seperti apa setelah kejadian itu,' kata Hermione dengan pelan. 'Kau tiba kembali di tengah halaman sambil menggenggam mayat Cedric ... tak seorangpun dari kamu melihat apa yang terjadi di dalam labirin ... kami hanya mendengar perkataan Dumbledore bahwa Kau-Tahu-Siapa sudah kembali dan membunuh Cedric dan bertarung denganmu.'

    'Yang memang benar!' kata Harry keras-keras.

    'Aku tahu itu, Harry, jadi bisakah kau tolong berhenti memarahiku?' kata Hermione dengan letih. 'Hanya saja sebelum kebenaran bisa tertanam, semua orang pulang ke rumah selama musim panas, di mana mereka menghabiskan dua bulan membaca bagaimana kau seorang sinting dan Dumbledore mulai pikun!'

    Ron menghantam kisi-kisi jendela selagi mereka berjalan menyusuri koridor-koridor kosong kembali ke Menara Gryffindor. Harry merasa seakan-akan hari pertamanya telah berlangsung seminggu, tetapi dia masih mempunyai segunung pekerjaan rumah untuk dilakukan sebelum tidur. Rasa sakit menghantam timbul di mata kanannya. Dia melihat sekilas melalui jendela yang terguyur hujan ke halaman gelap ketika mereka berbelok ke koridor Nyonya Gemuk. Masih belum ada cahaya dari kabin Hagrid.

    'Mimbulus mimbletonia,' kata Hermione, sebelum Nyonya Gemuk bisa bertanya. Potret itu berayun terbuka memperlihatkan lubang di belakangnya dan mereka bertiga memanjat melaluinya.

    Ruang duduk hampir kosong; hampir semua orang masih di bawah untuk makan malam. Crookshanks bangkit dari gelungannya di sebuah kursi berlengan dan berderap menemui mereka, sambil mendengkur keras, dan ketika Harry, Ron dan Hermione duduk di tiga kursi kesukaan mereka di sisi perapian dia melompat dengan ringan ke pangkuan Hermione dan bergelung di sana seperti bantal merah kekuningan berbulu. Harry menatap ke dalam api, merasa terkuras dan letih sekali.

    'Bagaimana bisa Dumbledore membiarkan ini terjadi?' Hermione menjerit tiba-tiba, membuat Harry dan Ron terlompat; Crookshanks melompat dari pangkuannya, terlihat terhina. Dia menghantam lengan-lengan kursinya dengan marah, sehingga potongan-potongan isian keluar dari lubang-lubangnya. 'Bagaimana dia bisa membiarkan wanita mengerikan itu mengajari kita? Dan di tahun OWL kita lagi!'

    'Well, kita belum pernah dapat guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang hebat, bukan?' kata Harry. 'Kau tahu seperti apa, Hagrid memberitahu kita, tak seorangpun mau pekerjaan itu; mereka bilang membawa sial.'

    'Ya, tapi mempekerjakan seseorang yang sebenarnya menolak membiarkan kita melakukan sihir! Apa yang sedang dipermainkan Dumbledore?'

    'Dan dia sedang mencoba membuat orang-orang menjadi mata-mata untuknya,' kata Ron dengan muram. 'Ingat ketika dia bilang dia mau kita datang dan memberitahunya kalau kita mendengar siapapun berkata Kau-Tahu-Siapa sudah kembali?'

    'Tentu saja dia di sini untuk memata-matai kita semua, itu jelas, kenapa lagi Fudge ingin dia datang?' sambar Hermione.

    'Jangan mulai berdebat lagi,' kata Harry dengan letih, ketika Ron membuka mulut untuk membalas. 'Tak bisakah kita ... ayo buat peer saja, hilangkan beban ...'

    Mereka mengumpulkan tas-tas sekolah mereka dari sebuah sudut dan kembali ke kursi-kursi di sisi perapian. Orang-orang telah berdatangan dari makan malam sekarang. Harry memalingkan wajahnya dari lubang potret, tetapi masih bisa merasakan tatapan ke arahnya.

    'Apakah kita akan mengerjakan tugas Snape dulu?' kata Ron, sambil mencelupkan pena bulunya ke dalam tintanya. '"Sifat-sifat ... batu bulan ... dan kegunaannya ... dalam pembuatan ramuan ..."' dia bergumam, sambil menuliskan kata-kata itu di puncak perkamennya sewaktu mengucapkannya. 'Begitu.' Dia menggarisbawahi judul itu, lalu memandang penuh harap kepada Hermione.

    'Jadi, apa sifata batu bulan dan kegunaannya dalam pembuatan ramuan?'

    Tetapi Hermione tidak mendengarkan; dia sedang memicingkan mata ke sudut jauh dari ruangan itu, di mana Fred, George dan Lee Jordan sekarang sedang duduk di tengah sekumpulan anak kelas satu yang tampak lugu, yang semuanya sedang mengunyah sesuatu yang tampaknya telah keluar dari kantong kertas besar yang sedang dipegang Fred.

    'Tidak, maafkan aku, mereka sudah terlalu jauh,' katanya sambil berdiri dan terlihat benar-benar marah. 'Ayo, Ron.'

    'Aku -- apa?' kata Ron, jelas sedang mengulur waktu. 'Tidak -- ayolah, Hermione -- kita tidak bisa melarang mereka membagikan permen.'

    'Kau tahu persis itu adalah Gula-Gula Mimisan atau -- atau Pastiles Muntah atau --'

    'Manisan Pingsan?' Harry menyarankan dengan pelan.

    Satu persatu, seakan-akan dipukul kepalanya dengan palu yang tak tampak, anak-anak kelas satu itu merosot tidak sadarkan diri di tempat duduk mereka; beberapa tergelincir langsung ke lantai, yang lain hanya tergantung pada lengan kursi mereka, lidah merka terjulur. Kebanyakan orang yang sedang menonton tertawa; namun Hermione menaikkan bahunya dan berbaris langsung ke tempat Fred dan George sekarang berdiri sambil memegang papan penjepit kertas, mengamati dengan seksama para murid kelas satu yang tidak sadar. Ron bangkit setengah berdiri dari kursinya, menunggu tidak yakin selama satu-dua saat, lalu bergumam kepada Harry. 'Dia sudah bisa mengendalikannya,' sebelum membenamkan diri ke kursinya serendah yang diizinkan tubuh jangkungnya.

    'Itu cukup!' Hermione berkata penuh tenaga kepada Fred dan George, keduanya melihat ke atas dengan terkejut.

    'Yeah, kau benar,' kata George sambil mengangguk, 'dosis  ini tampaknya cukup kuat, bukan?'

    'Kuberitahu kalin pagi ini, kalian tidak bisa menguji sampah kalian pada murid!'

    'Kami membayar mereka!' kata Fred dengan marah.

    'Aku tidak peduli, bisa saja berbahaya!'

    'Sampah,' kata Fred.

    'Tenanglah, Hermione, mereka baik-baik saja!' kata Lee menenangkan ketika dia berjalan dari satu anak kelas satu ke anak lainnya, sambil memasukkan permen ungu ke dalam mulut terbuka mereka.

    'Yeah, lihat, mereka sudah sadar sekarang,' kata George.

    Beberapa anak kelas satu memang bergerak. Beberapa terlihat begitu terguncang menemukan diri mereka terbaring di lantai, atau bergantung di kursi mereka, sehingga Harry yakin Fred dan George belum memperingatkan mereka apa yang dilakukan permen-permen itu.

    'Merasa baik-baik saja?' tanya George dengan baik hati kepada seorang anak perempuan kecil berambut gelap yang berbaring di kakinya.

    'Aku -- kukira begitu,' katanya gemetaran.

    'Sempurna,' kata Fred dengan gembira, tetapi detik berikutnya Hermione telah merebut papan penjepit kertasnya serta kantong kertas Manisan Pingsan dari tangannya.

    'TIDAK sempurna!'

    'Tentu saja, mereka masih hidup 'kan?' kata Fred dengan marah.

    'Kalian tidak bisa melakukan ini, bagaimana kalau kalian membuat salah satu dari mereka benar-benar sakit?'

    'Kami tidak akan membuat mereka sakit, kami sudah menguji semuanya sendiri, ini hanya untuk melihat apakah semua orang akan bereaksi sama -'

    'Kalau kalian tidak berhenti melakukannya, aku akan -'

    'Memberi kami detensi?' kata Fred, dengan suara  aku-ingin-lihat-kau-coba.

    'Menyuruh kami menulis?' kata George sambil tersenyum menyeringai.

