HARRY  POTTER

and the Order of  the Phoenix

 

 

-- BAB  DUA  PULUH  TUJUH --

Centaur dan si Pengadu

 

'Aku bertaruh sekarang kamu berharap kamu belum melepaskan Ramalan, bukan, Hermione?' tanya Parvati sambil tersenyum mengejek.

    Saat itu waktu makan pagi, dua hari setelah pemecatan Profesor Trelwaney, dan Parvati sedang melentikkan bulu matanya di sekeliling tongkatnya dan memeriksa hasilnya pada punggung sendoknya. Mereka akan mengikuti pelajaran pertama mereka dengan Firenze pagi itu.

    'Tidak juga,' kata Hermione tidak acuh, yang sedang membaca Daily Prophet. 'Aku tak pernah benar-benar suka kuda.'

    Dia membalik satu halaman surat kabar itu dan membaca sepintas isinya.

    'Dia bukan kuda, dia centaur!' kata Lavender, terdengar terguncang.

    'Centaur yang tampan ...' Parvati menghela napas.

    'Bagaimanapun, dia masih punya empat kaki,' kata Hermione dengan tenang. Ngomong-ngomong kukira kalian berdua merasa terganggu karena Trelawney sudah pergi?'

    'Memang!' Lavender meyakinkan dia. 'Kami naik ke kantornya untuk menemuinya, kami membawakannya beberapa bunga bakung -- bukan yang berbunyi seperti yang dimiliki Sprout, yang indah.'

    'Bagaimana dia?' tanya Harry.

    'Tidak begitu baik, wanita malang,' kata Lavender penuh simpati. 'Dia sedang menangis dan berkata dia lebih suka meninggalkan kastil untuk selamanya daripada tinggal di sini tempat Umbridge berada, dan aku tidak menyalahkannya, Umbridge bersikap mengerikan kepadanya, bukan?'

    'Aku punya perasaan Umbridge baru saja mulai bersikap mengerikan,' kata Hermione dengan muram.

    'Tidak mungkin,' kata Ron, yang sedang makan sepiring besar telur dan daging asin. 'Dia tidak bisa lebih buruk daripada yang sudah-sudah.'

    'Kau camkan kata-kataku, dia akan mau balas dendam pada Dumbledore karena menunjuk seorang guru baru tanpa berunding dengannya,' kata Hermione sambil menutup surat kabarnya. 'Terutama setengah manusia lagi. Kau lihat tampang di wajahnya ketika dia melihat Firenze.'

    Setelah makan pagi Hermione berangkat ke kelas Arithmancy-nya sementara Harry dan Ron mengikuti Parvati dan Lavender ke Aula Depan, menuju Ramalan.

    'Apa kita tidak akan naik ke Menara Utara?' tanya Ron, tampak bingung, selagi Parcati melewati tangga pualam.

    Parvati memandangnya dengan menghina lewat bahunya.

    'Bagaimana kau mengharapkan Firenze menaiki tangga itu? Kita di ruang kelas sebelas sekarang, ada di papan pengumuman kemarin.'

    Ruang kelas sebelas ada di lantai dasar di koridor yang berawal dari Aula Depan pada sisi di seberang Aula Besar. Harry tahu itu salah satu dari ruang-ruang kelas yang tidak pernah digunakan secara teratur, dan karena itu memiliki rasa sedikit tak terpelihara dari sebuah lemari atau ruang penyimpanan. Ketika dia memasukinya di belakang Ron, dan mendapati dirinya berada di tengah sebuah tanah terbuka di tengah hutan, dia tertegun sejenak.

    'Apa --?'

    Lantai ruang kelas itu telah menjadi berlumut seperti musim semi dan pohon-pohon tumbuh di atasnya; ranting-ranting berdaunnya berkibasan di langit-langit dan jendela-jendela, sehingga ruangan itu penuh dengan berkas-berkas miring cahaya hijau lembut berbayang-bayang. Murid-murid yang sudah tiba sedang duduk di lantai bertanah dengan punggung mereka bersandar pada batang pohon atau batu besar, lengan-lengan dibelitkan sekitar lutut mereka atau dilipat rapat di dada mereka, dan semuanya terlihat agak gugup. Di tengah-tengah tempat terbuka itu, di mana tidak ada pohon, berdiri Firenze.

    'Harry Potter,' dia berkata sambil mengulurkan sebuah tangan ketika Harry masuk.

    'Er -- hai,' kata Harry sambil bersalaman dengan centaur itu, yang mengamatinya tanpa berkedip melalui mata biru mengherankan itu tetapi tidak tersenyum. 'Er -- senang berjumpa dengan Anda.'

    'Dan kamu,' kata centaur itu sambil mencondongkan kepala pirang putihnya. 'Sudah diramalkan bahwa kita akan bertemu lagi.'

    Harry memperhatikan bahwa ada bayangan memar berbentuk tapal kuda di dada Firenze. Ketika dia berpaling untuk bergabung dengan sisa kelas yang lainnya di lantai, dia melihat bahwa mereka semuanya memandangnya dengan kagum, tampaknya sangat terkesan bahwa dia berbincang-bincang dengan Firenze, yang sepertinya mereka anggap menakutkan.

    Ketika pintu tertutup dan murid terakhir telah duduk di sebuah tunggul pohon di samping keranjang sampah, Firenze memberi isyarat ke sekeliling ruangan.

    'Profesor Dumbledore telah berbaik hati menata ruang kelas ini untuk kita,' kata Firenze, ketika semua orang sudah tenang, 'dengan meniru habitat alamiku. Aku akan lebih suka mengajar kalian di Hutan Terlarang yang adalah -- sampai Senin -- rumahku ... tetapi itu tidak lagi mungkin.'

    'Tolong -- er -- sir --' kata Parvati dengan terengah-engah, sambil mengangkat tangannya, '-- kenapa tidak? Kami pernah ke sana dengan Hagrid, kami tidak takut!'

    'Bukan pertanyaan tentang keberanian kalian,' kata Firenze, 'melainkan kedudukanku. Aku tidak bisa kembali ke Hutan. Kawananku sudah membuangku.'

    'Kawanan?' kata Lavender dengan suara bingung, dan Harry tahu dia sedang berpikir tentang sapi-sapi. 'Apa -- oh!'

    Pemahaman tampak di wajahnya. 'Ada lebih banyak lagi dari kaummu!,' dia berkata, tercengang.

    'Apakah Hagrid membiakkan kalian, seperti Thestral?' tanya Dean dengan bersemangat.

    Firenze memalingkan kepalanya lambat-lambat untuk menghadap Dean, yang tampaknya menyadari seketika bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang sangat menyinggung.

    'Aku tidak bermaksud -- maksudku -- maaf,' dia menyelesaikan dengan suara berbisik.'

    'Centaur bukan pelayan atau mainan manusia,' kata Firenze pelan-pelan. Ada jeda, lalu Parvati mengangkat tangannya lagi.

    'Tolong, sir ... kenapa para centaur yang lain membuang Anda?'

    'Karena aku setuju bekerja untuk Profesor Dumbledore,' kata Firenze. 'Mereka memandang ini sebagai pengkhianatan kaum kami.'

    Harry ingat bagaimana, hampir empat tahun yang lalu, centaur Bane berteriak kepada Firenze karena mengizinkan Harry menaiki punggungnya demi keselamatan; dia telah memanggilnya 'bagal biasa'. Dia bertanya-tanya apakah Bane yang telah menendang Firenze di dada.

