HARRY  POTTER

and the Order of  the Phoenix

 

 

-- BAB  TUJUH  BELAS --

Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Empat

 

Harry merasa lebih gembira selama sisa akhir pekan itu daripada yang telah dirasakannya sepanjang semester itu. Dia dan Ron menghabiskan banyak waktu di hari Minggu untuk mengejar semua pekerjaan rumah mereka lagi, dan walaupun ini hampir tidak bisa dikatakan menyenangkan, sinar matahari terakhir di musim gugur tetap bertahan, sehingga bukannya duduk membungkuk pada meja di ruang duduk mereka membawa pekerjaan mereka ke luar dan bernaung di bayangan pohon beech besar di tepi danau. Hermione, yang tentu saja sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, membawa lebih banyak wol ke luar bersamanya dan menyihir jarum-jarum rajutnya sehingga mereka berkilauan dan berbunyi di tengah udara di sampingnya, menghasilkan lebih banyak topi dan scarf.

    Mengetahui bahwa mereka sedang melakukan sesuatu untuk melawan Umbridge dan Kementerian, dan bahwa dia adalah bagian penting dari pemberontakan itu, memberi Harry perasaan puas yang mendalam. Dia terus mengingat pertemuan hari Sabtu itu dalam pikirannya: semua orang itu, datang kepadanya untuk belajar Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam ... dan tampang-tampang mereka ketika mereka mendengar beberapa hal yang telah dia lakukan ... dan Cho memuji penampilannya di Turnamen Triwizard -- mengetahui semua orang itu tidak menganggapnya orang aneh pembohong, melainkan seseorang yang patut dikagumi, melambungkannya sedemikian rupa sehingga dia masih ceria pada hari Senin pagi, walaupun masih harus menghadapi semua kelas yang paling tidak disukainya.

    Dia dan Ron turun dari kamar asrama mereka, sambil membahas gagasan Angelina supaya mereka berlatih gerakan baru yang disebut Sloth Grip Roll pada latihan Quidditch malam itu, dan sampai mereka setengah menyeberangi ruang duduk yang penuh cahaya matahari mereka tidak memperhatikan tambahan ke ruangan itu yang telah menarik perhatian sekelompok kecil orang.

    Sebuah pengumuman besar telah dilekatkan ke papan pengumuman Gryffindor; begitu besarnya sehingga menutupi semua hal lain di sana -- daftar buku-buku mantera bekas untuk dijual, peringatan tetap tentang peraturan sekolah dari Argus Filch, jadwal latihan tim Quidditch, tawaran untuk barter Kartu Cokelat Kodok yang satu bagi kartu lainnya, iklan terbaru Weasley untuk mencari penguji, tanggal-tanggal akhir pekan Hogsmeade serta pengumuman barang hilang dan ditemukan. Pengumuman baru tersebut dicetak dengan huruf-huruf hitam besar dan ada cap yang tampak sangat resmi di bagian bawah di samping sebuah tanda tangan yang rapi dan berhuruf keriting.

DENGAN  PERINTAH  PENYELIDIK  TINGGI  HOGWARTS

    Semua organisasi, perkumpulan, kelompok, dan klub siswa dibubarkan sejak saat ini.

    Organisasi, perkumpulan, tim, kelompok atau klub didefinisikan sebagai pertemuan tetap tiga atau lebih siswa.

    Izin untuk membentuk kembali dapat diminta dari Penyelidik Tinggi (Profesor Umbridge).

    Tak ada organisasi, perkumpulan, tim, kelompok atau klub siswa yang boleh terbentuk tanpa pengetahuan dan 

    persetujuan Penyelidik Tinggi.

    Siswa yang kedapatan telah membentuk, atau bergabung dengan, sebuah organisasi, perkumpulan, tim, kelompok 

    atau klub yang belum disetujui oleh Penyelidik Tinggi akan dikeluarkan.

    Hal-hal tersebut di atas sesuai dengan Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Empat.

    Tertanda: Dolores Jane Umbridge, Penyelidik Tinggi

Harry dan Ron membaca pengumuman itu melewati kepala beberapa anak kelas dua yang tampak cemas.

    'Apakah ini berarti mereka akan menutup Klub Gobstones?' salah satu dari mereka bertanya kepada temannya.

    'Kukira kalian akan baik-baik saja dengan Gobstones,' kata Ron dengan muram, membuat akan kelas dua itu terlompat. 'Walau kukira kita tidak akan seberuntung itu, kalau kamu?' dia bertanya kepada Harry ketika anak-anak kelas dua itu bergegas pergi.

    Harry sedang membaca pengumuman itu lagi. Perasaan senang yang memenuhinya sejak hari Sabtu telah hilang. Isi tubuhnya bergetar karena marah.

    'Ini bukan kebetulan,' katanya, tangannya mengepal. 'Dia tahu.'

    'Dia tidak mungkin tahu,' kata Ron seketika.

    'Ada orang-orang yang mendengarkan di bar itu. Dan hadapi saja, kita tidak tahu berapa banyak orang yang muncul yang bisa kita percayai ... siapapun dari mereka bisa pergi memberitahu Umbridge ...'

    Dan dia mengira mereka mempercayai dirinya, mengira mereka bahkan mengagumi dirinya ...

    'Zacharias Smith!' kata Ron seketika, sambil meninju tangannya. 'Atau -- kukira Michael Corner itu juga punya tampang yang benar-benar licik --'

    'Aku ingin tahu apakah Hermione sudah melihat ini?' Harry berkata, sambil memandang sekeliling ke pintu menuju kamar anak perempuan.

    'Ayo pergi dan beritahu dia,' kata Ron. Dia maju, menarik pintu hingga terbuka dan menaiki tangga spiral.

    Dia berada di anak tangga keenam ketika ada sebuah suara keras, melengking, seperti klakson dan anak-anak tangga luluh membentuk luncuran batu yang panjang dan licin seperti alat permainan luncuran. Ada saat sejenak di mana Ron berusaha tetap berlari, lengannya bekerja dengan hebat seperti kincir angin, lalu dia tumbang ke belakang dan meluncur turun di luncuran yang baru terbentuk itu, terdiam dengan punggungnya di kaki Harry.

    'Er -- kukira kita tidak diperbolehkan masuk ke kamar anak perempuan,' kata Harry, sambil menarik  Ron bangkit dan berusaha tidak tertawa.

    Dua anak perempuan kelas empat meluncur turun dengan gembira di luncuran batu itu.

    'Oooh, siapa yang mencoba naik ke atas?' mereka terkikik gembira, sambil melompat bangkit dan mengerling pada Harry dan Ron.