    Para penonton di seluruh ruangan tertawa. Hermione meluruskan diri setingginya; matanya disipitkan dan rambutnya yang lebat tampak baru kena listrik.

    'Tidak,' katanya, suaranya bergetar karena marah, 'tetapi aku akan menulis kepada ibu kalian.'

    'Kau tidak akan berbuat itu,' kata George, terkejut, sambil mundur selangkah darinya.

    'Oh, ya, akan kulakukan,' kata Hermione dengan suram. 'Aku tak bisa menghentikan kalian makan benda-benda bodoh itu sendiri, tapi kau tidak akan memberikannya kepada para murid kelas satu.'

    Fred dan George terlihat seperti disambar petir. Jelaslah sejauh menyangkut mereka, ancaman Hermione melewati batas keberanian mereka. Dengan pandangan mengancam terakhir kepada mereka, dia menyodorkan papan penjepit kertas Fred dan kantong Manisan kembali ke lengannya, dan berjalan kembali ke kursinya di sisi perapian.

    Ron sekarang begitu rendah dalam kursinya sehingga hidungnya hampir sama rendahnya dengan lututnya.

    'Terima kasih atas dukunganmu, Ron,' Hermione berkata dengan masam.

    'Kau menanganinya dengan baik sendiri,' Ron bergumam.

    Hermione menatap ke potongan perkamennya yang kosong selama beberapa detik, lalu berkata dengan tidak tenang, 'Oh, tidak bisa, aku tidak bisa berkonsentrasi sekarang. Aku akan pergi tidur.'

    Dia merenggut buka tasnya; Harry mengira dia akan menyimpan buku-bukunya, tetapi dia malah menarik keluar dua benda dari wol yang bentuknya tidak beraturan, menempatkan mereka dengan hati-hati di atas sebuah meja di sisi perapian, menutupinya dengan beberapa potongan perkamen yang digumpalkan dan sebuah pena bulu rusak dan berdiri untuk mengagumi akibatnya.

    'Demi nama Merlin apa yang sedang kau lakukan?'  kata Ron sambil mengamatinya seolah-olah mengkhawatirkan kewarasannya.

    'Itu adalah topi untuk para peri-rumah,' katanya cepat, sekarang dia sedang menjejalkan buku-bukunya kembali ke dalam tasnya. 'Aku mengerjakannya musim panas lalu. Aku benar-benar perajut yang lamban tanpa sihir tetapi sekarang setelah aku kembali ke sekolah seharusnya aku bisa membuat lebih banyak lagi.'

    'Kau meninggalkan topi untuk para peri-rumah?' kat Ron lambat-lambat. 'Dan kau menutupinya dengan sampah dulu?'

    'Ya,' kata Hermione menantang, sambil mengayunkan tasnya ke punggungnya.

    'Itu tidak adil,' kata Ron dengan marah. 'Kau mencoba memperdaya mereka untuk memungut topi-topi itu. Kau membebaskan mereka padahal mereka mungkin tidak ingin bebas.'

    'Tentu saja mereka ingin bebas!' kata Hermione seketika, walaupun wajahnya berubah warna menjadi merah muda. 'Jangan berani-berani menyentuh topi-topi itu, Ron!'

    Dia berbalik dan pergi. Ron menunggu sampai dia menghilang melalui pintu ke kamar asrama anak perempuan, lalu membersihkan sampah dari topi-topi wol itu.

    'Setidaknya mereka seharusnya melihat apa yang mereka pungut,' katanya dengan tegas. 'Lagipula ...' dia menggulung perkamen yang telah ditulisnya dengan judul esai Snape, 'tak ada gunanya mencoba menyelesaikan ini sekarang, aku tidak bisa melakukannya tanpa Hermione, aku tak punya petunjuk sedikitpun apa yang harus kau lakukan dengan batu bulan, bagaimana denganmu?'

    Harry menggelengkan kepalanya, sambil memperhatikan bahwa ketika dia berbuat begitu rasa sakit di pelipis kanannya semakin buruk. Dia memikirkan esai panjang mengenai perang para raksasa dan rasa sakit itu menusuknya dengan tajam. Tahu benar bahwa ketika pagi tibam, dia akan menyesal tidak menyelesaikan pekerjaan rumahnya malam itu, dia menumpukkan buku-bukunya kembali ke dalam tasnya.

    'Aku juga akan tidur.'

    Dia melewati Seamus dalam perjalanan ke pintu yang menuju ke kamar asrama, tetapi dia tidak memandangnya. Harry mendapatkan kesan singkat bahwa Seamus telah membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi dia bergegas dan mencapai ketenangan yang menyejukkan dari tangga spiral tanpa harus mengalami provokasi lagi.

*

    Hari berikutnya diawali sama kelam dan berhujan seperti yang sebelumnya. Hagrid masih absen dari meja guru pada saat makan pagi.

    'Tapi di sisi baiknya, tidak ada Snape hari ini,' kata Ron menguatkan.

    Hermione menguap lebar-lebar dan menuangkan untuk dirinya sendiri sedikit kopi. Dia terlihat agak senang mengenai sesuatu, dan ketika Ron bertanya kepadanya apa yang membuatnya sangat gembira, dia hanya berkata, 'Topi-topi itu sudah hilang. Kelihatannya para peri-rumah memang ingin kebebasan.'

    'Aku tidak akan terlalu yakin,' Ron memberitahunya dengan tajam. 'Benda-benda itu mungkin tidak dianggap pakaian. Mereka tidak terlihat seperti topi bagiku, lebih mirip kandung kemih dari wol.'

    Hermione tidak berbicara kepadanya sepannjang pagi.

    Kelas ganda Jimat dan Guna-Guna diikuti dengan kelas ganda Transfigurasi. Profesor Flitwick dan Profesor McGonagall keduanya menghabiskan lima belas menit pertama dari pelajaran mereka menguliahi kelas akan pentingnya OWL.

    'Apa yang harus kalian ingat,' kata Profesor Flitwick kecil sambil mencicit, bertengger seperti biasa di atas setumpuk buku sehingga dia bisa melihat melewati bagian atas mejanya, 'adalah bahwa ujian-ujian ini mungkin mempengaruhi masa depan kalian bertahun-tahun yang akan datang! Kalau kalian belum memikirkan secara serius mengenai karir kalian, sekarang saatnya. Dan sementara itu, aku takut, kita akan bekerja lebih keras daripada sebelumnya untuk menjamin kalian semua mendapat hasil sesuai kemampuan kalian!'

    Mereka lalu menghabiskan lebih dari satu jam mengulang Mantera Pemanggil, yang menurut Profesor Flitwick pasti keluar di OWL mereka, dan dia mengakhiri pelajaran dengan memberi mereka pekerjaan rumah Jimat dan Guna-Guna yang paling banyak dibandingkan sebelumnya.

    Keadaannya sama, kalau bukan lebih buruk, di Transfigurasi.

    'Kalian tidak bisa lulus OWL,' kata Profesor McGonagall dengan murung, 'tanpa penerapan, latihan, dan belajar yang serius. Aku melihat tidak ada alasan mengapa semua orang di kelas ini tidak bisa mencapai OWL dalam Transfigurasi selama mereka bekerja keras.' Neville membuat suara sedih kecil tanda tidak percaya. 'Ya, kamu juga, Longbottom,' kata Profesor McGonagall. 'Tidak ada yang salah dengan pekerjaanmu selain kurangnya rasa percaya diri. Jadi ... hari ini kita akan mulai dengan Mantera Penghilang. Ini lebih mudah daripada Mantera Pencipta, yang biasanya tidak akan kalian coba sampai tingkat NEWT, tapi mantera ini masih termasuk di antara sihir paling sulit yang akan diujikan kepada kalian pada OWL kalian.'

    Dia sangat benar; Harry mendapatkan Mantera Penghilang benar-benar sulit. Pada akhir periode ganda itu dia maupun Ron belum berhasil menghilangkan siput-siput yang mereka gunakan untuk berlatih, walaupun Ron berkata penuh harap bahwa dia mengira siputnya terlihat sedikit lebih pucat. Hermione, di sisi lain, berhasil menghilangkan siputnya pada percobaan ketiga, membuatnya mendapatkan bonus sepuluh poin untuk Gryffindor dari Profesor McGonagall. Dia adalah satu-satunya orang yang tidak diberi pekerjaan rumah; semua orang lainnya disuruh melatih mantera itu di malam hari, siap untuk mencoba lagi pada siput mereka sore berikutnya.