    'Mari kita mulai,' kata Firenze. Dia melambaikan ekor panjangnya, mengangkat tangannya ke kanopi berdaun di atas kepala, lalu menurunkannya pelan-pelan, dan selagi dia berbuat demikian, cahaya di ruangan itu mengecil, sehingga mereka sekarang kelihatannya sedang duduk di suatu tempat terbuka di hutan dalam cahaya temaram, dan bintang-bintang bermunculan di langit-langit. Ada bunyi oooh dan helaan napas dan Ron berkata dengan jelas, 'Astaga!'

    'Berbaring di lantai,' kata Firenze dengan suara tenangnya, 'dan amati langit. Di sini tertulis, untuk mereka yang bisa melihatnya, peruntungan dari ras-ras kita.'

    Harry merentangkan badannya dan memandang ke atas ke langit-langit. Sebuah bintang merah berkelap-kelip berkedip kepadanya dari atas.

    'Aku tahu bahwa kalian telah mempelajari nama-nama planet dan bulan-bulan mereka dalam Astronomi,' kata suara tenang Firenze, 'dan bahwa kalian telah memetakan pergerakan bintang-bintang di langit. Para centaur telah menyingkap misteri pergerakan-pergerakan ini selama berabad-abad. Penemuan-penemuan kami mengajarkan kami bahwa masa depan bisa dilihat sekilas pada langit di atas kita --'

    'Profesor Trelawnney melakukan astrologi dengan kami!' kata Parvati dengan bersemangat, sambil mengangkat tangannya di depannya sehingga terulur di udara selagi dia berbaring. 'Mars menyebabkan kecelakaan dan luka bakar dan hal-hal seperti itu, dan saat dia membuat sudut pada Saturnus, seperti sekarang --' dia menarik sudut kanan di udara di atasnya '-- itu artinya orang-orang harus ekstra hati-hati sewaktu menangani benda-benda yang panas --'

    'Itu,' kata Firenze dengan tenang, 'adalah omong kosong manusia.'

    Tangan Parvati jatuh lunglai ke sampingnya.

    'Luka-luka sepele, kecelakaan-kecelakaan kecil manusia,' kata Firenze selagi kukunya berdebam di lantai berlumut itu. 'Ini tidak lebih berarti daripada pergerakan semut bagi alam semesta yang luas, dan tidak dipengaruhi oleh gerak-gerik planet.'

    'Profesor Trelawney --' mulai Parvati, dengan suara terluka dan tidak senang.

    '-- adalah seorang manusia,' kata Firenze dengan sederhana. 'Dan oleh karena itu terhalang pandangannya dan terbelenggu oleh batasan-batasan kaum kalian.'

    Harry memalingkan kepalanya sedikit untuk memandang Parvati. Dia tampak sangat tersinggung, seperti juga beberapa orang yang di sekitarnya.

    'Sybill Trelawney mungkin Melihat, aku tidak tahu,' terus Firenze, dan Harry mendengar kibasan ekornya lagi selagi dia berjalan ke sana ke mari di hadapan mereka, 'tetapi dia membuang waktunya, sebagian besar, pada omong kosong yang menyanjung diri sendiri yang manusia sebut meramal keberuntungan. Namun, aku berada di sini untuk menjelaskan kebijaksanaan para centaur, yang tidak  bersifat pribadi dan tidak memihak. Kami mengamati langit untuk mencari pasang-surutnya kejahatan atau perubahan yang terkadang tertanda di sana. Mungkin butuh waktu sepuluh tahun untuk meyakini apa yang sedang kami lihat.'

    Firenze menunjuk ke bintang merah yang tepat di atas Harry.

    'Pada dekade-dekade terdahulu, tanda-tandanya adalah bahwa kaum penyihir sedang melalui sesuatu yang tidak lebih dari ketenangan singkat di antara dua perang. Mars, pembawa peperangan, bersinar cemerlang di atas kita, memberi kesan bahwa pertarungan itu pasti akan segera pecah lagi. Seberapa cepat, para centaur mungkin berusaha meramalkan dengan membakar rempah-rempah dan daun-daun tertentu, dengan pengamatan asap dan api ...'

    Itu adalah pelajaran paling tidak biasa yang pernah dihadiri Harry. Mereka memang membakar daun sage dan mallowsweet di sana di lantai ruang kelas, dan Firenze menyuruh mereka untuk mencari bentuk-bentuk dan simbol-simbol tertentu asap yang berbau tajam itu, tetapi dia tampaknya sama sekali tidak peduli tak satupun dari mereka bisa melihat tanda-tanda yang dia lukiskan, sambil memberitahu mereka bahwa manusia hampir tidak pernah pandai dalam hal ini, bahwa butuh waktu bertahun-tahun bagi centaur untuk menjadi kompeten, dan menyelesaikan dengan memberitahu mereka bahwa, lagipula, menempatkan terlalu banyak kepercayaan pada hal-hal seperti ini bodoh, karena bahkan para centaur terkadang membacanya dengan salah. Dia tidak seperti guru manusia manapun yang pernah dimiliki Harry. Prioritasnya sepertinya bukan mengajari mereka apa yang diketahuinya, tetapi lebih pada menekankan kepada mereka bahwa tak sesuatupun, bahkan tidak juga pengetahuan para centaur, yang bebas dari kesalahan.

    ' Dia tidak pasti pada apapun, bukan?' kata Ron dengan suara rendah, selagi mereka memadamkan api mallowsweet mereka. 'Maksudku, aku bisa terima beberapa detil lagi tentang perang ini yang akan kita hadapi, bukan begitu?'

    Bel berdering tepat di luar pintu ruang kelas dan semua orang terlompat; Harry telah sepenuhnya lupa mereka masih di dalam kastil, dan sangat yakin bahwa dia benar-benar berada di Hutan. Kelas itu berbaris keluar, tampak sedikit bingung.

    Harry dan Ron baru akan mengikuti mereka ketika Firenze berseru, 'Harry Potter, tolong, sepatah kata.'

    Harry berpaling. Centaur itu maju sedikit ke arahnya. Ron bimbang.

    'Kamu boleh tinggal,' Firenze memberitahunya. 'Tapi tolong tutup pintunya.' Ron buru-buru mematuhi.

    'Harry Potter, kamu teman Hagrid, bukan?' kata si centaur.

    'Ya,' kata Harry.

    'Kalau begitu berikan peringatan dariku kepadanya. Usahanya tidak berhasil. Dia lebih baik meninggalkannya.'

    'Usahanya tidak berhasil?' Harry mengulangi dengan hampa.

    'Dan dia lebih baik meninggalkannya,' kata Firenze sambil mengangguk. 'Aku mau memperingatkan Hagrid sendiri, tetapi aku terbuang -- tidak bijaksana bagiku pergi terlalu dekat Hutan sekarang -- Hagrid sudah punya cukup masalah, tanpa pertarungan centaur.'

    'Tapi -- apa yang sedang Hagrid coba lakukan?' kata Harry dengan gugup.

    Firenze mengamati Harry dengan tenang.

    'Hagrid baru-baru ini berjasa besar kepadaku,' kata Firenze, 'dan dia telah mendapatkan rasa hormatku sejak lama karena kepedulian yang diperlihatkannya kepada semua makhluk hidup. Aku tidak akan membocorkan rahasianya. Tetapi dia harus disadarkan. Usahanya tidak berhasil. Beritahu dia, Harry Potter. Selamat siang untukmu.'

*

Kebahagiaan yang telah dirasakan Harry akibat wawancara The Quibbler itu telah lama menguap. Sementara Maret yang membosankan mengabur menjadi April yang berangin kencang, hidupnya sepertinya telah menjadi serangkaian kekuatiran dan masalah lagi.