    'Aku,' kata Ron, yang masih agak kusut. 'Aku tidak sadar itu akan terjadi. Tidak adil!' tambahnya kepada Harry, ketika anak-anak perempuan itu menuju lubang potret, masih terkikik hebat. 'Hermione boleh masuk ke kamar kita, kenapa kita tidak boleh --?'

    'Well, itu peraturan yang sudah ketinggalan zaman,' kata Hermione, yang baru saja meluncur rapi ke sebuah permadani di depan mereka dan sekarang sedang bangkit, 'tapi dikatakan di Sejarah Hogwarts, bahwa para pendiri menganggap anak laki-laki kurang dapat dipercaya dibandingkan anak perempuan. Ngomong-ngomong, kenapa kau mencoba masuk ke sana?'

    'Untuk menemuimu -- lihat ini!' kata Ron sambil menyeretnya ke papan pengumuman.

    Mata Hermione bergeser dengan cepat menuruni pengumuman itu. Ekspresinya menjadi kaku.

    'Seseorang pasti telah mengadu kepadanya!' kata Ron dengan marah.

    'Mereka tidak mungkin melakukannya,' kata Hermione dengan suara rendah.

    'Kau begitu naif,' kata Ron, 'kaukira hanya karena kau terhormat dan bisa dipercaya --'

    'Bukan, mereka tidak mungkin melakukannya, karena aku menempatkan kutukan di potongan perkamen yang ditandatangani kita semua,' kata Hermione dengan murung. 'Percayalah padaku, kalau seseorang lari memberitahu Umbridge, kita akan tahu persis siapa mereka dan mereka akan benar-benar menyesalinya.'

    'Apa yang akan terjadi dengan mereka?' kata Ron dengan penuh semangat.

    'Well, bilang saja begini,' kata Hermione, 'akan membuat jerawat Eloise Midgeon terlihat seperti beberapa bintik hitam yang manis. Ayolah, mari turun untuk sarapan dan lihat apa yang dipikiran yang lainnya ... aku ingin tahu apakah ini sudah dipasang di semua asrama?'

    Segera jelas ketika memasuki Aula Besar bahwa pengumuman Umbridge bukan hanya telah muncul di Menara Gryffindor. Ada intensitas tertentu dalam obrolan dan kadar pergerakan ekstra di Aula ketika orang-orang bergegas menyusuri meja-meja mereka merundingkan apa yang telah mereka baca. Harry, Ron dan Hermione belum lagi duduk ketika Neville, Dean, Fred, George dan Ginny menghampiri mereka.

    'Apakah kalian melihatnya?'

    'Menurutmu dia tahu?'

    'Apa yang akan kita lakukan?'

    Mereka semua memandang Harry. Dia melihat sekilas ke sekitarnya untuk memastikan tidak ada guru di dekat mereka.

    'Tentu saja kita akan tetap melakukannya,' katanya pelan.

    'Tahu kau akan bilang begitu,'  kata George, sambil tersenyum dan memukul pelan lengan Harry.

    'Para prefek juga?' kata Fred, sambil memandang Ron dan Hermione dengan pandangan bertanya.

    'Tentu saja,' kata Hermione dengan dingin.

    'Ini dia Ernie dan Hannah Abbot,' kata Ron, sambil memandang lewat bahunya. 'Dan cowok-cowok Ravenclaw itu dan Smith ... dan tak seorangpun tampak penuh bintik.'

    Hermione terlihat gusar.

    'Tak usah pedulikan bintik, para idiot itu tidak bisa datang ke sini sekarang, akan tampak mencurigakan -- duduk!' dia menggerakkan mulut tanpa bersuara kepada Ernie dan Hannah, sambil memberi isyarat dengan kalut kepada mereka untuk bergabung kembali ke meja Hufflepuff. 'Nanti! Kami akan -- berbicara -- kepada --- kalian -- nanti!'

    'Aku akan beritahu Michael,' kata Ginny dengan tidak sabar sambil bangkit dari bangkunya, 'si bodoh itu, jujur saja ...'

    Dia bergegas menuju meja Ravenclaw; Harry memperhatikannya pergi. Cho sedang duduk tidak jauh, sambil berbicara dengan temannya yang berambut keriting yang dibawanya ke Hog's Head. Apakah pengumunan Umbridge akan membuatnya takut menghadiri pertemuan mereka lagi?

    Tetapi akibat penuh dari pengumuman itu belum dirasakan sampai mereka meninggalkan Aula Besar untuk Sejarah Sihir.

    'Harry! Ron!'

    Itu Angelina dan dia sedang bergegas menuju mereka terlihat sangat putus asa.

    'Tidak apa-apa,' kata Harry pelan, ketika dia cukup dekat untuk mendengarnya. 'Kita masih akan --'

    'Kau sadar dia mengikutkan Quidditch ke dalam ini?' Angelina memotongnya. 'Kita harus pergi meminta izin untuk membentuk kembali tim Gryffindor!'

    'Apa?' kata Harry.

    'Tidak mungkin,' kata Ron, terperanjat.

    'Kalian baca pengumumannya, menyebutkan tim juga! Jadi dengar, Harry ... aku mengatakan ini untuk terakhir kalinya ... tolong, tolong jangan kehilangan kendali dengan Umbridge lagi atau dia mungkin tidak akan membiarkan kita bermain lagi!'

    'OK, OK,' kata Harry, karena Angelina terlihat seolah-olah hampir menangis. 'Jangan khawatir, aku akan menjaga tingkah lakuku ...'

    'Aku bertaruh Umbridge ada dalam Sejarah Sihir,' kata Ron dengan murung, ketika mereka berangkat ke pelajaran Binns. 'Dia belum menginspeksi Binns ... taruhan apapun dia ada di sana ...'

    Tapi dia salah, satu-satunya guru yang hadir ketika mereka masuk adalah Profesor Binns, melayang sekitar satu inci dari kursinya seperti biasa dan bersiap-siap melanjutkan dengungannya yang membosankan mengenai perang para raksasa. Harry bahkan tidak berusaha mengikuti apa yang dikatakannya hari ini, dia menggambar dengan malas di perkamennnya sambil mengabaikan pelototan dan sikutan Hermione yang sering terjadi, sampai sebuah tusukan menyakitkan di tulang iganya membuatnya melihat ke atas dengan marah.

    'Apa?'

    Dia menunjuk ke jendela. Harry melihat sekeliling. Hedwig sedang bertengger di birai jendela yang sempit, memandang melalui kaca tebal kepadanya, sepucuk surat terikat ke kakinya. Harry tidak bisa mengerti, mereka baru saja sarapan, kenapa dia tidak mengantarkan surat saat itu, seperti biasa? Banyak teman sekelasnya juga menunjuk Hedwig kepada satu sama lain.

    'Oh, aku selalu suka burung hantu itu, dia sangat cantik,' Harry mendengar Lavender menghela napas kepada Parvati.