    Sekarang setelah merasa agak panik mengenai jumlah pekerjaan rumah yang harus mereka lakukan, Harry dan Ron menghabiskan jam makan siang mereka di perpustakaan mencari kegunaan batu bulan dalam pembuatan ramuan. Masih marah tentang penghinaan Ron pada topi-topi wolnya, Hermione tidak bergabung dengan mereka. Pada saat mereka mencapai Pemeliharaan Satwa Gaib di sore hari, kepala Harry sakit lagi.

    Hari menjadi dingin dan berangin, dan ketika mereka berjalan menyusuri lapangan yang melandai menuju kabin Hagrid  di tepi Hutan Terlarang, mereka merasakan titik-titik hujan yang terkadang menetes ke wajah mereka. Profesor Grubbly-Plank berdiri menanti kelas itu sekitar sepuluh yard dari pintu depan Hagrid, dengan sebuah meja panjang berpalang di depannya yang sarat dengan ranting. Ketika Harry dan Ron mendekatinya, suara tawa keras terdengar di belakang mereka; sambil berbalik, mereka melihat Draco Malfoy berjalan menuju mereka, dikelilingi oleh kelompok kroni Slytherinnya yang biasa. Jelas dia baru saja mengatakan sesuatu yang sangat lucu, karena Crabbe, Goyle, Pansy Parkinson dan sisanya terus terkikik-kikik sepenuh hati ketika mereka berkumpul di sekitar meja berpalang itu dan, menilai dari cara mereka semua terus memandang Harry, dia bisa menebak subyek gurauan itu tanpa banyak kesulitan.

    'Semua orang di sini?' salak Profesor Grubbly-Plank, segera setelah semua anak Slytherin dan Gryffindor tiba. 'Kalau begitu mari mulai. Siapa yang bisa memberitahuku apa sebutan benda-benda ini?'

    Dia menunjuk setumpuk ranting di depannya. Tangan Hermione teracung di udara. Di balik punggungnya, Malfoy melakukan imitasi Hermione yang bergigi kelinci melompat naik-turun dengan penuh semangat untuk menjawab pertanyaan. Pansy Parkinson mengeluarkan pekik tertawa yang berubah hampir seketika menjadi jeritan, ketika ranting-ranting di atas meja melompat ke udara dan memperlihatkan diri mereka sendiri yang mirip makhluk pixie kecil yang terbuat dari kayu, masing-masing dengan lengan cokelat menonjol, dua jari mirip ranting di setiap tangan dan sebuah wajah datar mirip kulit kayu dengan sepasang mata kumbang berwarna cokelat yang berkilau.

    'Oooooh!' kata Parvati dan Lavender, sangat mengesalkan Harry. Siapapun akan berpikir Hagrid belum pernah memperlihatkan kepada mereka makhluk-makhluk mengesankan; memang, cacing Flobber sedikit membosankan, tetapi Salamander san Hippogriff cukup menarik, dan Skrewt Ujung-Meletus mungkin terlalu menarik.

    'Tolong jaga suara kalian, anak-anak!' kata Profesor Grubbly-Plank dengan tajam, sambil menyebarkan apa yang terlihat seperti beras cokelat di antara makhluk tongkat itu, yang segera berebut makanan. 'Jadi -- ada yang tahu nama makhluk-makhluk ini? Miss Granger?'

    'Bowtruckle,' kata Hermione. 'Mereka penjaga pohon, biasanya hidup di pohon pembuat tongkat.'

    'Lima poin untuk Gryffindor,' kata Profesor Grubbly-Plank. 'Ya, ini adalah Bowtruckle, dan seperti yang dikatakan Miss Granger dengan benar, mereka umumnya tinggal di pohon-pohon yang kayunya berkualitas tongkat. Ada yang tahu apa yang mereka makan?'

    'Kutu kayu,' kata Hermione cepat, yang menjelaskan kenapa apa yang dianggap Harry butir-butir beras cokelat bergerak-gerak. 'Tapi telur peri kalau mereka bisa mendapatkannya.'

    'Anak baik,  ambil lima poin lagi. Jadi, kapanpun kalian perlu daun atau kayu dari sebuah pohon tempat tinggal Bowtruckle, sebaiknya siapkan hadiah kutu kayu untuk mengalihkan atau menentramkannya. Mereka mungkin tidak terlihat berbahaya, tetapi kalau dibuat marah mereka akan mencoba mencongkel mata manusia dengan jari-jari mereka, yang, seperti yang bisa kalian lihat, sangat tajam dan sama sekali tidak diinginkan berada dekat bola mata. Jadi kalau kalian inign berkumpul lebih dekat, ambil sedikit kutu kayu dan seekor Bowtruckle -- aku punya cukup di sini untuk satu diamati bertiga -- kalian bisa mempelajari mereka lebih dekat. Aku mau sketsa dari setiap orang dengan semua anggota badan  yang diberi label pada akhir pelajaran.'

    Kelas mendesak maju ke sekitar meja berpalang itu. Harry sengaja memutar ke belakang sehingga dia berada tepat di sebelah Profesor Grubbly-Plank.

    'Di mana Hagrid?' tanyanya, sementara semua orang sedang memilih Bowtruckle.

    'Tidak usah peduli,' kata Profesor Grubbly-Plank menekankan, yang juga telah menjadi sikapnya terakhir kali ketika Hagrid tidak muncul ke kelas. Sambil menyeringai lebar, Draco Malfoy mencondongkan badan kepada Harry dan meraih Bowtruckle terbesar.

    'Mungkin,' kata Malfoy dengan suara rendah, sehingga hanya Harry yang bisa mendengarnya, 'orang besar bodoh itu membuat dirinya terluka parah.'

    'Mungkin kau akan begitu kalau kau tidak tutup mulut,' kata Harry dari sisi mulutnya.

    'Mungkin dia turut campur dengan hal-hal yang terlalu besar baginya, kalau kau ngerti maksudku.'

    Malfoy berjalan pergi, sambil menyeringai dari balik bahunya kepada Harry, yang mendadak merasa mual. Apakah Malfoy tahu sesuatu? Lagipula ayahnya seorang Pelahap Maut; bagaimana kalau dia punya informasi mengenai nasib Hagrid yang belum mencapai telinga Order? Dia bergegas mengitari meja kepada Ron dan Hermione yang sedang jongkok di rumput agak jauh dan mencoba membujuk seekor Bowtruckle untuk diam cukup lama agar mereka bisa menggambarnya. Harry menarik keluar perkamen dan pena bulu, jongkok di samping yang lain dan membisikkan apa yang baru saja dikatakan Malfoy.

    'Dumbledore akan tahu kalau sesuatu terjadi kepada Hagrid,' kata Hermione seketika. 'Kalau terlihat khawatir hanya jatuh ke permainan Malfoy; itu memberitahunya kita tidak tahu persis apa yang sedang terjadi. Kita harus mengabaikan dia, Harry. Ini, pegang Bowtrucklenya sejenak, sehingga aku bisa menggambar wajahnya ...'

    'Ya,' datang suara Malfoy yang dipanjang-panjangkan dari kelompok yang terdekat dengan mereka, 'Ayah baru saja berbicara dengan Menteri beberapa hari yang lalu, kalian tahu, dan kedengarannya seolah-olah Kementerian benar-benar berniat untuk melenyapkan pengajaran di bawah standar di tempat ini. Jadi kalaupun si bodoh yang tumbuh berlebihan muncul lagi, dia mungkin langsung disuruh berkemas.'

    'ADUH!'

    Harry telah mencengkeram Bowtruckle begitu keras sehingga makhluk itu hampir putus, dan dia baru saja melayangkan pukulan balasan hebat ke tangannya dengan jari-jarinya yang tajam, meninggalkan dua luka sayat dalam yang panjang di sana. Harry menjatuhkannya. Crabbe dan Goyle, yang sudah terbahak-bahak karena gagasan tentang Hagrid dipecat, tertawa lebih keras lagi ketika Bowtruckle itu pergi secepatnya menuju Hutan Terlarang, tampak seperti manusia kayu kecil yang bergerak yang segera tertelan di antara akar-akar pohon. Ketika bel bergema dari kejauhan ke halaman sekolah, Harry menggulung gambar Bowtrucklenya yang bernoda darah dan berbaris ke Herbologi dengan tangan diperban dengan sapu tangan Hermione, dan suara tawa mengejek Malfoy masih terngiang di telinganya.

    'Kalau dia menyebut Hagrid bodoh sekali lagi ...' kata Harry melalui gigi-gigi yang dikertakkan.