    Umbridge terus menghadiri pelajaran-pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib, sehingga sangat sulit untuk menghantarkan peringatan Firenze kepada Hagrid. Akhirnya, Harry berhasil dengan berpura-pura dia kehilangan salinan Hewan-Hewan Menakjubkan dan Di Mana Menemukan Mereka, dan kembali lagi sehabis kelas suatu hari. Ketika dia mengulangi kata-kata Firenze, Hagrid menatapnya sejenak melalui matanya yang menggembung dan menghitam, tampaknya terpana. Lalu dia tampak menguasai diri.

    'Pria baik, Firenze,' dia berkata dengan kasar, 'tapi dia tak tahu apa yang sedang dibicarakannya tentang ini. Usahanya baik-baik saja.'

    'Hagrid, apa yang sedang kau rencanakan?' tanya Harry dengan serius. 'Karena kau harus berhati-hati, Umbridge sudah memecat Trelawney dan, kalau kau tanya aku, dia akan jalan terus. Kalau kau melakukan apapun yang seharusnya tidak kau lakukan, kau akan --'

    'Ada hal-hal yang lebih penting daripada pertahankan pekerjaan,' kata Hagrid, walaupun tangannya bergetar sedikit ketika dia mengatakan ini dan sebaskom penuh kotoran Knarl jatuh ke lantai. 'Jangan kuatir tentang aku, Harry, pergi saja sekarang, begitu anak yang baik.'

    Harry tidak punya pilihan kecuali meninggalkan Hagrid menyapu kotoran di lantainya, tetapi dia merasa sangat putus asa ketika dia berjalan kembali ke kastil dengan susah payah.

    Sementara itu, seperti yang terus-menerus diingatkan semua guru dan Hermione, OWl semakin mendekat. Semua anak kelas lima menderita stres sampai tingkat tertentu, tetapi Hannah Abbot menjadi yang pertama yang menerima Minuman Penenang dari Madam Pomfrey setelah dia mendadak menangis selama Herbologi dan tersedu-sedu bahwa dia terlalu bodoh untuk ikut ujian dan mau meninggalkan sekolah sekarang.

    Kalau bukan karena pelajaran-pelajaran DA, Harry berpikir dia pasti akan sangat tidak bahagia. Dia kadang-kadang merasa dia hidup demi jam-jam yang dihabiskannya di Ruang Kebutuhkan, bekerja keras tetapi sepenuhnya bersenang-senang pada saat yang sama, menggembung dengan rasa bangga ketika dia memandang berkeliling kepada teman-teman anggota DAnya dan melihat seberapa jauh mereka telah berhasil. Memang, Harry terkadang bertanya-tanya bagaimana Umbridge akan bereaksi saat semua anggota DA menerima 'Outstanding' dalam OWL Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam mereka.

    Mereka akhirnya mulai melakukan Patronus, yang sangat ingin dilatih semua orang, walaupun, seperti yang terus diingatkan Harry pada mereka, menghasilkan Patronus di tengah ruang kelas yang terang benderang saat mereka tidak berada di bawah ancaman berbeda dari menghasilkannya ketika berhadapan dengan sesuatu seperti Dementor.

    'Oh, jangan merusak kesenangan,' kata Cho dengan ceria, sambil mengamati Patronusnya yang berbentuk angsa keperakan membumbung di sekeliling Ruang Kebutuhan selama pelajaran terakhir mereka sebelum Paskah. 'Mereka begitu cantik!'

    'Mereka tidak seharusnya cantik, mereka seharusnya melindungimu,' kata Harry dengan sabar. 'Apa yang benar-benar kita butuhkan adalah Boggart atau sesuatu; begitulah caraku belajar, aku harus menyihir Patronus sementara Boggart itu berpura-pura menjadi Dementoe --'

    'Tapi itu akan benar-benar menakutkan!' kata Lavender, yang sedang menembakkan kepulan asap keperakan dari ujung tongkatnya. 'Dan aku masih -- tidak bisa -- melakukannya!' dia menambahkan dengan marah.

    Neville juga mengalami kesulitan. Wajahnya tegang karena konsentrasi, tetapi hanya gumpalan asap keperakan yang lemah yang keluar dari ujung tongkatnya.

    'Kau harus memikirkan sesuatu yang menyenangkan,' Harry mengingatkannya.

    'Aku sedang mencoba,' kata Neville dengan sengsara, yang sedang berusaha demikian keras sehingga wajahnya yang bundar bahkan berkilat karena keringat.

    'Harry, kukira aku bisa!' teriak Seamus, yang telah dibawa ke pertemuan DA pertamanya oleh Dean. 'Lihat -- ah -- sudah hilang ... tapi itu jelas sesuatu yang berbulu, Harry!'

    Patronus Hermione, berang-berang perak berkilau, sedang melompat-lompat di sekelilingnya.

    'Mereka agak bagus, bukan?' dia berkata sambil memandanginya dengan sayang.

    Pintu Ruang Kebutuhan membuka, dan menutup. Harry berpaling untuk melihat siapa yang masuk, tetapi tampaknya tidak ada siapapun di sana. Beberapa saat kemudian barulah dia sadar bahwa orang-orang di dekat pintu telah terdiam. Hal berikutnya yang dia tahu, sesuatu sedang menyentak jubahnya di suatu tempat dekat lutut. Dia memandang ke bawah dan melihat, yang membuatnya sangat heran, Dobby si per-rumah sedang memandangnya dari bawah delapan topi wolnya yang biasa.

    'Hai, Dobby!' dia berkata. 'Apa yang sedang -- Ada apa?'

    Mata peri itu melebar karena ngeri dan dia sedang gemetaran. Para anggota DA yang terdekat dengan Harry telah terdiam; semua orang di ruangan itu sedang mengawasi Dobby. Beberapa Patronus yang telah berhasil disihir orang-orang mengabur menjadi kabut perak, meninggalkan ruangan itu terlihat lebih gelap daripada sebelumnya.

    'Harry Potter, sir ...' cicit peri itu, gemetaran dari kepala ke kaki, 'Harry Potter, sir ... Dobby telah datang untuk memperingatkan Anda ... tetapi para peri-rumah sudah diperingatkan jangan memberitahu ...'

    Dia berlari dengan kepala duluan ke dinding. Harry, yang telah mengalami beberapa kebiasaan Dobby menghukum diri sendiri, bergerak meraihnya, tetapi Dobby hanya memantul dari batu, tertahan oleh delapan topinya. Hermione dan beberapa anak perempuan lain mengeluarkan pekik ketakutan dan simpati.

    'Apa yang terjadi, Dobby?' Harry bertanya sambil meraih lengan kecil peri itu dan memegangnya menjauh dari apapun yang mungkin dicarinya untuk melukai dirinya sendiri.

    'Harry Potter ... wanita itu ... wanita itu ...'

    Dobby memukul dirinya sendiri keras-keras di hidung dengan kepalan tangannya yang bebas. Harry meraih itu juga.

    'Siapa "wanita itu?', Dobby?'

    Tetapi dia berpikir dia tahu; tentu hanya ada satu "wanita" yang bisa mengakibatkan ketakutan seperti itu pada Dobby? Peri itu memandangnya, agak juling, dan menggerakkan mulutnya tanpa suara.

    'Umbridge?' tanya Harry, terkejut.

    Dobby mengangguk, lalu mencoba menghantamkan kepalanya ke lutut Harry. Harry memegang dengan jarak selengan.

    'Kenapa dengan dia? Dobby -- dia belum tahu tentang ini -- tentang kkami -- tentang DA?'

    Dia membaca jawabannya di wajah panik peri itu. Tangannya dipegang erat-erat oleh Harry, peri itu mencoba menendang dirinya sendiri dan jatuh ke lantai.

    'Apakah dia akan datang?' Harry bertanya pelan.

    Dobby mengeluarkan lolongan, dan mulai menghantamkan kakinya yang telanjang keras-keras ke lantai.