    Dia memandang kepada Profesor Binns yang terus membacakan catatannya, dengan tenangnya tidak menyadari bahwa perhatian kelas bahkan lebih tidak terfokus kepadanya daripada biasanya. Harry menyelinap diam-diam dari kursinya, berjongkok dan bergegas menyusuri barisan itu ke jendela, di mana dia menggeser pengaitnya dan membukanya dengan sangat pelan. 

    Dia telah mengharapkan Hedwig untuk menjulurkan kakinya sehingga dia bisa melepaskan surat  itu dan lalu terbang ke Kandang Burung Hantu tetapi saat jendela terbuka cukup lebar diai melompat masuk, sambil beruhu dengan sedih. Dia menutup jendela dengan pandangan cemas kepada Profesor Binns, berjongkok rendah lagi dan bergegas kembali ke tempat duduknya dengan Hedwig di bahunya. Dia duduk kembali, memindahkan  Hedwig ke pangkuannya dan mulai melepaskan surat yang terikat ke kakinya.

    Saat itu barulah dia sadar bahwa bulu-bulu Hedwig kusut dengan cara yang aneh; beberapa bengkok ke arah yang salah, dan dia sedang mengulurkan salah satu sayapnya pada sudut yang aneh.

    'Dia terluka!' Harry berbisik, sambil membungkukkan kepalanya rendah-rendah di atas Hedwig. Hermione dan Ron mencondongkan badan lebih dekat; Hermione bahkan meletakkan pena bulunya. 'Lihat -- ada yang salah dengan sayapnya --'

    Hedwig sedang gemetaran; ketika Harry menyentuh sayap itu dia terlompat kecil, semua bulunya berdiri seakan-akan dia sedang menggembungkan dirinya sendiri, dan memandang Harry dengan mencela.

    'Profesor Binns,' kata Harry keras-keras, dan semua orang di kelas itu berpaling untuk melihatnya. 'Aku merasa tidak sehat.'

    Profesor Binns mengangkat mata dari catatannya, terlihat heran, seperti biasanya, mendapati ruangan di depannya penuh dengan orang.

    'Merasa tidak sehat?' ulangnya dengan tidak jelas.

    'Sama sekali tidak sehat,' kata Harry dengan tegas sambil bangkit dengan Hedwig tersembunyi di balik punggungnya. 'Kukira aku perlu pergi ke sayap rumah sakit.'

    'Ya,' kata Profesor Binns, jelas tidak tahu mau berbuat apa. 'Ya ... ya, sayap rumah sakit ... well, pergilah, kalau begitu, Perkins ...'

    Begitu berada di luar ruangan, Harry mengembalikan Hedwig ke bahunya dan bergegas menyusuri koridor, hanya berhenti sejenak untuk berpikir ketika dia tidak bisa lagi melihat pintu Binns. Pilihan pertamanya atas seseorang untuk menyembuhkan Hedwig adalah Hagrid, tentu saja, tetapi karena dia tidak punya ide di mana Hagrid pilihannya yang tersisa adalah menemukan Profesor Grubbly-Plank dan berharap dia akan menolong.

     Dia mengintip ke luar jendela ke halaman yang mendung dan berangin kencang. Tidak ada tanda-tandanya di mana pun dekat kabin Hagrid; kalau dia tidak sedang mengajar, dia mungkin berada di dalam ruang guru. Dia berangkat turun, Hedwig beruhu lemah selagi terayun-ayun di bahunya.

    Dua gargoyle batu mengapit pintu ruang guru. Ketika Harry mendekat, salah satu dari mereka berkuak, 'Kau seharusnya berada di dalam kelas, Nak Jim.'

    'Ini penting,' kata Harry kasar.

    'Ooooh, penting, bukan?' kata gargoyle yang satunya lagi dengan suara melengking tinggi. 'Well, itu menempatkan kami di tempat seharusnya, bukan?'

    Harry mengetuk pintu. Dia mendengar langkah-langkah kaki, lalu pintu terbuka dan dia mendapati dirinya berhadapan dengan Profesor McGonagall.

    'Kau tidak diberi detensi lagi!' katanya seketika, kacamata perseginya berkilat menakutkan.

    'Tidak, Profesor!' kata Harry cepat-cepat.

    'Well, kalau begitu mengapa kau berada di luar kelas?'

    'Tampaknya penting,' kata gargoyle kedua menyindir.

    'Saya mencari Profeosr Grubbly-Plank,' Harry menjelaskan. 'Burung hantu saya, dia terluka.'

    'Burung hantu terluka, katamu?'

    Profesor Grubbly-Plank muncul di balik bahu Profesor McGonagall, sambil mengisap pipa dan memegang sebuah salinan Daily Prophet.

    'Ya,' kata Harry sambil mengangkat Hedwig dengan hati-hati dari bahunya, 'dia muncul setelah burung hantu pos lainnya dan sayapnya aneh, lihat --'

    Profesor Grubbly-Plank memasukkan pipanya dengan kokoh di antara gigi-giginya dan mengambil Hedwig dari Harry sementara Profesor McGonagall mengamati.

     'Hmm,' kata Profesor Grubbly-Plank, pipanya bergoyang sedikit ketika dia berbicara. 'Kelihatannya sesuatu menyerangnya. Walau tak bisa memikirkan apa yang mungkin melakukannya. Thestral terkadang menyerang burung, tentu saja, tapi Hagrid telah membuat Thesrtral Hogwarts terlatih baik untuk tidak menyentuh burung hantu.'

    Harry tidak tahu juga tidak peduli apa itu Thestral; dia hanya ingin tahu bahwa Hedwig akan baik-baik saja. Namun, Profesor McGonagall memandang tajam kepada Harry dan berkata, 'Apakah kau tahu berapa jauh burung hantu ini bepergian, Potter?'

    'Er,' kata Harry. 'Dari London, kukira.'

    Mereka saling pandang sejenak dan dia tahu, dari cara alisnya bertaut, bahwa Profesor McGonagall mengerti 'London' berarti 'Grimmauld Place nomor dua belas'.

    Profesor Grubbly-Plank menarik sebuah kacamata berlensa satu keluar dari bagian dalam jubahnya dan memasangnya ke matanya, untuk memeriksa sayap Hedwig lebih seksama. 'Aku seharusnya bisa memperbaiki ini kalau kau meninggalkannya denganku, Potter,' katanya, 'bagaimanapun, dia seharusnya tidak terbang jauh selama beberapa hari.'

    'Er -- benar -- trims,' kata Harry, persis ketika bel untuk istirahat berbunyi.

    'Tak masalah,' kata Profesor Grubbly-Plank dengan keras, sambil berpaling kembali ke dalam ruang guru.