    'Harry, jangan membuat keributan dengan Malfoy, jangan lupa, dia seorang prefek sekarang, dia bisa membuat hidupmu sukar ...'

    'Wow, aku ingin tahu bagaimana rasanya punya hidup yang sukar?' kata Harry dengan sarkastis. Ron tertawa, tetapi Hermione merengut. Bersama-sama, mereka berjalan menyusuri petak-petak sayuran. Langit masih tampak tidak mampu memutuskan apakah akan hujan atau tidak.

    'Aku hanya berharap Hagrid bergegas kembali, itu saja,' kata Harry dengan suara rendah, ketika mereka mencapai rumah kaca. 'Dan jangan bilang bahwa wanita Grubbly-Plank itu guru yang lebih bagus!' dia menambahkan dengan mengancam.

    'Aku tidak akan melakukan itu,'  kata Hermione dengan tenang.

    'Karena dia tidak akan pernah sebagus Hagrid,' kata Harry dengan tegas, sepenuhnya sadar bahwa dia baru saja mengalami pelajaran teladan Pemeliharaan Satwa Gaib dan sangat jengkel karena itu.

    Pintu rumah kaca terdekat terbuka dan beberapa murid kelas empat keluar dari sana, termasuk Ginny.

    'Hai,' katanya dengan ceria ketika dia lewat. Beberapa detik kemudian, Luna Lovegood muncul, berada di belakang sisa kelas itu, dengan secuil tanah di hidungnya, dan rambutnya diikat di puncak kepalanya. Ketika dia melihat Harry, matanya yang menonjol tampak membesar penuh semangat dan dia berjalan lurus ke arahnya. Banyak teman sekelas Harry yang berpaling untuk mengamati dengan rasa ingin tahu. Luna mengambil napas panjang dan lalu berkata, tanpa kata sapaan pendahuluan, 'Aku percaya Dia-Yang-Namanya-Tidak-Boleh-Disebut sudah kembali dan aku percaya kamu bertarung dengannya dan lolos darinya.'

    'Er -- benar,' kata Harry dengan canggung. Luna mengenakan apa yang tampak seperti sepasang anting dari lobak jingga, kenyataan yang sepertinya diperhatikan oleh Parvati dan Lavender, karena mereka berdua terkikik-kikik dan menunjuk ke cuping telinganya.

    'Kalian boleh tertawa,' Luna berkata, suaranya meninggi, tampaknya mendapat kesan bahwa Parvati dan Lavender sedang menertawakan apa yang dia katakan bukannya apa yang dia pakai, 'tapi orang-orang dulu percaya tidak ada yang namanya Blibbering Humdinger atau Snorkack Tanduk-Kisut!'

    'Well, mereka benar, bukan?' kata Hermione tidak sabaran. 'Memang tidak ada yang namanya Blibbering Humdinger atau Snorkack Tanduk-Kisut.'

    Luna memberinya pandangan menghina dan pergi dengan marah, lobak-lobaknya berayun dengan liar. Parvati dan Lavender bukan satu-satunya yang tertawa mengejek sekarang.

    'Apakah kau keberatan untuk tidak menyinggung satu-satunya orang yang percaya padaku?' Harry bertanya kepada Hermione ketika mereka berjalan ke dalam kelas.

    'Oh, demi Tuhan, Harry, kau bisa mendapatkan yang lebih baik daripada dia,' kata Hermione. 'Ginny memberitahuku semua hal tentang dia; tampaknya, dia hanya akan percaya hal-hal yang belum ada buktinya sama sekali. Well, aku tidak akan mengharap lain dari seseorang yang ayahnya menjalankan The Quibbler.'

    Harry memikirkan kuda-kuda bersayap yang mengerikan yang telah dia lihat di malam kedatangannya dan bagaimana Luna bilang dia juga bisa melihat mereka. Semangatnya agak merosot. Apakah dia berbohong? Tapi sebelum dia bisa meluangkan lebih banyak pikiran untuk masalah itu, Ernie Macmillan telah melangkah ke arahnya.

    'Aku mau kau tahu, Potter,' katanya dengan suara keras, 'bahwa bukan hanya orang aneh yang mendukungmu. Aku pribadi mempercayaimu seratus persen. Keluargaku selalu berdiri teguh di belakang Dumbledore, dan aku juga begitu.'

    'Er -- terima kasih banyak, Ernie,' kata Harry, terkejut tetapi senang. Ernie mungkin angkuh pada kesempatan seperti ini, tetapi Harry sedang dalam suasana hati yang menghargai sepenuhnya pernyataan kepercayaan dari seseorang yang tidak punya lobak bergantung di telinganya. Kata-kata Ernie jelas telah menghapus senyum dari wajah Lavender Brown dan ketika dia berpaling untuk berbicara kepada Ron dan Hermione, Harry melihat ekspresi Seamus, yang terlihat bingung sekaligus menantang.

    Yang tidak membuat siapapun terkejut, Profesor Sprout memulai pelajaran mereka dengan menguliahi mereka tentang pentingnya OWL. Harry berharap semua guru berhenti melakukan ini; dia mulai merasakan perasaan cemas, terpelintir dalam perutnya setiap kali dia ingat betapa banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakannya, perasaan yang memburuk secara dramatis ketika Profesor Sprout memberi mereka esai lagi di akhir pelajaran. Capek dan bau kotoran naga, pupuk kesukaan Profesor Sprout, anak-anak Gryffindor beramai-ramai kembali ke kastil satu setengah jam kemudian, tak seorangpun berbicara banyak; hari itu sangat panjang bagi mereka.

    Karena Harry lapar sekali, dan dia harus menjalani detensi pertama dengan Umbridge pada jam lima, dia langsung pergi makan malam tanpa menyimpan tasnya di Menara Gryffindor supaya dia bisa makan sesuatu sebelum menghadapi apapun yang disimpan Umbridge baginya. Namun, dia baru saja mencapai pintu masuk Aula Besar, ketika sebuah suara keras berteriak marah, 'Oi, Potter!'

    'Sekarang apa?' gumamnya dengan letih, sambil berpaling menghadapi Angelina Johnson, yang terlihat seolah-olah sedang marah besar.

    'Kuberitahu kamu sekarang apa,' katanya, sambil berbaris lurus ke arahnya dan menyodoknya dengan keras di dada dengan jarinya. 'Kenapa kau membuat dirimu terkena detensi hari Jumat jam lima?'

    'Apa?' kata Harry. 'Mengapa ... oh yeah, ujicoba Keeper!'

    'Sekarang dia ingat!' kata Angelina tajam. 'Bukankah aku sudah bilang aku mau melakukan ujicoba dengan seluruh tim, dan menemukan seseorang yang cocok dengan setiap orang? Bukankah aku sudah bilang aku memesan khusus lapangan Quidditch? Dan sekarang kau memutuskan kau tidak akan ada di sana!'

    'Aku tidak memutuskan untuk tidak berada di sana!' kata Harry, terluka karena ketidakadilan kata-kata ini. 'Aku mendapatkan detensi dari wanita Umbridge itu, hanya karena aku bilang yang sebenarnya tentang Kau-Tahu-Siapa.'

    'Well, kau bisa pergi langsung kepadanya dan memintanya mengizinkanmu bebas pada hari Jumat,' kata Angelina dengan garang, 'dan aku tidak peduli bagaimana kau melakukannya. Beritahu dia Kau-Tahu-Siapa hanya secuil khayalanmu kalau kau mau, cuma pastikan kau ada di sana!'

    Dia berbalik dan pergi.

    'Kalian tahu apa?' Harry berkata kepada Ron dan Hermione ketika mereka memasuki Aula Besar. 'Kukira kita sebaiknya mengecek dengan Puddlemere United apakah Oliver Wood telah terbunuh ketika masa latihan,  karena Angelina tampaknya kemasukan rohnya.'

    'Menurutmu berapa kemungkinannya Umbridge akan mengizinkanmu bebas pada hari Jumat?' kata Ron dengan skeptis, ketika mereka duduk di meja Gryffindor.

    'Kurang dari nol,' kata Harry dengan murung, sambil menyendokkan potongan daging domba ke piringnya dan mulai makan. 'Walau begitu, lebih baik mencoba, bukan? Aku akan menawarkan untuk melakukan dua detensi lagi atau apapun, aku tak tahu ...' Dia menelan semulut penuh kentang dan menambahkan, 'Kuharap dia tidak menahankan terlalu lama malam ini. Kau sadar kita harus menulis tiga esai, berlatih Mantera Penghilang untuk McGonagall, mengerjakan kontra-guna-guna untuk Flitwick, menyelesaikan gambar Bowtruckle dan mulai diari mimpi bodoh itu untuk Trelawney?'