    'Ya, Harry Potter, ya!'

    Harry meluruskan diri dan memandang berkeliling kepada orang-orang yang tidak bergerak dan ketakutan yang sedang memandangi peri yang memberontak itu.

    'APA  YANG  SEDANG  KALIAN  TUNGGU?' Harry berteriak. 'LARI!'

    Mereka semua berlari menuju pintu keluar seketika, membentuk kerumunan di pintu, lalu orang-orang lewat dengan cepat. Harry bisa mendengar mereka berlari cepat menyusuri koridor-koridor dan berharap mereka cukup sadar untuk tidak mencoba pergi sepanjang jalan ke asrama mereka. Waktu itu baru pukul sembilan kurang sepuluh; kalau saja mereka mengungsi ke perpustakaan atau Kandang Burung Hantu, yang keduanya lebih dekat --

    'Harry, ayolah!' jerit Hermione dari tengah kumpulan orang yang sekarang sedang berjuang keluar.

    Dia menarik Dobby, yang masih mencoba membuat dirinya sendiri luka parah, dan lari bersama peri itu di lengannya untuk bergabung ke bagian belakang antrian.

    'Dobby -- ini perintah -- turun kembali ke dapur bersama para peri lain dan, kalau dia bertanya kepadamu apakah kau memperingatkan aku, bohong dan bilang tidak!' kata Harry. 'Dan kularang kau melukai dirimu sendiri!' dia menambahkan sambil menjatuhkan peri itu ketika dia akhirnya sampai di ambang pintu dan membanting pintu di belakangnya. 

    'Terima kasih, Harry Potter!' cicit Dobby, dan dia berlari pergi. Harry memandang sekilas ke kiri dan ke kanan, yang lainnya semua sedang bergerak begitu cepat sehingga dia hanya melihat kilasan-kilasan tumit yang berlarian di kedua ujung koridor itu sebelum mereka menghilang; dia mulai berlari ke kanan; ada kamar mandi anak laki-laki di depan, dia bisa berpura-pura dia ada di sana sepanjang waktu kalau saja dia bisa mencapainya --

    'AAARGH!'

    Sesuatu mengenainya di sekitar mata kaki dan dia jatuh dengan menakjubkan, tergelincir sejauh enam kaki sebelum berhenti. Seseorang di belakangnya sedang tertawa. Dia berguling dan melihat Malfoy tersembunyi di sebuah relung di bawah vas jelek berbentuk naga.

    'Kutukan Menjegal, Potter!' dia berkata. 'Hei Profesor -- PROFESOR! Aku dapat satu!'

    Umbridge datang terburu-buru mengitari sudut yang jauh, terangah-engah tetapi tersenyum senang.

    'Itu dia!' dia berkata kegirangan ketika melihat Harry di atas lantai. 'Bagus sekali, Draco, bagus sekali, oh, sangat bagus -- lima puluh poin untuk Slytherin! Aku akan membawanya dari sini ... berdiri, Potter!'

    Harry bangkit, sambil melotot kepada mereka berdua. Dia belum pernah melihat Umbridge tampak begitu senang. Umbridge meraih lengannya dengan genggaman seperti catok dan berpaling, sambil tersenyum lebar, kepada Malfoy.

    'Kau pergilah dan lihat apakah kau bisa mengumpulkan lebih banyak lagi dari mereka, Draco,' dia berkata. 'Beritahu yang lain untuk mencari di perpustakaan -- siapapun yang kehabisan napas -- perikssa kamar mandi, Miss Parkinson bisa memeriksa kamar mandi anak perempuan  -- pergilah -- dan kau,' dia menambahkan dengan suaranya yang paling lembut, paling berbahaya, ketika Malfoy berjalan pergi, 'kau bisa ikut bersamaku ke kantor Kepala Sekolah, Potter.'

    Mereka sampai ke gargoyle batu itu dalam beberapa menit. Harry bertanya-tanya berapa banyak lagi yang telah tertangkap. Dia memikirkan Ron -- Mrs Weasley akan membunuhnya -- dan bagaimana perasaan Hermione kalau dia dikeluarkan sebelum dia bisa mengambil OWLnya. Dan itu pertemuan pertama Neville ... dan Neville sudah semakin bagus ...

    'Kumbang Berdesing,' nyanyi Umbridge; gargoyle batu itu melompat ke samping, tembok di belakangnya terbelah membuka, dan mereka menaiki tangga batu bergerak. Mereka sampai di pintu terpelitur dengan pengetuk pintu griffin, tetapi Umbridge tidak repot-repot mengetuk, dia berjalan langsung ke dalam, masih memegang Harry erat-erat.

    Kantor itu penuh orang. Dumbledore sedang duduk di balik meja tulisnya, ekspresinya tenang, ujung jari-jarinya yang panjang bersatu. Profesor McGonagall berdiri kaku di sampingnya, wajahnya sangat tegang. Cornelius Fudge, Menteri Sihir, sedang berayun-ayun ke depan dan ke belakang pada jari kakinya di samping api, tampaknya sangat senang dengan keadaan itu; Kingsley Shacklebolt dan seorang penyihir pria yang tampak kuat dengan rambut liat sangat pendek yang tidak dikenali Harry, ditempatkan pada kedua sisi pintu seperti pengawal, dan bentuk berkacamata dan berbintik-bintik Percy Weasley menunggu dengan bersemangat di samping tembok, sebuah pena bulu dan segulung perkamen berat di tangannya, tampaknya siap sedia untuk mencatat.

    Potret-potret para kepala sekolah pria dan wanita yang lama tidak pura-pura tidur malam ini. Mereka semua waspada dan serius, mengamati apa yang sedang terjadi di bawah mereka. Ketika Harry masuk, beberapa melintas ke bingkai tetangganya dan berbisik penting ke telinga tetangganya.

    Harry membebaskan dirinya dari cengkeraman Umbridge ketika pintu terayun menutup di belakang mereka. Cornelius Fudge sedang melotot kepadanya dengan semacam kepuasan keji di wajahnya.

    'Well,' dia berkata. 'Well, well, well ...'

    Harry menjawab dengan pandangan tidak suka terhebat yang bisa dikerahkannya. Jantungnya berdebar gila-gilaan di dalam tubuhnya, tetapi otaknya anehnya tenang dan jernih.

    'Dia sedang menuju kembali ke Menara Gryffindor,' kata Umbridge. Ada semangat tidak pantas dalam suaranya, rasa senang tak berperasaan seperti yang Harry dengar selagi dia menyaksikan Profesor Trelawney luruh akibat penderitaan di Aula Depan. 'Bocah Malfoy itu menyudutkannya.'

    'Benarkah?' kata Fudge penuh penghargaan. 'Aku harus ingat untuk memberitahu Lucius. Well, Potter ... kuduga kau tahu kenapa kau ada di sini?'

    Harry benar-benar bermaksud untuk menanggapi dengan sebuah 'ya' menantang; mulutnya sudah terbuka dan kata itu setengah terbentuk ketika dia melihat wajah Dumbledore. Dumbledore tidak sedang memandang langsung kepada Harry -- matanya terpaku ke sebuah titik tepat melewati bahunya -- tetapi selagi Harry menatapnya, dia menggelengkan kepalanya sepersekian inci ke tiap sisi.

    Harry berganti arah di tengah kata.

    'Ye--tidak.'

    'Maaf?' kata Fudge.

    'Tidak,' kata Harry dengan tegas.

    'Kau tidak tahu kenapa kau ada di sini?'

    'Tidak,' kata Harry.

    Fudge memandang dengan ragu dari Harry ke Profesor Umbridge. Harry mengambil kesempatan dari ketidak perhatiannya sementara itu untuk mencuri pandang lagi cepat-cepat kepada Dumbledore, yang memberi karpet anggukan terkecil dan sedikit kedipan.