    'Sebentar saja, Wilhemina!' kata Profesor McGonagall. 'Surat Potter!'

    'Oh yeah!' kata Harry, yang sejenak telah melupakan gulungan yang terikat ke kaki Hedwig. Profesor Grubbly-Plank menyerahkannya dan menghilang ke dalam ruang guru sambil membawa Hedwig, yang  menatap Harry seolah-olah tidak percaya dia akan menyerahkan dirinya seperti ini. Merasa sedikit bersalah, dia berpaling untuk pergi, tetapi Profesor McGonagall memanggilnya kembali.

    'Potter!'

    'Ya, Profesor?'

    Dia melihat ke ujung-ujung koridor, ada murid-murid yang berdatangan dari kedua arah.

    'Camkan di pikiranmu,' katanya dengan cepat dan pelan, matanya kepada gulungan di tangannya, 'bahwa saluran-saluran komunikasi di dalam dan di luar Hogwarts mungkin sedang diawasi, oke?'

    'Aku --' kata Harry, tetapi arus siswa yang bergemuruh di sepanjang koridor hampir mencapainya. Profesor McGonagall memberinya anggukan kecil dan mundur ke dalam ruang guru, meninggalkan Harry tersapu ke halaman sekolah bersama kerumunan. Dia melihat Ron dan Hermione sudah berdiri di sebuah sudut terlindung, kerah mantel mereka dinaikkan melawan angin. Harry membuka gulungan itu selagi dia bergegas menuju mereka dan menemukan kata-kata dalam tulisan tangan Sirius.

    Hari ini, waktu yang sama, tempat yang sama.

    'Apakah Hedwig baik-baik saja?' tanya Hermione dengan cemas, saat dia berada dalam jarak pendengaran.

    'Ke mana kau membawanya?' tanya Ron.

    'Ke Grubbly-Plank,' kata Harry. 'Dan aku bertemu McGonagall ... dengar ...'

    Dan dia memberitahu mereka apa yang telah dikatakan Profesor McGonagall. Yang membuatnya terkejut, tak seorangpun dari mereka tampak terguncang. Sebaliknya, mereka saling berpandangan penuh pengertian.

    'Apa?' kata Harry, sambil melihat dari Ron kepada Hermione dan balik lagi.

    'Well, aku baru saja berkata kepada Ron ... bagaimana kalau seseorang mencoba mencegat Hedwig? Maksudku, dia belum pernah terluka dalam penerbangan sebelumnya, bukan?'

    'Ngomong-ngomong, dari siapa surat itu?' tanya Ron, sambil mengambil catatan itu dari Harry.

    'Snuffles,' kata Harry pelan.

    '"Waktu yang sama, tempat yang sama?" Apakah maksudnya api di ruang duduk?'

    'Jelas saja,' kata Hermione, juga membaca catatan itu. Dia tampak gelisah. 'Aku hanya berharap tak ada orang lain yang sudah membaca ini ...'

    'Tapi masih tersegel dan segalanya,' kata Harry, mencoba meyakinkan dirinya sendiri serta Hermione. 'Dan tak seorangpun akan mengerti apa artinya kalau mereka tidak tahu di mana kita sudah berbicara dengannya sebelumnya, benar 'kan?'

    'Aku tidak tahu,' kata Hermione dengan cemas, sambil mengangkat tasnya ke bahunya ketika bel berbunyi lagi, 'sebenarnya tidak sulit menyegel kembali gulungan dengan sihir ... dan kalau seseorang sedang mengawasi Jaringan Floo ... tapi aku tidak melihat bagaimana kita bisa memperingatkannya untuk tidak datang tanpa dicegat juga!'

    Mereka menuruni undakan batu ke ruang bawah tanah untuk Ramuan, mereka ketiga semuanya terbenam dalam pikiran, tetapi ketika mereka mencapai dasar tangga mereka disadarkan oleh suara Draco Malfoy yang sedang berdiri tepat di luar pintu ruang kelas Snape, sambil melambaikan sebuah potongan perkamen yang tampak resmi dan berbicara jauh lebih keras daripada yang diperlukan sehingga mereka bisa mendengar setiap kata.

    'Yeah, Umbridge langsung memberi tim Quidditch Slytherin izin untuk terus bermain, aku pergi untuk memintanya pagi-pagi sekali. Well, cukup otomatis, maksudku, dia kenal baik ayahku, dia selalu muncul di Kementerian ... akan menarik melihat apakah Gryffindor dibolehkan terus bermain, bukan?'

    'Jangan naik,' Hermione berbisik memohon kepada Harry dan Ron, yang keduanya sedang mengamati Malfoy, dengan wajah tegang dan tinju terkepal. 'Itu yang dia mau.'

    'Maksudku,' kata Malfoy, sambil menaikkan suaranya sedikit lagi, matanya yang kelabu berkilat dengki ke arah Harry dan Ron, 'kalau masalah pengaruh dengan Kementerian, kukira mereka tidak punya banyak kesempatan ... dari apa yang dikatakan ayahku, mereka telah mencari alasan untuk memecat Arthur Weasley selama bertahun-tahun ... dan mengenai Potter ... ayahku bilang cuma masalah waktu sebelum Kementerian mengirimnya ke St Mungo ... tampaknya mereka punya bangsal khusus untuk orang-orang yang otaknya sudah kacau akibat sihir.'

    Malfoy membuat wajah aneh, mulutnya ternganga dan matanya digulirkan. Crabbe dan Goyle tertawa mendengkur seperti biasa, Pansy Parkinson menjerit senang.

    Sesuatu menabrak bahu Harry, menjatuhkannya ke samping. Sepersekian detik kemudian dia menyadari bahwa Neville baru saja menyerbu melewati dirinya, langsung menuju Malfoy.

    'Neville, jangan!'

    Harry melompat maju dan meraih bagian belakang jubah Neville; Neville meronta gila-gilaan, tinjunya memukul-mukul, mencoba dengan putus asa mengenai Malfoy yang sejenak terlihat sangat terguncang.

    'Tolong aku!' Harry berpaling kepada Ron, berhasil melingkarkan satu lengan di sekeliling leher Neville dan menyeretnya mundur, menjauh dari anak-anak Slytherin. Crabbe dan Goyle sedang menegangkan lengan mereka selagi mereka melangkah ke depan Malfoy, siap berkelahi. Ron menyambar kedua lengan Neville, dan bersama-sama dia dan Harry berhasil menyeret Neville ke belakang ke barisan Gryffindor. Wajah Neville merah tua, tekanan yang ditempatkan Harry ke tenggorokannya membuatnya sulit dimengerti, tetapi kata-kata aneh keluar dari mulutnya.

    'Tak ... lucu ... jangan ... Mungo ... perlihatkan ... dia ...'