    Ron mengerang dan karena alasan tertentu memandang langit-langit.

    'Dan kelihatannya akan hujan.'

    'Apa hubungannya itu dengan pekerjaan rumah kita?' kata Hermione, alisnya terangkat.

    'Tidak ada,' kata Ron seketika, telinganya memerah.

    Pada pukul lima Harry mengucapkan selamat tinggal kepada mereka berdua dan menuju kantor Umbridge di lantai tiga. Ketika dia mengetuk pintu Umbridge berseru, 'Masuk,' dengan suara manis. Dia masuk dengan waspada, sambil melihat sekeliling.

    Dia telah mengenal kantor ini ketika ditempati tiga orang penghuni sebelumnya. Di hari-hari ketika Gilderoy Lockhart tinggal di sini kantor ini ditutupi dengan potret-potret dirinya yang tersenyum. Ketika Lupin menempatinya, mungkin sekali kau akan menemukan beberapa makhluk Gelap dalam sangkar atau tangki kalau kau datang berkunjung. Di hari-hari si penipu Moody kantor ini penuh dengan berbagai instrumen dan benda-benda untuk mendeteksi perbuatan salah dan pemalsuan.

    Namun, sekarang, kantor itu tampak benar-benar tidak dapat dikenali. Permukaannya semua telah ditutupi dengan kain renda. Ada beberapa vas penuh bunga kering, masing-masing terletak di atas alas sendiri, dan di salah satu dinding ada sekumpulan plakat hiasan, masing-masing dihiasi dengan seekor anak kucing besar berwarna cerah yang memakai pita dengan warna berlainan di sekeliling lehernya. Anak-anak kucing ini begitu jelek sehingga Harry memandangi mereka, terpaku, sampai Profesor Umbridge berbicara lagi.

    'Selamat malam, Mr Potter.'

    Harry terkejut dan melihat sekeliling. Dia tidak memperhatikan Umbridge pertama-tama karena dia mengenakan setelan jubah berbunga-bunga mengerikan yang sangat terpadu dengan alas meja di meja tulis di belakangnya.

    'Malam, Profesor Umbridge,' Harry berkata dengan kaku.

    'Well, duduklah,' katanya sambil menunjuk ke sebuah meja kecil yang ditutupi renda yang di sampingnya telah diletakkannya sebuah kursi berpunggung tegak. Sepotong perkamen kosong tergeletak di atas meja, tampaknya sedang menunggu dirinya.

    'Er,' kata Harry tanpa bergerak. 'Profesor Umbridge. Er -- sebelum kita mulai, aku -- aku ingin meminta Anda ... sebuah permohonan.'

    Matanya yang menonjol menyipit.

    'Oh, ya?'

    'Well, aku ... aku ada dalam tim Quidditch Gryffindor. Dan aku seharusnya berada di ujicoba Keeper baru pada hari Jumat pukul lima dan aku -- ingin tahu apakah aku bisa melewatkan detensi malam itu dan melakukannya -- melakukannya malam lain ... sebagai gantinya ...'

    Dia tahu jauh sebelum dia mencapai akhir kalimatnya bahwa tidak ada gunanya.

    'Oh, tidak,' kata Umbridge, sambil tersenyum begitu lebar sehingga dia terlihat seakan-akan dia baru saja menelan seekor lalat yang sangat banyak airnya. 'Oh, tidak, tidak, tidak. Ini hukumanmu karena menyebarkan cerita-cerita jahat, mengerikan, cari perhatian, Mr Potter, dan hukuman jelas tidak boleh disesuaikan dengan kenyamanan pihak yang bersalah. Tidak, kamu akan datang ke sini pukul lima besok, dan hari berikutnya, dan pada hari Jumat juga, dan kamu akan melakukan detensimu seperti yang direncanakan. Kukira bagus juga kamu tidak bisa melakukan sesuatu yang sebenarnya ingin kamu lakukan. Seharusnya bisa menguatkan pelajaran yang sedang kucoba ajarkan kepadamu.'

    Harry merasa darah menggelora ke kepalanya dan mendengar suara gedebuk di telinganya. Jadi dia menceritakan 'cerita-cerita jahat, mengerikan, cari perhatian', begitu ya?

    Umbridge sedang mengamatinya dengan kepala agak ke satu sisi, masih tersenyum lebar, seakan-akan dia tahu benar apa yang sedang dipikirkannya dan sedang menunggu untuk melihat apakah dia akan mulai berteriak lagi. Dengan usaha besar-besaran, Harry berpaling darinya, menjatuhkan tas sekolahnya di samping kursi berpunggung tegak itu dan duduk.

    'Begitu,' kata Umbridge manis, 'kita sudah semakin baik dalam pengendalian amarah kita, bukan? Sekarang, kau harus menulis untukku, Mr Potter. Tidak, bukan dengan pena bulumu,' tambahnya, ketika Harry membungkuk untuk membuka tasnya. 'Kau akan menggunakan pena bulu khusus milikku. Ini dia.'

    Dia menyerahkan sebuah pena bulu hitam yang panjang kurus dengan ujung yang tajamnya tidak biasa.

    'Aku mau kau menulis, Saya tidak boleh berbohong,' katanya dengan lembut.

    'Berapa kali?' Harry bertanya, dengan tiruan sopan-santun yang patut dipuji.

    'Oh, selama yang diperlukan pesan itu untuk meresap,' kata Umbridge dengan manis. 'Mulailah.'

    Dia pindah ke mejanya, duduk dan membungkuk di atas setumpuk perkamen yang tampak seperti esai untuk dinilai. Harry mengangkat pena bulu hitam tajam itu, lalu sadar apa yang kurang.

    'Anda belum memberi saya tinta,' katanya.

    'Oh, kau takkan butuh tinta,' kata Profesor Umbridge, dengan nada tawa terkecil dalam suaranya.

    Harry menempatkan ujung pena bulu itu di atas kertas dan menulis, Saya tidak boleh berbohong.

    Dia mengeluarkan pekik kesakitan kecil. Kata-kata itu timbul di perkamen dengan tinta merah mengkilat. Pada waktu yang sama, kata-kata itu timbul di punggung tangan kanan Harry, tergores ke kulitnya seolah-olah dibuat dengan pisau bedah -- tapi bahkan ketika dia memandangi luka sayat yang berkilau itu, kulitnya sembuh lagi, meninggalkan tempat bekas luka itu sedikit lebih merah dari sebelumnya tapi cukup mulus.

    Harry memandang ke sekitarnya kepada Umbridge. Dia sedang mengamatinya, mulutnya yang lebar dan mirip katak terentang membentuk senyuman.

    'Ya?'

    'Tidak ada apa-apa,' kata Harry dengan pelan.

    Dia melihat balik ke perkamen, menempatkan pena bulu di atasnya sekali lagi, menulis Saya tidak boleh berbohong, dan merasakan sakit menusuk di punggung tangannya untuk kedua kali; sekali lagi, kata-kata itu telah tergores ke kulitnya; sekali lagi, kulit itu sembuh beberapa detik kemudian.

    Dan seterusnya itu berlangsung. Lagi-lagi Harry menuliskan kata-kata ke perkamen dengan apa yang segera disadarinya bukan tinta, melainkan darahnya sendiri. Dan lagi-lagi, kata-kata itu tergores ke punggung tangannya, sembuh, dan timbul kembali kali berikutnya dia menempatkan pena bulu di perkamen.

    Kegelapan timbul di luar jendela Umbridge. Harry tidak bertanya kapan dia diizinkan berhenti. Dia bahkan tidak memeriksa jam tangannya. Dia tahu Umbridge sedang mengawasinya untuk mencari tanda-tanda kelemahan dan dia tidak akan memperlihatkan apapun, tidak juga walaupun dia harus duduk di sana sepanjang malam, menyayat terbuka tangannya sendiri dengan pena bulu ini ...

    'Kemarilah,' katanya, setelah rasanya berjam-jam.

    Dia berdiri. Tangannya perih sekali. Ketika dia melihat kepada tangannya dia melihat bahwa luka sayat itu sudah sembuh, tetapi kulit di sana merah mentah.

    'Tangan,' katanya.

    Dia menjulurkannya. Umbridge memegangnya. Harry menahan rasa tidak sukanya ketika dia menyentuhnya dengan jari-jarinya yang tebal dan gempal yang penuh cincin-cincin tua jelek.