    'Jadi kau tidak punya gagasan,' kata Fudge, dengan suara yang jelas sarat dengan sindiran, 'kenapa Profesor Umbridge membawamu ke kantor ini? Kau tidak sadar bahwa kau telah melanggar peraturan sekolah?'

    'Peraturan sekolah?' kata Harry. 'Tidak.'

    'Atau Dekrit Kementerian?' ganti Fudge dengan marah.

    'Tidak setahuku,' kata Harry dengan lunak.

    Jantungnya masih berdebar sangat cepat. Hampir cukup berharga menceritakan kebohongan-kebohongan ini untuk menyaksikan tekanan darah Fudge meningkat, tetapi dia tidak bisa melihat bagaimana dia akan lolos; kalai seseorang telah mengisiki Umbridge tentang DA dengan begitu dia, si pemimpin, sama saja mengepaki kopernya sekarang juga.

    'Jadi, merupakan kabar baru bagimu, bukan,' kata Fudge, suaranya sekarang penuh amarah, 'bahwa sebuah organisasi murid yang ilegal telah ditemukan di dalam sekolah ini?'

    'Ya, benar,' kata Harry, sambil menampilkan tampang terkejut tak bersalah yang tidak meyakinkan di wajahnya.

    'Kukira, Menteri,' kata Umbridge dengan licin dari sampingnya, 'kita akan membuat kemajuan yang lebih baik kalau aku menjemput informan kita.'

    'Ya, ya, lakukanlah,' kata Fudge sambil mengangguk, dan dia memandang dengan dengki kepada Dumbledore ketika Umbridge meninggalkan ruangan itu. 'Tak ada yang melebihi seorang saksi yang bagus, bukan, Dumbledore?'

    'Tidak sama sekali, Cornelius,' kata Dumbledore dengan murung, sambil mencondongkan kepalanya.

    Ada penantian beberapa menit, sementara tak seorangpun saling memandang, lalu Harry mendengar pintu membuka di belakangnya. Umbridge bergerak melewatinya ke dalam ruangan, sambil memegang bahu teman Cho yang berambut keriting, Marietta, yang sedang menyembunyikan wajahnya dengan tangannya.

    'Jangan takut, sayang, jangan takut,' kata Profesor Umbridge dengan lembut sambil menepuk punggungnya, 'tidak apa-apa sekarang. Kau sudah melakukan hal yang benar. Menteri sangat senang kepadamu. Dia akan memberitahu ibumu betapa anak yang baik kau ini.'

    'Ibu Marietta, Menteri,' dia menambahkan sambil memandang Fudge, 'adalah Madam Edgecombe dari Departemen Transportasi Sihir, kantor Jaringan Floo -- dia telah membantu kami mengawasi api-api Hogwarts, Anda tahu.'

    'Sangat bagus! Sangat bagus!'  kata Fudge sepenuh hati. 'Anak seperti ibunya, eh? Well, ayolah sekarang, sayang, lihat ke atas, jangan malu, ayo dengar apa yang kau -- gargoyle berderap!'

    Ketika Marietta mengangkat kepalanya, Fudge melompat mundur karena terguncang, hampir mendarat di api. Dia mengutuk, dan menginjak tepi jubahnya yang mulia berasap. Marietta meratap dan menarik leher jubahnya hingga ke matanya, tetapi tidak sebelum semua orang melihat bahwa wajahnya menjadi jelek mengerikan karena serangkaian bisul ungu yang letaknya berdekatan yang telah membentang melewati hidung dan pipinya untuk membentuk kata 'PENGADU'.

    'Jangan pedulikan bintik-bintik itu sekarang, sayang,' kata Umbridge tidak sabaran, 'jauhkan saja jubahmu dari mulutmu dan beritahu Menteri --'

    Tapi Marietta mengeluarkan ratapan teredam lagi dan menggelengkan kepalanya dengan hebat.

    'Oh, baiklah, kau gadis bodoh, aku yang akan memberitahunya,' sambar Umbridge. Dia memasang senyum memuakkannya kembali ke wajahnya dan berkata, 'Well, Menteri, Miss Edgecombe di sini datang ke kantorku tidak lama setelah makan malam pada malam ini dan memberitahuku dia punya sesuatu untuk diberitahukan kepadaku. Dia berkata bahwa kalau aku pergi ke sebuah ruangan rahasia di lantai ketujuh, yang kadang-kadang dikenal sebagai Ruang Kebutuhan, aku akan menemukan sesuatu yang menguntungkanku. Aku menanyainya sedikit lebih lanjut dan dia mengakui bahwa ada semacam pertemuan di sana.Sayangnya, pada titik ini guna-guna ini,' dia melambai dengan tidak sabar ke wajah Marietta yang tersembunyi, 'bekerja dan ketika melihat wajahnya di cerminku anak perempuan ini menjadi terlalu tertekan untuk memberitahuku lebih banyak lagi.'

    'Well, sekarang,' kata Fudge sambil menatap Marietta dengan apa yang jelas dibayangkannya tampang baik hati dan kebapakan, 'kamu sangat berani, sauang, datang memberitahu Profesor Umbridge. 'Kau melakukan hal yang tepat. 'Sekarang, maukah kau memberitahuku apa yang terjadi pada pertemuan ini? Apa tujuannya? Siapa yang ada di sana?'

    Tetapi Marietta tidak mau berbicara; dia hanya menggelengkan kepalanya lagi, matanya terbelalak dan ketakutan.

    'Tidakkah kita punya kontra-kutukan untuk ini?' Fudge bertanya kepada Umbridge dengan tidak sabar, sambil memberi isyarat ke wajah Marietta. 'Sehingga dia bisa berbicara dengan bebas?'

    'Saya belum berhasil menemukannya,' Umbridge mengakui sambil enggan, dan Harry merasakan gelombang rasa bangga atas kemampuan mengutuk Hermione. 'Tapi tidak masalah kalau dia tidak mau berbicara, aku bisa mengambil alih ceritanya dari sini.'

    'Anda akan ingat, Menteri, bahwa saya mengirimkan sebuah laporan kepada Anda di bulan Oktober bahwa Potter telah bertemu dengan sejumlah teman sekolahnya di Hog's Head di Hogsmeade --'

    'Dan bukti apa yang kau punya tentang itu?' sela Profesor McGonagall.

    'Aku punya kesaksian dari Willy Widdershins, Minerva, yang kebetulan berada di bar itu pada saat itu. Dia memakai perban tebal, memang benar, tetapi pendengarannya tidak terganggu,' kata Umbridge puas diri. 'Dia mendengar setiap patah kata yang diucapkan Potter dan bergegas langsung ke sekolah untuk melapor kepadaku --'

    'Oh, jadi itulah sebabnya dia tidak diadili karena menyebabkan semua toilet muntah itu!' kata Profesor McGonagall sambil mengangkat alisnya. 'Pemahaman yang amat menarik ke dalam sistem keadilan kita!'

    'Korupsi terang-terangan!' raung potret penyihir pria gemuk berhidung merah di tembok di belakang meja tulis Dumbledore. 'Kementerian tidak membuat kesepakatan dengan kriminal kelas teri di masaku, tidak tuan, tidak!'

    'Terima kasih, Fortescue, itu sudah cukup,' kata Dumbledore dengan lembut.

    'Tujuan pertemuan Potter dengan murid-murid ini,' lanjut Profesor Umbridge, 'adalah untuk membujuk mereka bergabung dengan sebuah perkumpulan ilegal, yang sasarannya adalah untuk mempelajari mantera-mantera dan kutukan-kutukan yang telah Kementerian putuskan tidak pantas untuk usia sekolah --'

    'Kukira kau akan mendapati bahwa kau salah di sana, Dolores,' kata Dumbledore pelan, sambil memandangnya melewati kacamata setengah bulannya yang bertengger di tengah hidungnya yang bengkok.