    Pintu ruang bawah tanah terbuka. Snape muncul di sana. Matanya yang hitam memandang ke barisan Gryffindor ke titik di mana Harry dan Ron sedang bergumul dengan Neville.

    'Berkelahi, Potter, Weasley, Longbottom?' Snape berkata dengan suaranya yang dingin mengejek. 'Sepuluh poin dari Gryffindor. Lepaskan Longbottom, Potter, atau akan jadi detensi. Ke dalam, kalian semua.'

    Harry melepaskan Neville, yang berdiri terengah-engah dan melotot kepadanya.

    'Aku harus menghentikanmu,' Harry terengah-engah, sambil memungut tasnya. 'Crabbe dan Goyle akan merobek-robekmu.'

    Neville tidak berkata apa-apa; dia hanya menyambar tasnya sendiri dan berlari ke dalam ruang bawah tanah.

    'Dalam nama Merlin,' kata Ron lambat-lambat, selagi mereka mengikuti Neville, 'tentang apa itu tadi?'

    Harry tidak menjawab. Dia tahu persis mengapa subyek mengenai orang-orang yang berada di St Mungo karena kerusakan sihir pada otak mereka sangat membuat Neville tertekan, tetapi dia telah bersumpah kepada Dumbledore bahwa dia tidak akan memberitahu rahasia Neville kepada siapapun. Bahkan Neville tidak tahu kalau Harry tahu.

    Harry, Ron dan Hermione mengambil tempat duduk mereka yang biasa di bagian belakang kelas, menarik keluar perkamen, pena bulu, dan salinan Seribu Tanaman dan Jamur Sihir mereka. Kelas di sekitar mereka sedang berbisik-bisik mengenai apa yang baru saja dilakukan Neville, tetapi ketika Snape menutup pintu ruang bawah tanah dengan bunyi keras menggema, semua orang segera terdiam.

    'Kalian akan memperhatikan,' kata Snape dengan suaranya yang rendah mengejek, 'bahwa kita punya seorang tamu bersama kita hari ini.'

    Dia memberi isyarat kepada sudut suram ruang bawah tanah itu dan Harry melihat Profesor Umbridge duduk di sana, papan jepit di lututnya. Dia memandang ke samping kepada Ron dan Hermione, alisnya terangkat. Snape dan Umbridge, dua guru yang paling dibencinya. Sulit memutuskan yang mana yang dia inginkan menang atas yang lainnya.

    'Kita akan melanjutkan dengan Larutan Penguat kita hari ini. Kalian akan menemukan campuran kalian seperti yang kalian tinggalkan pada pelajaran lalu; kalau dibuat dengan benar campuran-campuran itu seharusnya sudah matang selama akhir pekan -- instruksi --' dia melambaikan tongkatnya lagi '-- di papan tulis. Teruskan.'

    Profesor Umbridge menghabiskan setengah jam pertama dari pelajaran itu mencatat di sudutnya. Harry sangat tertarik untuk mendengar dia  menanyai Snape; begitu tertariknya, sehingga dia menjadi kurang hati-hati dengan ramuannya lagi.

    'Darah salamander, Harry!' Hermione mengerang, sambil meraih pergelangan tangannya untuk mencegahnya menambahkan bahan yang salah ketiga kalinya, 'bukan jus pomegranate!'

    'Benar,' kata Harry dengan samar, sambil meletakkan botol itu dan terus mengamati sudut. Umbridge baru saja bangkit. 'Ha,' katanya pelan, ketika dia berjalan di antara dua baris meja tulis menuju Snape, yang sedang membungkuk di atas kuali Dean Thomas.

    'Well, kelas ini tampaknya cukup maju untuk tingkatan mereka,' katanya cepat kepada punggung Snape. 'Walaupun aku akan bertanya apakah sebaiknya mengajari mereka ramuan seperti Larutan Penguat. Kukira Kementerian akan lebih suka kalau itu dihilangkan dari daftar pelajaran.

    Snape meluruskan badannya lambat-lambat dan berpaling untuk memandangnya.

    'Sekarang ... berapa lama Anda telah mengajar di Hogwarts?' tanyanya, dengan pena bulunya diseimbangkan di atas papan jepitnya.

    'Empat belas tahun,' Snape menjawab. Ekspresinya tidak dapat ditebak. Harry, sambil mengamatinya dengan seksama, menambahkan beberapa tetes ke dalam ramuannya; ramuan itu berdesis mengancam dan berubah dari biru kehijauan menjadi jingga.

    'Aku yakin, Anda pertama melamar untuk pos Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam?' Profesor Umbridge bertanya kepada Snape.

    'Ya,' kata Snape pelan.

    'Tapi Anda tidak berhasil?'

    Bibir Snape melengkung.

    'Jelas saja.'

    Profesor Umbridge mencoret ke papan jepitnya.

    'Dan kuyakin, Anda telah melamar untuk pos Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam secara teratur sejak Anda pertama kali bergabung dengan sekolah ini?'

    'Ya,' kata Snape pelan, hampir tidak menggerakkan bibirnya. Dia terlihat sangat marah.

    'Apakah Anda punya ide mengapa Dumbledore terus menolak menunjuk Anda?' tanya Umbridge.

    'Kusarankan Anda bertanya kepadanya,' kata Snape tersentak.

    'Oh, akan kulakukan,' kata Profesor Umbridge, dengan senyum manis.

    'Kuanggap ini relevan?' Snape bertanya, matanya yang hitam menyipit.

    'Oh ya,' kata Profesor Umbridge, 'ya, Kementerian ingin pemahaman menyeluruh terhadap -- er -- latar belakang para guru.'

    Dia berpaling, berjalan ke arah Pansy Parkinson dan mulai menanyainya tentang pelajaran. Snape melihat kepada Harry dan mata mereka bertemu selama sedetik. Harry buru-buru menjatuhkan pandangannya pada ramuannya, yang sekarang mengental jelek sekali dan mengeluarkan bau kuat dari karet terbakar.

    'Kalau begitu, tidak ada nilai lagi, Potter,' kata Snape dengan dengki, sambil mengosongkan kuali Harry dengan satu lambaian tongkatnya. 'Kamu akan menuliskan sebuah esai bagiku tentang komposisi yang benar dari ramuan ini, menandakan bagaimana dan kenapa kau salah, untuk diserahkan pada pelajaran berikutnya, apakah kamu mengerti?'

    'Ya,' kata Harry dengan marah. Snape sudah memberikan mereka pekerjaan rumah dan dia punya latihan Quidditch malam ini; ini berarti beberapa malam tanpa tidur lagi. Tampaknya tidak mungkin dia telah terbangun pagi itu sambil merasa sangat gembira. Semua yang dirasakannya sekarang hanyalah keinginan kuat agar hari ini segera berakhir.