    'Ck, ck, tampaknya aku belum meninggalkan banyak kesan,' katanya sambil tersenyum. 'Well, kita hanya perlu mencoba lagi besok malam, bukan? Kau boleh pergi.'

    Harry meninggalkan kantornya tanpa sepatah katapun. Sekolah sudah sepi; pasti sudah lewat tengah malam. Dia berjalan pelan-pelan menyusuri koridor, lalu, ketika dia membelok di sudut dan yakin Umbridge tidak akan mendengarnya, mengubahnya jadi berlari.

*

Dia belum punya waktu untuk berlatih Mantera Penghilang, belum menuliskan satu mimpipun ke dalam diari mimpinya dan belum menyelesaikan gambar Bowtruckle, juga belum menulis esainya. Dia melewatkan sarapan pagi berikutnya untuk mencoretkan sejumlah mimpi buatan untuk Ramalan, pelajaran pertama mereka, dan terkejut menemukan Ron yang kusut menemaninya.

    'Kenapa kau tidak membuatnya kemarin malam?' Harry bertanya, ketika Ron menatap liar ke sekitar ruang duduk mencari inspirasi. Ron, yang sudah tertidur pulas ketika Harry kembali ke asrama, menggumamkan sesuatu mengenai 'melakukan hal lain', membungkuk rendah di atas perkamennya dan menuliskan beberapa kata dengan tulisan cakar ayam.

    'Itu sudah bisa,' katanya sambil membanting diari hingga tertutup. 'Aku bilang aku mimpi sedang membeli sepasang sepatu baru, dia tidak bisa membuat apapun yang aneh dari itu, ya 'kan?'

    Mereka bergegas ke Menara Utara bersama.

    'Ngomong-ngomong, bagaimana detensi dengan Umbridge? Apa yang disuruhnya untuk kau lakukan?'

    Harry bimbang sepersekian detik, lalu berkata, 'Menulis.'

    'Kalau begitu tidak terlalu buruk, eh?' kata Ron.

    'Tidak,' kata Harry.

    'Hei -- aku lupa -- apakah dia mengizinkanmu bebas hari Jumat?'

    'Tidak,' kata Harry.

    Ron mengerang penuh simpati.

    Hari itu juga hari buruk bagi Harry; dia salah satu yang terburuk dalam Transfigurasi, belum berlatih Mantera Penghilang sama sekali. Dia harus melewatkan jam makan siangnya untuk menyelesaikan gambar Bowtruckle dan, sementara itu, Profesor McGonagall, Grubbly-Plank dan Sinistra memberi mereka lebih banyak pekerjaan rumah lagi, yang tidak akan bisa diselesaikannya malam itu karena detensi keduanya dengan Umbdrige. Untuk melengkapi semua itu, Angelina Johnson menemuinya saat makan malam lagi dan, ketika mengetahui dia tidak akan bisa menghadiri ujicoba Keeper Jumat, memberitahunya dia sama sekali tidak terkesan dengan sikapnya dan bahwa dia mengharapkan para pemain yang ingin tetap dalam tim menempatkan latihan di atas komitmen mereka yang lain.

    'Aku dalam detensi!' Harry berteriak kepadanya setelah dia pergi. 'Kau kira aku lebih suka terperangkap dalam ruangan bersama katak tua itu atau bermain Quidditch?'

    'Setidaknya cuma menulis,' kata Hermione menenangkan, ketika Harry merosot ke bangkunya dan memandang ke bistik dan pai ginjalnya, yang tak lagi diinginkannya. 'Bukannya hukuman yang mengerikan, benar ...'

    Harry membuka mulutnya, menutupnya lagi dan mengangguk. Dia tidak yakin kenapa dia tidak memberitahu Ron dan Hermione persisnya apa yang terjadi di ruangan Umbridge: dia hanya tahu bahwa dia tidak mau melihat pandangan ketakutan mereka; yang akan membuat semuanya itu terlihat lebih sukar dan karena itu lebih sulit dihadapi. Dia juga merasa bahwa ini antara dirinya dan Umbridge, sebuah perang keteguhan hati pribadi, dan dia tidak akan memberinya kepuasan mendengar bahwa dia mengeluh tentang hal itu.

    'Aku tidak percaya betapa banyaknya peer yang kita dapatkan,' kata Ron menderita.

    'Well, kenapa kau tidak mengerjakan satupun kemarin malam?' Hermione bertanya kepadanya. 'Ngomong-ngomong, di mana kau?'

    'Aku ... aku ingin berjalan-jalan,' kata Ron mencurigakan.

    Harry mendapat kesan nyata bahwa dia tidak sendirian dalam menyembunyikan sesuatu pada saat itu.

*

Detensi kedua seburuk yang pertama. Kulit di punggung tangan Harry menjadi lebih cepat teriritasi dan segera menjadi merah dan meradang. Harry mengira luka itu tidak akan terus sembuh seefektif sekarang. Segera luka itu akan tetap tergores ke tangannya dan Umbridge, mungkin, akan puas. Namun, dia tidak membiarkan pekik kesakitan keluar darinya, dan dari saat memasuki ruangan hingga saat dia dibebaskan, lagi-lagi lewat tengah malam, dia tidak berkata apa-apa kecuali 'selamat malam' dan 'selamat tidur'.

    Akan tetapi, situasi pekerjaan rumahnya, sekarang sangat menyedihkan, dan ketika dia kembali ke ruang duduk Gryffindor, walaupun capek sekali, dia tidak pergi tidur, tetapi membuka buku-bukunya dan memulai esai batu bulan Snape. Sudah setengah tiga ketiak dia menyelesaikannya. Dia tahu pekerjaannya buruk, tetapi tidak bisa ditolong lagi; kecuali dia punya sesuatu untuk diserahkan dia akan kena detensi dengan Snape berikutnya. Dia lalu bergegas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan Profesor McGonagall kepada mereka, mengumpulkan sesuatu mengenai penanganan Bowtruckle yang tepat untuk Profesor Grubbly-Plank, dan terhuyung-huyung ke tempat tidur, di mana dia terjatuh dengan pakaian lengkap ke atas seprainya dan langsung tertidur.

*

Hari Kamis lewat dengan melelahkan. Ron juga tampak sangat mengantuk, walaupun Harry tidak mengerti kenapa dia harus begitu. Detensi ketiga Harry lewat dengan cara yang sama dengan dua yang sebelumnya, kecuali bahwa setelah dua jam kata-kata 'Saya tidak boleh berbohong' tidak memudar dari punggung tangan Harry, tetapi tetap tergores di sana, mengeluarkan tetesan-tetesan darah. Jeda gesekan pena bulu tajam itu membuat Profesor Umbridge melihat ke atas.

    'Ah,' katanya dengan lembut, sambil bergeser mengitari meja tulisnya untuk memeriksa tangannya sendiri. 'Bagus. Itu seharusnya menjadi pengingat bagimu, bukan? Kau boleh pergi untuk malam ini.'

    'Apakah saya masih harus kembali besok?' kata Harry, sambil memungut tas sekolahnya dengan tangan kirinya bukannya tangan kanan yang masih sakit.

    'Oh, ya,' kata Profesor Umbridge, sambil tersenyum lebar seperti sebelumnya. 'Ya, kukira kita bisa menorehkan pesan sedikit lebih dalam dengan kerja satu malam lagi.'

    Harry belum pernah mempertimbangkan kemungkinan bahwa mungkin ada guru lain di dunia yang dibencinya lebih daripada Snape, tetapi ketika dia berjalan kembali ke Menara Gryffindor dia harus mengakui dia telah menemukan calon kuat. Wanita itu jahat, pikirnya, ketka dia menaiki tangga ke lantai tujuh, dia jahat, sinting, si tua yang gila --

    'Ron?'

    Dia telah mencapai puncak tangga, membelok ke kanan dan hampir membentur Ron, yang sedang mengendap-ngendap di belakang patung Lachlan di Kurus, sambil menggenggam sapunya. Ron melompat terkejut ketika dia melihat Harry dan mencoba menyembunyikan Sapu Bersih Sebelasnya yang baru di belakang punggungnya.

    'Apa yang sedang kau lakukan?'

    'Er -- tidak ada. Apa yang kau lakukan?'

    Harry merengut kepadanya.

    'Ayolah, kau bisa bilang padaku! Mengapa kau sembunyi di sini?'