    Harry menatapnya. Dia tidak mengerti bagaimana Dumbledore akan meloloskannya dari yang satu ini; kalau Willy Widdershins memang mendengar setiap patah kata yang diucapkannya di Hog's Head tidak ada cara untuk berkelit.

    'Oho!' kata Fudge sambil berayun-ayun pada bola kakinya lagi. 'Ya, ayo dengar cerita omong kosong terakhir yang diciptakan untuk menarik Potter keluar dari masalah! Teruskan, kalau begitu, Dumbledore, teruskan -- Willy Widdershins berbohong, bukan? Atau kembar identik Potter yang berada di Hog's Head hari itu? Atau ada penjelasan sederhana yang biasa yang melibatkan pengembalian waktu, orang mati yang kembali hidup dan sejumlah Dementor tidak tampak?'

    Percy Weasley tertawa sepenuh hati.

    'Oh, sangat bagus, Menteri, sangat bagus!'

    Harry bisa saja menendangnya. Lalu dia melihat, yang membuatnya heran, bahwa Dumbledore juga sedang tersenyum lembut.

    'Cornelius, aku tidak membantah -- dan begitu juga, aku yakin, Harry -- bahwa dia berada di Hog's Head pada hari itu, atau bahwa dia sedang mencoba merekrut murid-murid ke perkumpulan Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Aku hanya menunjukkan bahwa Dolores salah dalam mengesankan bahwa perkumpulan seperti itu, pada saat itu, ilegal. Kalau Anda ingat, Dekrit Kementerian yang melarang semua perkumpulan murid-murid tidak berlaku sampai dua hari setelah pertemuan Hogsmeade Harry, jadi dia tidak melanggar peraturan apapun sama sekali di Hog's Head.'

    Percy terlihat seolah-olah dia telah terhantam di wajah oleh sesuatu yang berat. Fudge tetap tak bergerak di tengah ayunannya, mulutnya terbuka.

    Umbridge pulih terlebih dahulu.

    'Itu semua sangat bagus, Kepala Sekolah,' dia berkata sambil tersenyum manis, 'tetapi kita semua sekarang hampir enam bulan dari saat pengenalan Dekrit Pendidikan Nomor Dua Puluh Empat. Kalau pertemuan pertama tidak ilegal, semua yang terjadi sejak itu pasti ilegal.'

    'Well,' kata Dumbledore sambil mengamatinya dengan ketertarikan sopan lewat puncak jari-jarinya yang saling bertaut, 'tentu saja akan begitu, kalau mereka memang meneruskan setelah Dekrit itu berlaku. Apakah Anda punya bukti apapun bahwa pertemuan semacam ini berlanjut?'

    Ketika Dumbledore berbicara, Harry mendengar bunyi gemerisik di belakangnya dan mengira Kingsley membisikkan sesuatu. Dia juga bisa bersumpah bahwa dia merasakan sesuatu bersentuhan dengan sisi tubuhnya, sesuatu yang lembut seperti aliran udara atau sayap burung, tetapi ketika memandang ke bawah dia tidak melihat apapun di sana.

    'Bukti?' ulang Umbridge, dengan senyum mirip katak yang mengerikan itu. 'Tidakkah Anda mendengarkan, Dumbledore? Menurutmu kenapa Miss Edgecombe ada di sini?'

    'Oh, bisakah dia memberitahu kita tentang pertemuan selama enam bulan?' kata Dumbledore sambil mengangkat kepalanya. 'Aku mendapat kesan bahwa dia hanya melaporkan sebuah pertemuan malam ini.'

    'Miss Edgecombe,' kata Umbridge seketika,' beritahu kami berapa lama pertemuan-pertemuan ini telah berlangsung, sayang. Kau bisa hanya mengangguk atau menggelengkan kepalamu. Aku yakin itu tidak akan membuat bintik-bintiknya semakin parah. Apakah sudah berlangsung secara teratur selama enam bulan terakhir ini?'

    Harry merasakan jungkir balik yang mengerikan di perutnya. Ini dia, mereka sudah mengenai bukti tak terbantah yang tidak akan bisa dikesampingkan bahkan oleh Dumbledore.

    'Anggukkan atau gelengkan kepalamu saja, sayang,' Umbridge berkata membujuk kepada Marietta, 'ayolah, sekarang, itu tidak akan mengaktifkan kembali kutukannya.'

    Semua orang di ruangan itu sedang memandangi bagian atas wajah Marietta. Hanya matanya yang tampak dari antara jubah yang ditarik ke atas dan poninya yang keriting. Mungkin tipuan cahaya api, tapi matanya anehnya terlihat hampa. Dan kemudian -- yang membuat Harry benar-benar heran -- Marietta menggelengkan kepalanya.

    Umbridge memandang cepat-cepat kepada Fudge, lalu kembali kepada Marietta.

    'Kukira kau tidak mengerti pertanyaannya, bukan, sayang? Aku bertanya apakah kau telah menghadiri pertemuan-pertemuanini selama enam bulan terakhir ini? Benar, bukan?'

    Lagi-lagi, Marietta menggelengkan kepalanya.

    'Apa maksudmu dengan menggelengkan kepalamu, sayang?' kata Umbridge dengan suara marah.

    'Aku akan berpikir maksudnya sangat jelas,' kata Profesor McGonagall dengan kasar, 'tidak ada pertemuan rahasia selama enam bulan terakhir ini. Apakah itu benar, Miss Edgecombe?'

    Marietta mengangguk.

    'Tapi ada pertemuan malam ini!' kata Umbridge dengan marah. 'Ada pertemua, Miss Edgecombe, kau memberitahuku mengenainya, di Ruang Kebutuhkan! Dan Potter adalah pemimpinnya, bukan, Potter mengaturnya, Potter -- kenapa kau menggelengkan kepalamu, nak?'

    'Well, biasanya kalau seseorang menggelengkan kepala mereka,' kata McGonagall dengan dingin, 'itu artinya "tidak". Jadi kecuali Miss Edgecombe sedang menggunakan semacam bahasa isyarat yang belum dikenal manusia --'

    Profesor Umbridge meraih Marietta, menariknya untuk menghadapinya dan mulai mengguncangkannya dengan sangat keras. Sepersekian detik kemudian Dumbledore bangkit, tongkatnya terangkat; Kingsley bergerak maju dan Umbridge melompat mundur dari Marietta, sambil melambaikan tangannya di udara seolah-olah terbakar.

    'Aku tidak bisa mengizinkanmu menganiaya murid-muridku, Dolores,' kata Dumbledore dan, untuk pertama kalinya, dia tampak marah.

    'Anda harus menenangkan diri Anda, Madam Umbridge,' kata Kingsley dengan suaranya yang dalam dan lambat-lambat. 'Anda tidak mau kena masalah sekarang.'

    'Tidak,' kata Umbridge terengah-engah, sambil memandang ke atas ke figur menjulang Kingsley. 'Maksudku, ya -- kau benar, Shacklebolt -- aku -- aku lupa diri.'

    Marietta sedang berdiri tepat di mana Umbridge melepaskannya. Dia tampak tidak bingung oleh serangan mendadak Umbridge, ataupun lega karena dilepaskan; dia masih mencengkeram jubahnya hingga ke matanya yang anehnya hampa dan sedang menatap tepat di hadapannya.

    Suatu kecurigaan mendadak, yang dihubungkan dengan bisikan Kingsley dan benda yang dirasakannya melewatinya, timbul di pikiran Harry.