    'Mungkin aku akan bolos Ramalan,' katanya dengan murung, ketika mereka berdiri di lapangan setelah makan siang, angin memecut keliman jubah dan pinggir topi. 'Aku akan pura-pura sakit dan mengerjakan esai Snape sebagai gantinya, lalu aku tidak perlu terjaga sepanjang malam.'

    'Kau tidak bisa bolos Ramalan,' kata Hermione dengan keras.

    'Dengar siapa yang berbicara, kau keluar dari Ramalan, kau benci Trelawney!' kata Ron dengan marah.

    'Aku tidak benci dia,' kata Hermione angkuh. 'Aku hanya mengira dia seorang guru yang benar-benar mengerikan dan seorang penipu tua sejati. Tapi Harry sudah ketinggalan Sejarah Sihir dan kukira dia tidak boleh ketinggalan yang lain lagi hari ini!'

    Ada terlalu banyak kebenaran dalam hal ini untuk diabaikan, sehingga setengah jam kemudian Harry mengambil tempat duduknya dalam suasana ruang kelas Ramalan yang panas dan terlalu banyak parfum, sambil merasa marah kepada semua orang. Profesor Trelawney sekali lagi menyerahkan salinan-salinan Ramalan Mimpi. Harry mengira waktunya lebih baik dipakai untuk mengerjakan esai hukuman Snape daripada duduk di sini sambil mencoba menemukan arti dalam mimpi-mimpi rekaan. 

    Namun, kelihatannya dia bukan satu-satunya orang dalam Ramalan yang sedang marah. Profesor Trelawney membanting sebuah salinan Ramalan ke meja di antara Harry dan Ron dan berjalan pergi, bibirnya dikerutkan; dia melemparkan salinan Oracle berikutnya kepada Seamus dan Dean, hampir mengenai kepala Seamus, dan menyorongkan yang terakhir ke dada Neville dengan tenaga yang begitu kuat sehingga dia jatuh dari kursi empuknya.

    'Well, lanjutkan!' kata Profesor Trelawney denagn kuat, suaranya melengking tinggi dan agak histeris, 'kalian tahu apa yang harus dilakukan! Atau apakah aku seorang guru yang begitu di bawah standar sehingga kalian belum pernah belajar bagaimana membuka sebuah buku?'

    Kelas itu menatapnya dengan bingung, lalu kepada satu sama lain. Namun, Harry mengira dia tahu apa masalahnya. Selagi Profesor Trelawney menyentak kembali ke kursi guru yang bersandaran tinggi, matanya yang diperbesar penuh air mata kemarahan, dia mencondongkan kepalanya mendekat pada kepala Ron dan bergumam, 'Kukira dia sudah dapat hasil inspeksinya.'

    'Profesor?' kata Parvati Patil dengan suara berbisik (dia dan Lavender selalu agak mengagumi Profesor Trelawney). 'Profesor, apakah ada yang -- er -- salah?'

    'Salah!' teriak Profesor Trelawney dengan suara yang bergetar penuh emosi. 'Tentu saja tidak! Aku telah dihina, tentu saja ... seseorang telah membuat sindiran kepadaku ... tuduhan-tuduhan tak berdasar dilontarkan ... tapi tidak, tidak ada yang salah, tentu saja!'

    Dia mengambil napas panjang dengan ngeri dan mengalihkan pandangan dari Parvati, air mata kemarahan berjatuhan dari balik kacamatanya.

    'Aku tidak mengatakan apa-apa,' dia tersedak, 'tentang enam belas tahun pengabdian setia ... sudah berlalu, tampaknya, tanpa diperhatikan ... tapi aku tidak akan dihina, tidak, aku tidak akan!'

    'Tapi, Profesor, siapa yang menghina Anda?' tanya Parvati takut-takut.

    'Orang yang berkuasa!' kata Profesor Trelawney, dengan suara dalam, dramatis, yang bergetar. 'Ya, mereka yang matanya terlalu diliputi hal-hal membosankan sehingga tidak bisa Melihat seperti yang ku-Lihat, Tahu seperti yang ku-Tahu ... tentu saja, kami para Penglihat selalu ditakuti, selalu dianiaya ... itu nasib kami.'

    Dia menelan ludah, mengeringkan pipinya yang basah dengan ujung syalnya, lalu dia menarik sebuah sapu tangan bersulam kecil dari lengan bajunya, dan meniup hidungnya sangat keras dengan suara mirip Peeves meleletkan lidah.

    Ron mencibir. Lavender memberinya pandangan jijik.

    'Profesor,' kata Parvati, 'apakah maksud Anda ... apakah sesuatu yang Profesor Umbridge --?'

    'Jangan berbicara kepadaku mengenai wanita itu!' teriak Profesor Trelawney, sambil melompat bangkit, manik-maniknya berderak dan kacamatanya berkilat. 'Tolong lanjutkan pekerjaan kalian!'

    Dan dia menghabiskan sisa pelajaran itu di antara mereka, dengan air mata masih bercucuran dari balik kacamatanya, sambil menggumamkan apa yang terdengar seperti ancaman dengan suara rendah.

    '... mungkin lebih baik memilih pergi ... penghinaan itu ... dalam masa percobaan ... kita akan lihat ... betapa beraninya dia ...'

    'Kamu dan Umbridge punya kesamaan,' Harry memberitahu Hermione diam-diam ketika mereka bertemu lagi di Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. 'Dia jelas juga menganggap Trelawney penipu tua ... tampaknya dia menempatkannya dalam masa percobaani.'

    Umbridge memasuki ruangan selagi dia berbicara, sambil mengenakan pita beludru hitamnya dan ekspresi sangat puas diri.

    'Selamat sore, kelas.'

    'Selamat sore, Profesor Umbridge,' mereka bernyanyi tanpa minat.

    'Tolong simpan tongkatnya.'

    Tapi tidak ada jawaban berupa gerakan ribut kali ini; tak seorangpun repot-repot mengeluarkan tongkat mereka.

    'Tolong balik ke halaman tiga puluh empat Teori Sihir Pertahanan dan baca bab ketiga, yang berjudul "Kasus Tanggapan Tanpa Menyerang terhadap Serangan Sihir". Tidak --'

    '-- perlu berbicara,' Harry, Ron dan Hermione berkata bersama-sama, dengan suara rendah.

*

'Tidak ada latihan Quidditch,' kata Angelina dengan nada hampa ketika Harry, Ron dan Hermione memasuki ruang duduk setelah makan malam.

    'Tapi aku menjaga amarahku!' kata Harry, terkejut. 'Aku tidak mengatakan apa-apa kepadanya, Angelina, aku sumpah, aku --'

    'Aku tahu, aku tahu,' kata Angelina menderita. 'Dia cuma bilang dia perlu sedikit waktu untuk mempertimbangkan.'