    'Aku -- aku sedang bersembunyi dari Fred dan George, kalau kau mau tahu,' kata Ron. 'Mereka baru saja lewat dengan sekelompok anak kelas satu, aku bertaruh mereka pasti sedang menguji benda-benda itu pada anak-anak itu lagi. Maksudku, mereka tidak bisa melakukannya di ruang duduk sekarang, benar 'kan, tidak dengan Hermione di sana.'

    Dia berbicara sangat cepat dan tergesa-gesa.

    'Tapi kenapa kau bawa sapumu, kau tidak habis terbang, 'kan?' Harry bertanya.

    'Aku -- well -- well, OK, aku akan memberitahumu, tapi jangan tertawa, oke?' Ron berkata dengan defensif, menjadi semakin merah setiap detiknya. 'Aku -- kukira aku akan ikut ujicoba Keeper Gryffindor sekarang setelah aku punya sapu yang pantas. Begitu. Ayo. Tertawalah.'

    'Aku tidak akan tertawa,' kata Harry. Ron berkedip. 'Itu ide yang brilian! Akan sangat bagus kalau kau bergabung dengan tim! Aku belum pernah melihatmu bermain sebagai Keeper, apakah kau bagus?'

    'Aku tidak buruk,' kata Ron, yang terlihat sangat lega melihat reaksi Harry. 'Charlie, Fred dan George selalu menjadikanku Keeper bagi mereka ketika mereka berlatih selama liburan.'

    'Jadi kau habis latihan malam ini?'

    'Setiap malam sejak Selasa ... walaupun cuma diriku sendiri. Aku sudah mencoba menyihir Quaffle terbang ke arahku, tapi tidak mudah dan aku tidak tahu seberapa bergunanya itu.' Ron terlihat gugup dan cemas. 'Fred dan George akan tertawa habis-habisan sewaktu aku muncul untuk ujicoba itu. Mereka belum berhenti mengejekku sejak aku dijadikan prefek.'

    'Kuharap aku bisa ada di sana,' kata Harry dengan getir, ketika mereka pergi bersama menuju ruang duduk.

    'Yeah, aku juga -- Harry, apa itu di punggung tanganmu?'

    Harry, yang baru saja menggaruk hidungnya dengan tangan kanannya yang bebas, mencoba menyembunyikannya, tetapi keberhasilannya serupa dengan Ron dan Sapu Bersihnya.

    'Cuma goresan -- tidak ada apa-apa -- hanya --'

    Tetapi Ron sudah mencengkeram lengan bawah Harry dan menarik punggung tangan Harry setingkat dengan matanya. Ada jeda, sementara dia menatap kata-kata yang terukir di kulit itu, lalu, terlihat muak, dia melepaskan Harry.

    'Kukira kau bilang dia hanya menyuruhmu menulis?'

    Harry bimbang, tapi lagipula, Ron sudah jujur kepadanya, jadi dia memberitahu Ron yang sebenarnya mengenai jam-jam yang dihabiskannya di dalam kantor Umbridge.

    'Nenek sihir tua itu!' Ron berkata dengan bisikan jijik ketika mereka berhenti di depan Nyonya Gemuk, yang sedang tertidur dengan tenang dengan kepalanya disangga bingkainya. 'Dia sakit! Pergi ke McGonagall, bilang sesuatu!'

    'Tidak,' kata Harry seketika. 'Aku tidak akan memberinya kepuasan mengetahui dia menaklukkanku.'

    'Menaklukkan kamu? Kau tidak bisa membiarkannya lepas dengan ini!'

    'Aku tidak tahu seberapa besar kekuasaan yang dimiliki McGonagall terhadapnya,' kata Harry.

    'Kalau begitu, Dumbledore, beritahu Dumbledore!'

    'Tidak,' kata Harry datar.

    'Kenapa tidak?'

    'Dia sudah punya cukup yang dipikirkan,' kata Harry, tapi itu bukan alasan sebenarnya. Dia tidak akan mencari bantuan kepada Dumbledore saat Dumbledore belum berbicara kepadanya sekalipun sejak Juni.

    'Well, menurutku kau harus --' Ron mulai, tetapi dia disela oleh Nyonya Gemuk, yang telah mengamati mereka sambil mengantuk dan sekarang meledak, 'Apakah kalian akan memberiku kata kunci atau aku harus terjaga sepanjang malam menunggu kalian menyelesaikan percakapan kalian?'

*

Hari Jumat datang dengan suram dan basah seperti hari-hari lain dalam minggu itu. Walaupun Harry secara otomatis memandang sekilas ke meja guru ketika dia memasuki Aula Besar, dia tidak memiliki harapan nyata akan melihat Hagrid, dan dia segera mengalihkan pikirannya ke masalah-masalahnya yang lebih mendesak, seperti tumpukan menggunung pekerjaan rumah yang harus dikerjakannya dan prospek detensi lain lagi dengan Umbridge.

    Dua hal mendukung Harry melewati hari itu. Salah satunya adalah pikiran bahwa sudah hampir akhir minggu; yang lain adalah bahwa, walaupun detensi terakhirnya dengan Umbridge pasti  mengerikan, dia mendapat pandangan dari kejauhan ke lapangan Quidditch dari jendelanya dan mungkin, dengan sedikit keberuntungan, bisa melihat sesuatu pada ujicoba Ron. Memang benar ini adalah berkas cahaya yang agak lemah, tetapi Harry bersyukur atas apapun yang mungkin mencerahkan kegelapan yang dihadapinya sekarang; dia belum pernah mengalami minggu semester pertama yang lebih buruk di Hogwarts.

    Pada pukul lima sore itu dia mengetuk pintu kantor Profesor Umbridge untuk yang diharapkannya dengan tulus terakhir kalinya, dan disuruh masuk. Perkamen kosong sudah tergeletak siap untuknya di atas meja bertutup renda, pena bulu hitam tajam di sebelahnya.

    'Kamu tahu apa yang harus dilakukan, Mr Potter,' kata Umbridge, sambil tersenyum manis kepadanya.

    Harry memungut pena bulu itu dan memandang melalui jendela. Kalau dia menggeser kursinya sekitar satu inci ke kanan ... berpura-pura menggeserkan dirinya lebih dekat ke meja, dia berhasil. Sekarang dia memiliki pandangan jauh tim Quidditch Gryffindor membumbung naik-turun di lapangan, sementara setengah lusin figur hitam menunggu giliran mereka untuk menjaga gawang. Tidak mungkin mengatakan yang mana Ron dari jarak ini.

    Saya tidak boleh berbohong, Harry menulis. Luka sayat di punggung tangan kanannya terbuka dan mulai berdarah lagi.

    Saya tidak boleh berbohong. Luka sayat itu semakin dalam, menyengat dan perih.

    Saya tidak boleh berbohong. Darah mengucur ke pergelangan tangannya.

    Dia memandang sekilas lagi ke luar jendela. Siapapun yang sedang menjaga gawang sekarang benar-benar melakukan pekerjaan yang buruk. Katie Bell mencetak gol dua kali dalam beberapa detik yang berani ditonton Harry. Berharap sekali bahwa Keeper itu bukan Ron, dia menjatuhkan matanya kembali ke perkamen yang berkilau dengan darah.

    Saya tidak boleh berbohong.

    Saya tidak boleh berbohong.

    Dia melihat ke atas kapanpun dipikirnya bisa mengambil resiko; ketika dia mendengar gesekan pena bulu Umbridge atau dibukanya laci meja tulis. Orang ketiga yang ikut uji coba cukup bagus, yang keempat mengerikan, yang kelima sangat pandai menghindari Bludger tetapi lalu gagal melakukan penyelamatan mudah. Langit semakin gelap, dan Harry ragu dia akan bisa melihat orang keenam dan ketujuh sama sekali.

    Saya tidak boleh berbohong.

    Saya tidak boleh berbohong.

    Perkamen itu sekarang ditetesi darah dari punggung tangannya, yang sekarang sakit sekali. Ketika dia melihat ke atas sekali lagi, langit sudah tiba dan lapangan Quidditch tak lagi tampak.

    'Mari lihat apakah kau sudah menerima pesannya?' kata suara lembut Umbridge setengah jam kemudian.

    Dia bergerak menujunya, menjulurkan jari-jari pendeknya yang penuh cincin ke lengannya. Dan kemudian, ketika dia memegangnya untuk memeriksa kata-kata yang sekarang tersayat ke dalam kulitnya, rasa sakit menjalar, bukan di punggung tangannya, tetapi di bekas luka di keningnya. Pada saat yang sama, dia merasakan sensasi aneh di suatu tempat di rongga badannya.