    'Dolores,' kata Fudge, dengan suasana mencoba membereskan sesuatu untuk seterusnya, 'pertemuan malam ini -- yang kita tahu jelas-jelas terjadi --'

    'Ya,' kata Umbridge sambil menguasai dirinya, 'ya ... well, Miss Edgecombe mengisikiku dan aku maju seketika ke lantai tujuh, ditemani oleh murid-murid tepercaya tertentu, untuk menangkap basah mereka yang berada di pertemuan itu. Namun, kelihatannya mereka sudah diberitahu terlebih dahulu akan kedatanganku, karena ketika kami mencapai lantai tujuh mereka sedang berlarian ke segala arah. Namun, tidak masalah. Aku punya semua nama mereka di sini, Miss Parkinson berlari ke Ruang Kebutuhan untuk melihat apakah mereka meninggalkan sesuatu. Kami perlu bukti dan ruangan itu menyediakan.'

    Dan yang membuat Harry ngeri, dia menarik keluar dari kantongnya daftar nama-nama yang dipasang di dinding Ruang Kebutuhan dan menyerahkannya kepada Fudge.

    'Saat aku melihat nama Potter di daftar itu, aku tahu apa yang sedang kita hadapi,' dia berkata dengan lembut.

    'Bagus sekali,' kata Fudge, senyum membentang di wajahnya, 'bagus sekali, Dolores. Dan ... sambar geledek ...'

    Dia memandang Dumbledore, yang masih berdiri di samping Marietta, tongkatnya terpegang kendur di tangannya.

    'Lihat dengan apa mereka namai diri mereka?' kata Fudge pelan. 'Dumbledore's Army.'

    Dumbledore mengulurkan tangan dan mengambil potongan perkamen itu dari Fudge. Dia memandang judul yang ditulis oleh Hermione berbulan-bulan sebelumnya dan sejenak tampak tidak mampu berbicara. Lalu sambil memandang ke atas, dia tersenyum.

    'Well, permainan sudah usai,' dia berkata dengan sederhana. 'Apakah kamu mau pengakuan tertulis dariku, Cornelius -- atau apakah sebuah pernyataan di depan saksi-saksi ini sudah memadai?'

    Harry melihat McGonagall dan Kingsley saling berpandangan. Ada ketakutan di wajah keduanya. Dia tidka mengerti apa yang sedang terjadi, dan tampaknya Fudge juga begitu.

    'Pernyataan?' kata Fudge lambat-lambat. 'Apa -- aku tidak --?'

    'Dumbledore's Army -- Tentara Dumbledore,  Cornelius,' kata Dumbledore, masih tersenyum sementara dia melambaikan daftar nama-nama itu di depan wajah Fudge. 'Bukan Tentara Potter. Tentara Dumbledore.'

    'Tapi -- tapi --'

    Pemahaman berkobar mendadak di wajah Fudge. Dia mundur selangkah dengan ngeri, menjerit, dan melompat keluar dari api lagi.

    'Kamu?' dia berbisik, menginjak jubahnya yang menyala lagi.

    'Itu benar,' kata Dumbledore dengan menyenangkan.

    'Kau mengatur ini?'

    'Memang,' kata Dumbledore.

    'Kau merekrut murid-murid ini untuk -- untuk jadi tentaramu?'

    'Malam ini seharusnya menjadi pertemuan pertama,' kata Dumbledore sambil mengangguk. 'Hanya untuk melihat apakah mereka akan tertarik bergabung denganku. Aku lihat sekarang bahwa merupakan suatu kesalahan mengundang Miss Edgecombe, tentu saja.'

    Marietta mengangguk. Fudge memandang darinya ke Dumbledore, dadanya menggembung.

    'Kalau begitu kau memang membuat rencana melawanku!' dia berteriak.

    'Itu benar,' kata Dumbledore dengan ceria.

    'TIDAK!' teriak Harry.

    Kingsley memberinya pandangan memperingatkan sekilas, McGonagall membelalakkan matanya mengancam, tetapi mendadak Harry sadar apa yang akan dilakukan Dumbledore, dan dia tidak bisa membiarkannya terjadi.

    'Tidak -- Profesor Dumbledore --!'

    'Diamlah, Harry, atau aku takut kau harus meninggalkan kantorku,' kata Dumbledore dengan tenang.

    'Ya, diam, Potter!' bentak Fudge, yang masih melotot kepada Dumbledore dengan semacam kesenangan yang mengerikan. 'Well, well, well -- aku datang ke sini malam ini berharap untuk mengeluarkan Potter dan alih-alih --'

    'Alih-alih kau biisa menangkapku,' kata Dumbledore sambil tersenyum. 'Seperti kehilangan satu Knut dan menemukan sebuah Galleon, bukan?'

    'Weasley!' teriak Fudge, sekarang nyata-nyata gemetar karena senang, 'Weasley, sudahkah kau menuliskannya semua, semua yang dikatakannya, pengakuannya, sudah kau dapatkan?'

    'Ya, sir, kukira begitu, sir!' kata Percy dengan bersemangat, yang hidungnya terkena muncratan tinta dari kecepatan mencatatnya.

    'Bagian mengenai bagaimana dia mencoba membangun tentara melawan Kementerian, bagaimana dia bekerja untuk menggoyahkanku?'

    'Ya, sir, aku sudah dapat, ya!' kata Percy, sambil memeriksa catatannya dengan gembira.

    'Sangat bagus, kalau begitu,' kata Fudge, sekarang berseri-seri karena senang, 'perbanyak catatanmu, Weasley, dan kirimkan sebuah salinan ke Daily Prophet seketika. Kalau kita mengirim seekor burung hantu cepat kita seharusnya bisa masuk edisi pagi!' Percy berlari dari ruangan ke ruangan, membanting pintu di belakangnya, dan Fudge berpaling kembali kepada Dumbledore. 'Anda sekarang akan dikawal kembali ke Kementerian, di mana Anda akan dituntut secara formal, lalu dikirim ke Azkaban untuk menanti persidangan!'

    'Ah,' kata Dumbledore dengan lembut, 'ya. Ya, kukira kita mungkin mengenai rintangan kecil itu.

    'Rintangan?' kata Fudge, suaranya masih bergetar dengan kegembiraan. 'Aku tidak melihat ada rintangan, Dumbledore!'

    'Well,' kata Dumbledore dengan nada minta maaf, 'aku takut aku melihatnya.'

    'Oh, benarkah?'

    'Well -- hanya saja kau tampaknya bekerja di bawwah khayalan bahwa aku akan -- apa ungkapannya? -- ikut dengan tenang. Aku takut aku tidak akan ikut dengan tenang sama sekali, Cornelius. Aku sama sekali tidak punya niat dikirim ke Azkaban. Aku bisa meloloskan diri, tentu saja -- tapi betapa itu pemborosan waktu, dan terus terang, aku bisa memikirkan segudang hal yang lebih suka kulakukan.'

    Wajah Umbridge menjadi semakin memerah; dia terlihat seolah-olah sedang dipenuhi air mendidih. Fudge menatap Dumbledore dengan ekspresi sangat tolol di wajahnya, seolah-olah dia baru saja dibuat tertegun oleh hantaman tiba-tiba dan tidak mempercayai itu terjadi. Dia mengeluarkan suara tercekik kecil, lalu memandang berkeliling kepada Kingsley dan lelaki berambut pendek kelabu itu, yang satu-satunya dari semua orang di ruangan itu yang tetap diam sampai sejauh ini. Yang terakhir memberi Fudge anggukan meyakinkan dan bergerak maju sedikit, menjauh dari dinding. Harry melihat tangannya bergerak, hampir sepintas lalu, menuju kantongnya.