    'Mempertimbangkan apa?' kata Ron dengan marah. 'Dia memberi anak-anak Slytherin izin, kenapa kita tidak?'

    Tapi Harry bisa membayangkan seberapa Umbridge menikmati memberi ancaman tidak ada tim Quidditch Gryffindor kepada mereka dan bisa dengan mudah mengerti kenapa dia tidak mau melepaskan senjata itu kepada mereka demikian cepat.

    'Well,' kata Hermione, 'lihat sisi baiknya -- setidaknya sekarang kalian akan punya waktu untuk mengerjakan esai Snape!'

    'Itu sisi baik, bukan?' sambar Harry, sementara Ron memandang Hermione dengan tidak percaya. 'Tak ada latihan Quidditch, dan Ramuan ekstra?'

    Harry merosot ke dalam sebuah kursi, menyeret esai Ramuannya dengan enggan dari tasnya dan mulai bekerja. Sangat sulit untuk berkonsentrasi; walaupun dia tahu Sirius belum akan muncul di dalam api sampai lama kemudian, dia tidak bisa tidak melihat ke dalam nyala api setiap beberapa menit sekali untuk berjaga-jaga. Juga ada suara yang luar biasa di dalam ruangan itu: Fred dan George kelihatannya telah menyempurnakan satu jenis Kotak Makanan Pembolos, yang mereka peragakan secara bergantian kepada kerumunan yang bersorak dan berteriak.

    Pertama, Fred akan menggigit ujung jingga dari sebuah permen kunyah, yang menyebabkannya muntah hebat ke dalam sebuah ember yang telah mereka tempatkan di depan mereka. Lalu dia akan menelan paksa ujung ungu dari permen kunyah itu, yang menyebabkan muntah-muntah segera berhenti. Lee Jordan, yang sedang membantu peragaan, Menghilangkan muntahan dengan malas secara teratur dengan Mantera Penghilang yang sama dengan yang digunakan terus Snape pada ramuan-ramuan Harry.

    Dengan suara muntah teratur, sorakan dan suara Fred dan George menerima pesanan pendahuluan dari kerumunan, Harry mendapati luar biasa sukar untuk fokus pada metode yang tepat untuk Larutan Penguat. Hermione tidak membantu; sorakan dan suara muntahan yang mengenai dasar ember Fred dan George diikuti dengan dengusannya yang keras dan tidak menyetujui, yang Harry rasa, kalau bisa, lebih mengalihkan perhatian.

    'Kalau begitu pergi saja dan hentikan mereka!' katanya dengan jengkel, setelah mencoret berat cakar griffin bubuk yang salah untuk keempat kalinya.

    'Aku tidak bisa, secara teknis mereka tidak melakukan apapun yang salah,' kata Hermione melalui gigi-gigi yang digertakkan. 'Mereka berhak makan benda-benda aneh itu sendiri dan aku tidak bisa menemukan peraturan yang mengatakan orang-orang idiot lainnya tidak boleh membelinya, tidak kecuali benda-benda itu terbukti berbahaya dalam suatu cara dan kelihatannya tidak begitu.'

    Dia, Harry dan Ron memperhatikan George melambungkan muntahan ke dalam ember, menelan sisa permen kunyahnya dan bangkit sambil tersenyum dengan lengan terentang lebar menghadapi tepuk tangan yang berkepanjangan.

    'Kau tahu, aku tidak mengerti kenapa Fred dan George cuma mendapat tiga OWL masing-masing,' kata Harry sambil mengamati ketika Fred, George dan Lee mengumpulkan emas dari kerumunan yang berminat. 'Mereka benar-benar mengerti bahan mereka.'

    'Oh, mereka hanya tahu hal-hal pamer yang tidak berguna nyata bagi siapapun,' kata Hermione meremehkan.

    Lama juga sebelum kerumunan di sekitar si kembar Weasley menyurut, lalu Fred, Lee dan George duduk sambil menghitung pendapatan mereka lebih lama lagi, sehingga lewat tengah malam ketika Harry, Ron dan Hermione akhirnya sendirian di ruang duduk. Akhirnya, Fred telah menutup pintu ke kamar anak laki-laki di belakangnya, sambil menggoyangkan kotak Galleonnya dengan berlagak sehingga Hermione cemberut. Harry, yang sedang membuat sedikit kemajuan dengan esai Ramuannya, memutuskan menyerah untuk malam itu. Ketika dia menyimpan buku-bukubya, Ron, yang sedang tidur ayam di kursi berlengannya, mengeluarkan dengkur teredam, terbangun, dan memandang muram ke dalam api.

    'Sirius!' katanya.

    Harry berpaling. Kepala gelap Sirius yang tidak rapi duduk di dalam api lagi.

    'Hai,' katanya sambil nyengir.

    'Hai,' kata Harry, Ron dan Hermione bersamaan, ketiganya semua berlutut di permadani. Crookshanks mendengkur keras dan mendekati api, mencoba, walaupun panas, menempatkan wajahnya dekat wajah Sirius.

    'Bagaimana keadaan kalian?' kata Sirius.

    'Tidak sebaik itu,' kata Harry, ketika Hermione menarik Crookshanks balik untuk mencegahnya menghanguskan kumisnya. 'Kementerian memaksakan dekrit lain, yang beratri kami tidak diizinkan memiliki tim Quidditch --'

    'Atau kelompok Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam rahasia?' kata Sirius.

    Ada jeda pendek.

    'Bagaimana kau tahu tentang itu?' Harry menuntut.

    'Kalian perlu memilih tempat-tempat pertemuan kalian dengan lebih hati-hati,' kata Sirius, sambil menyengir lebih lebar lagi. 'Hog's Head, kutanya kalian.'

    'Well, lebih baik daripada Three Broomsticks!' kata Hermione membela diri. 'Tempat itu selalu penuh orang --'

    'Yang berarti kalian akan lebih sukar didengar orang lain,' kata Sirius. 'Kau masih perlu belajar banyak, Hermione.'

    'Siapa yang mendengar kami?' Harry menuntut.

    'Mundungus, tentu saja,' kata Sirius, dan ketika mereka semua tampak bingung dia tertawa. 'Dia penyihir wanita di balik tudung itu.'

    'Itu Mundungus?' Harry berkata, terperanjat. 'Apa yang sedang dilakukannya di Hog's Head?'

    'Menurutmu apa yang sedang dilakukannya?' kata Sirius tidak sabaran. 'Mengawasi kamu, tentu saja.'

    'Aku masih diikuti?' tanya Harry dengan marah.