    Dia menyentakkan lengannya dari pegangan Umbridge dan melompat bangkit, sambil menatapnya. Umbridge memandang balik kepadanya, sebuah senyuman merentangkan mulutnya yang lebar dan kendur.

    'Ya, sakit, bukan?' katanya dengan lembut.

    Dia tidak menjawab. Jantungnya berdetak sangat keras dan cepat. Apakah dia berbicara mengenai tangannya atau apakah dia tahu yang baru dirasakannya di keningnya?

    'Well, kurasa aku sudah menegaskan maksudku, Mr Potter. Kamu boleh pergi.'

    Dia mengambil tas sekolahnya dan meninggalkan ruangan itu secepat mungkin.

    Tetap tenang, katanya pada diri sendiri, selagi dia berlari cepat menaiki tangga. Tetap tenang, artinya tidak harus seperti apa yang kaukira ...

    'Mimbulus mimbletonia!' dia berkata terengah-engah kepada Nyonya Gemuk, yang berayun ke depan seketika.

    Suara ribut menderu menyambutnya. Ron datang sambil berlari ke arahnya, dengan wajah tersenyum dan menumpahkan Butterbeer ke bagian depan tubuhnya dari piala yang sedang digenggamnya.

    'Harry, aku berhasil, aku masuk, aku Keeper!'

    'Apa? Oh -- brilian!' kata Harry sambil mencoba tersenyum alami, sementara jantungnya terus berpacu dan tangannya berdenyut-denyut dan berdarah.

    'Minum Butterbeer.' Ron mendesakkan sebuah botol kepadanya. 'Aku tidak bisa mempercayainta -- ke mana Hermione pergi?'

    'Dia di sana,' kata Fred, yang juga sedang meneguk Butterbeer, dan menunjuk ke sebuah kursi berlengan di sisi perapian. Hermione sedang tertidur di dalamnya, minumannya miring dengan berbahaya di tangannya.

    'Well, dia bilang dia senang sewaktu kuberitahu dia,' kata Ron, terlihat sedikit lesu.

    'Biarkan dia tidur,' kata George dengan segera. Baru beberapa saat kemudian Harry memperhatikan bahwa beberapa anak kelas satu yang berkumpul di sekitar mereka memiliki tanda-tanda baru mimisan yang tidak salah lagi.

    'Kemarilah, Ron, dan lihat apakah jubah Oliver cocok untukmu,' seru Katie Bell, 'kita bisa melepaskan namanya dan menempatkan namamu sebagai gantinya ...'

    Ketika Ron beranjak pergi, Angelina melangkah mendatangi Harry.

    'Maaf aku sedikit kasar kepadamu tadi, Potter,' katanya singkat. 'Pengelolaan ini membuat stres, kau tahu, aku mulai berpikir kadang aku sedikit keras kepada Wood.' Dia sedang mengamati Ron melalui tepi pialanya dengan wajah sedikit cemberut.

    'Lihat, aku tahu dia sobat terbaikmu, tapi dia tidak hebat,' katanya dengan terus-terang. 'Walau kukira dengan sedikit latihan dia akan baik-baik saja. Dia datang dari keluarga pemain Quidditch bagus. Sejujurnya, aku berharap padanya untuk memiliki bakat yang lebih sedikit dari yang diperlihatkannya hari ini. Vicky Frobisher dan Geoffrey Hooper terbang lebih bagus malam ini, tapi Hooper tukang mengeluh, dia selalu mengerang tentang satu hal atau yang lain, dan Vicky terlibat dengan segala bentuk perkumpulan. Dia mengakui sendiri kalau latihan bentrok dengan Klub Jimat dan Guna-Gunanya dia akan mendahulukan Jimat. Ngomong-ngomong, kita akan melakukan sesi latihan pertama jam dua besok, jadi pastikan kau ada di sana kali ini. Dan tolong aku, bantu Ron sejauh yang kau bisa, OK?'

    Dia mengangguk, dan Angelina berjalan kembali ke Alicia Spinnet. Harry pindah untuk duduk di sebelah Hermione, yang tersentak bangun ketika dia meletakkan tasnya.

    'Oh, Harry, ternyata kamu ... tentang Ron itu bagus, bukan?' katanya dengan mata berkaca-kaca. 'Aku hanya begitu -- begitu -- begitu letih,' dia menguap. 'Aku terbangun sampai jam satu membuat lebih banyak topi lagi. Topi-topi itu menghilang cepat sekali!'

    Dan benar juga, sekarang setelah diperhatikannya, Harry melihat bahwa tidak ada topi wol yang tersembunyi di sekitar ruangan itu yang bisa dipungut peri-peri yang tidak waspada.

    'Bagus,' kata Harry dengan pikiran kacau; kalau dia tidak memberitahu seseorang segera, dia akan meledak. 'Dengar, Hermione, aku baru saja di kantor Umbridge dan dia menyentuh lenganku ...'

    Hermione mendengarkan dengan seksama. Ketika Harry selesai, dia berkata lambat-lambat, 'Kau khawatie Kau-Tahu-Siapa sedang mengendalikan dia seperti dia mengendalikan Quirrel?'

    'Well,' kata Harry sambil merendahkan suaranya, 'itu suatu kemungkinan, bukan?'

    'Kukira begitu,' kata Hermione, walaupun dia terdengar tidak yakin. 'Tapi aku kira dia tidak akan bisa merasukinya seperti cara dia merasuki Quirrel, maksudku, dia sudah hidup kembali sekarang, bukan, dia punya tubuh sendiri, dia tidak akan perlu berbagi tubuh orang lain. Dia bisa mengendalikannya di bawah Kutukan Imperius, kukira ...'

    Harry mengamati Fred, George dan Lee Jordan melempar-lempar botol-botol Butterbeer kosong sejenak. Lalu Hermione berkata, 'Tapi tahun lalu bekas lukamu sakit ketika tak seorangpun menyentuhmu, dan bukankah Dumbledore bilang ada hubungannya dengan apa yang sedang dirasakan Kau-Tahu-Siapa saat itu? Maksudku, mungkin ini tidak berkaitan dengan Umbridge sama sekali, mungkin cuma kebetulan terjadi ketika kau bersama dengannya?'

    'Dia jahat,' kata Harry datar. 'Sinting.'

    'Dia mengerikan, ya, tapi ... Harry, kukira kau harus memberitahu Dumbledore bekas lukamu sakit.'

    Itu kedua kalinya dalam dua hari dia dinasehati untuk menjumpai Dumbledore dan jawabannya kepada Hermione sama persis dengan jawabannya kepada Ron.

    'Aku tidak akan mengganggunya dengan ini. Seperti yang baru kau katakan, bukan masalah besar. Sudah sakit silih berganti sepanjang musim panas -- hanya agak lebih buruk malam ini, itu saja --'

    'Harry, aku yakin Dumbledore akan mau diganggu oleh ini --'

    'Yeah,' kata Harry, sebelum dia bisa menghentikan dirinya sendiri, 'itu satu-satunya bagian dariku yang dipedulikan Dumbledore, bukan, bekas lukaku?'

    'Jangan bilang begitu, itu tidak benar!'

    'Kukira aku akan menulis surat dan memberitahu Sirius mengenainya, lihat apa yang dipikirkannya --'

    'Harry, kau tiidak bisa memasukkan hal seperti itu dalam surat!' kata Hermione, tampak gelisah. 'Tidakkah kau ingat, Moody menyuruh kita berhati-hati akan apa yang kita tulis! Kita cuma tidak bisa menjamin burung hantu tidak dicegat lagi!'

    'Baiklah, baiklah, kalau begitu, aku tidak akan memberitahu dia!' kata Harry kesal. Dia bangkit. 'Aku akan pergi tidur. Beritahu Ron, bisa 'kan?'

    'Oh tidak,' kata Hermione, terlihat lega, 'kalau kau akan pergi itu berarti aku boleh pergi juga, tanpa terlihat kasar. Aku benar-benar capek dan aku mau membuat beberapa topi lagi besok. Dengar, kau bisa membantuku kalau kau mau, cukup menyenangkan, aku semakin mahir, aku bisa membuat pola dan bola dan semua jenis itu sekarang.'

    Harry memandang wajahnya, yang bersinar gembira, dan mencoba terlihat seolah-olah dia agak tergoda dengan tawaran ini.

    'Er ... tidak, kukira aku tidak bisa, trims,' katanya. 'Er -- tidak besok. Aku punya banyak peer untuk dikerjakan.'

    Dan dia berjalan ke tangga anak laki-laki, meninggalkannya tampak sedikit kecewa.

 

Previous Home Next