    'Jangan bodoh, Dawlish,' kata Dumbledore dengan baik hati. 'Aku yakin kau seorang Auror yang baik -- aku tampaknya teringat bahwa kau mendapat "Outstanding" dalam semua NEWTmu -- tapi kalau kau berusaha untuk -- er -- membawaku dengan paksa, aku akan harus melukaimu.'

    Lelaki yang dipanggil Dawlish berkedip agak bodoh. Dia memandang Fudge lagi, tetapi kali ini tampaknya mengharapkan sebuah petunjuk tentang apa yang dilakukan berikutnya.

    'Jadi,' ejek Fudge, sambil memulihkan dirinya, 'kamu berniat melawan Dawlish, Shacklebolt, Dolores dan diriku sendiri seorang diri, bukan begitu, Dumbledore?'

    'Jenggot Merlin, tidak,' kata Dumbledore sambil tersenyum, 'tidak kecuali Anda cukup bodoh untuk memaksaku melakukannya.'

    'Dia tidak akan seorang diri!' kata Profesor McGonagall keras-keras, sambil membenamkan tangannya ke dalam jubahnya.

    'Oh ya, Minerva!' kata Dumbledore dengan tajam. 'Hogwarts membutuhkanmu!'

    'Sudah cukup dengan sampah ini!' kata Fudge sambil menarik keluar tongkatnya sendiri. 'Dawlish! Shacklebolt! Bawa dia!'

    Secercah cahaya perak menyala di ruangan itu; ada bunyi letusan seperti tembakan dan lantai bergetar; sebuah tangan menarik leher Harry dan memaksanya turun ke lantai ketika berkas perak kedua menyala; beberapa potret menjerit, Fawkes memekik dan awan debu memenuhi udara. Terbatuk-batuk dalam debu itu, Harry melihat sebuah figur gelap jatuh ke lantai dengan bunyi debam di depannya; ada jeritan dan bunyi gedebuk dan seseorang berteriak, 'Tidak!'; lalu ada suara kaca pecah, langkah-langkah kaki bergumul dengan hebat, sebuah erangan ... dan hening.

    Harry berjuang untuk melihat siapa yang setengah mencekiknya dan melihat Profesor McGonagall meringkuk di sampingnya; dia telah memaksa baik Harry maupun Marietta keluar dari bahaya. Debu masih melayang turun dengan lembut di udara ke atas mereka. Sambil terengah-engah sedikit, Harry melihat sebuah figur yang sangat tinggi bergerak ke arah mereka.

    'Apakah kalian baik-baik saja?' Dumbledore bertanya.

    'Ya!' kata Profesor McGonagall, sambil bangkit dan menyeret Harry dan Marietta bersamanya.

    Debu sudah mulai menghilang. Kehancuran di kantor itu timbul ke dalam pandangan: meja Dumbledore telah terbalik, semua meja berkaki panjang telah terguling ke lantai; instrumen-instrumen peraknya berkeping-keping. Fudge, Umbridge, Kingsley dan Dawlish terbaring tidak bergerak di lantai. Fawkes si phoenix membumbung membentuk lingkaran lebar di atas mereka, sambil menyanyi dengan lembut.

    'Sayangnya, aku harus mengguna-gunai Kingsley juga, atau akan terlihat sangat mencurigakan,' kata Dumbledore dengan suara rendah.'Dia luar biasa cepat mengerti, mengubah ingatan Miss Edgecombe seperti itu ketika semua orang sedang melihat ke arah yang lain -- sampaikan terima kasih kepadanya, bisakah kamu, Minerva?'

    'Sekarang, mereka semua akan terbangun sangat segera dan paling baik kalau mereka tidak tahu bahwa kita punya waktu untuk berkomunikasi -- kalian harus bertindak seolah-olah belum ada waktu yang berlalu, seolah-olah mereka hanya terhantam ke lantai, mereka tidak akan ingat --'

    'Ke mana kau akann pergi, Dumbledore?' bisik Profesor McGonagall. 'Grimmauld Place?'

    'Oh tidak,' kata Dumbledore dengan senyum muram, 'Aku tidak akan pergi bersembunyi. Fudge segera akan berharap dia tidak pernah mengeluarkanku dari Hogwarts, aku berjanji kepadamu.'

    'Profesor Dumbledore ...' Harry mulai.

    Dia tidak tahu apa yang harus dikatakan terlebih dahulu: betapa menyesalnya dia bahwa dia memulai DA sejak awal dan menyebabkan semua masalah ini, atau betapa buruknya perasaannya karena Dumbledore akan pergi untuk menyelamatkannya dari pengeluaran? Tetapi Dumbledore menyelanya sebelum dia bisa mengatakan sepatah katapun lagi.

    'Dengarkan aku, Harry,' dia berkata dengan mendesak. 'Kamu harus mempelajari Occlumency sekeras yang kamu bisa, apakah kamu mengerti? Lakukan semua  yang disuruh Profesor Snape dan berlatihlah secara khusus setiap malam sebelum tidur sehingga kamu bisa menutup pikiranmu dari mimpi-mimpi buruk -- kamu akan mengerti sebabnya segera, tapi kamu harus berjanji kepadaku --'

    Lelaki yang dipanggil Dawlish bergerak. Dumbledore meraih pergelangan tangann Harry.

    'Ingat -- tutup pikiranmu --'

    Tetapi selagi jari-jari Dumbledore menutup pada kulit Harry, rasa sakit menusuk ke bekas luka di keningnya dan dia merasakan kembali keinginan mengerikan seperti ular untuk menyerang Dumbledore, untuk menggigitnya, untuk melukainya --

    '-- kamu akan mengerti,' bisik Dumbledore.

    Fawkes mengitari kantor itu dan menukik rendah ke atasnya. Dumbledore melepaskan Harry, mengangkat tangannya dan mencengkeram ekor keemasan panjang phoenix itu. Ada kilatan api dan mereka berdua sudah hilang.

    'Di mana dia?' teriak Fudge, sambil mendorong dirinya sendiri bangkit dari lantai. 'Di mana dia?'

    'Aku tidak tahu!' teriak Kingsley, juga melompat bangkit.

    'Well, dia tidak mungkin ber-Disapparate!' jerit Umbridge. 'Kau tidak bisa melakukannya dari dalam sekolah ini --'

    'Tangga!' jerit Dawlish, dan dia menghempaskan dirinya ke pintu, merenggutnya hingga terbuka dan menghilang, diikuti dari dekat oleh Kingsley dan Umbridge. Fudge bimbang, lalu bangkit pelan-pelan, sambil menyeka debu dari bagian depan tubuhnya. Ada keheningan panjang dan menyakitkan.

    'Well, Minerva,' kata Fudge dengan kejam, sambil meluruskan lengan bajunya yang robek, 'aku takut ini akhir dari temanmu Dumbledore.'

    'Kau kira begitu, bukan?' kata Profesor McGonagall dengan menghina.

    Fudge tampaknya tidak mendengarnya. Dia sedang memandang berkeliling pada kantor yang pecah belah itu. Beberapa potret mendesis kepadanya; satu aatu dua bahkan membuat isyarat tangan tidak sopan.

    'Kau sebaiknya membawa yang dua itu ke tempat tidur,' kata Fudge sambil memandang kembali ke Profesor McGonagall dengan anggukan membubarkan kepada Harry dan Marietta.

    Profesor McGonagall tidak berkata apa-apa, tetapi membawa Harry dan Marietta ke pintu. Selagi pintu itu berayun menutup di belakang mereka, Harry mendengar suara Phineas Nigellus.

    'Anda tahu, Menteri, aku tidak sependapat dengan Dumbledore dalam banyak hal ... tapi Anda tidak bisa menyangkal dia memiliki gaya ...'

 

Previous Home Next