    'Yeah, memang,' kata Sirius, 'dan bagus juga, bukan, kalau hal pertama yang akan kau lakukan pada akhir pekan bebasmu adalah mengorganisasi kelompok pertahanan ilegal.'

    Tapi dia tidak terlihat marah ataupun kuatir. Sebaliknya, dia melihat kepada Harry dengan rasa bangga yang jelas.

    'Kenapa Dung bersembunyi dari kami?' tanya Ron, terdengar kecewa. 'Kami akan senang berjumpa dengannya.'

    'Dia dilarang masuk Hog's Head dua puluh tahun yang lalu,' kata Sirius, 'dan penjaga bar itu punya ingatan yang bagus. Kita kehilangan Jubah Gaib cadangan Moody ketika Sturgis tertangkap, sehingga Dung sering berpakaian seperti penyihir wanita akhir-akhir ini ... ngomong-ngomong ... yang pertama, Ron -- aku sudah bersumpah untuk menyampaikan pesan dari ibumu.'

    'Oh yeah?' kata Ron, terdengar gelisah.

    'Dia bilang dengan alasan apapun kamu tidak boleh ikut serta dalam kelompok Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam rahasia yang ilegal. Dia bilang kamu pasti akan dikeluarkan dan masa depanmu akan rusak. Dia bilang akan ada banyak waktu untuk belajar bagaimana mempertahankan diri nanti dan bahwa kamu terlalu muda untuk mengkhawatirkan hal itu sekarang. Dia juga' (mata Sirius berpaling kepada dua yang lain) 'menasehati Harry dan Hermione tidak melanjutkan dengan kelompok itu, walaupun dia menerima bahwa dia tidak punya kekuasaan atas mereka dan hanya memohon mereka untuk ingat bahwa dia menginginkan yang terbaik bagi mereka. Dia hendak menuliskan ini kepada kalian semua, tetapi kalau burung hantu dicegat kalian semua akan berada dalam masalah besar, dan dia tidak bisa bilang sendiri karena dia bertugas malam ini.'

    'Bertugas melakukan apa?' kata Ron cepat.

    'Tidak usah kau tahu, cuma sesuatu untuk Order,' kata Sirius. 'Jadi aku yang harus menjadi pembawa pesan dan pastikan kalian memberitahu dia aku menyampaikan semuanya, karena kukira dia tidak percaya aku melakukannya.'

    Ada jeda lain di mana Crookshanks, sambil mengeong, mencoba mencakar kepala Sirius, dan Ron bermain-main dengan sebuah lubang di permadani.

    'Jadi, kau mau aku bilang aku tidak akan ikut serta dalam kelompok Pertahanan?' akhirnya dia bergumam.

    'Aku? Tentu saja tidak!' kata Sirius, tampak terkejut. 'Kukira itu ide yang sangat bagus!'

    'Benarkah?' kata Harry, hatinya laga.

    'Tentu saja!' kata Sirius. 'Apa menurutmu ayahmu dan aku akan diam saja dan menerima perintah dari nenk sihir tua seperti Umbridge?'

    'Tapi -- semester lalu yang kau lakukan hanyalah menyuruhku berhati-hati dan tidak mengambil resiko --'

    'Tahun lalu, semua bukti menunjukkan seseorang di dalam Hogwarts berusaha membunuhmu, Harry!' kata Sirius tidak sabaran. 'Tahun ini, kita tahu ada seseorang di luar Hogwarts yang ingin membunuh kita semua, jadi kukira belajar mempertahankan diri dengan baik adalah ide yang bagus sekali!'

    'Dan kalau kami dikeluarkan?' Hermione bertanya, dengan tampang ingin tahu.

    'Hermione, semua ini adalah idemu!' kata Harry sambil menatapnya.

    'Aku tahu. Aku hanya ingin tahu apa yang dipikirkan Sirius,' katanya sambil mengangkat bahu.

    'Well, lebih baik dikeluarkan dan mampu mempertahankan diri daripada duduk dengan aman di sekolah tanpa mengetahui apapun,' kata Sirius.

    'Dengar, dengar,' kata Harry dan Ron dengan antusias.

    'Jadi,' kata Sirius, 'bagaimana kalian mengelola kelompok ini? Di mana kalian mengadakan pertemuan?'

    'Well, itu sedikit menjadi masalah sekarang,' kata Harry. 'Tidak tahu ke mana kami bisa pergi.'

    'Bagaimana dengan Shrieking Shack?' saran Sirius.

    'Hei, itu ide bagus!' kata Ron dengan bersemangat, tetapi Hermione membuat suara skeptis dan mereka bertiga semuanya memandangnya, kepala Sirius berpaling dalam nyala api.

    'Well, Sirius, cuma saja hanya ada kalian berempat yang bertemu di Shrieking Shack ketika kalian sekolah,' kata Hermione, 'dan kalian semua bisa bertransformasi menjadi binatang dan kukira kalian semua bisa berdesakan di bawah sebuah Jubah Gaib kalau kalian mau. Tapi kami berdua puluh delapan dan tak seorangpun dari kami Animagus, jadi kami tidak butuh Jubah Gaib tapi Tenda Gaib --'

    'Poin yang tepat,' kata Sirius, terlihat sedikit kecewa. 'Well, aku yakin kalian akan dapat tempatnya. Dulu ada jalan rahasia yang cukup luas di belakang cermin di lantai empat, kalian mungkin punya ruangan yang cukup untuk berlatih kutukan di sana.'

    'Fred dan George memberitahuku sudah terhalang,' kata Harry, sambil menggelengkan kepalanya.. 'Tertimbun atau apapun.'

    'Oh ...' kata Sirius, sambil merengut. 'Well, aku harus berpikir dan kembali lagi --'

    Dia berhenti. Wajahnya mendadak tegang, gelisah. Dia berpaling ke samping, tampaknya sedang melihat ke dinding bata padat perapian itu.

    'Sirius?' kata Harry dengan cemas.

    Tapi dia telah menghilang. Harry memandang nyala api itu sejenak sambil ternganga, lalu berpaling untuk memandang Ron dan Hermione.

    'Kenapa dia --?'

    Hermione mengeluarkan napas ketakutan dan melompat bangkit, masih menatap ke api.

    Sebuah tangan muncul di tengah nyala api, meraih-raih seolah-olah untuk menangkap sesuatu; tangan gemuk pendek, dengan jari-jari pendek yang diliputi cincin-cincin ketinggalan zaman yang jelek.

    Mereka bertiga berlari cepat. Di pintu kamar anak laki-laki Harry memandang balik. Tangan Umbridge masih membuat gerakan menangkap di antara nyala api, seolah-olah dia tahu persis di mana rambut Sirius berada beberapa saat sebelumnya dan bertekad untuk mencengkeramnya.

 

Previous Home Next