GERAKAN DATU DI KALIMANTRAN SELATAN DAN LOMBOK PADA ABAD

XIX DAN XX

(Bahan Ajar Muatan Lokal)

 

 M.Z. Arifin Anis

 

Abstrak: Penetrasi Pemerintah Kolonial Hindia Belanda (PKHB) pada abad XIX dan awal abad XX telah merambah sampai ke jantung desa yang bukan hanya terjadi di Jawa, melainkan juga di Kalimantan Selatan dan Lombok. Masyarakat Petani di Kalimantan Selatan dan Lombok menilai, bahwa   realita sosial yang membuat mereka tertekan secara relatif yang mereka hadapi merupakan dampak dari PKHB yang tidak selaras  dengan pola tradisional, moral ekonomi, solidaritas komunal yang dicita-citakan. Pada akhirnya , mereka menolak  apa yang telah diintrodusir oleh PKHB , dan ingin mengembalikan keadaan kepada bentuk yang lama. Sikap penolakan itu, cenderung bersifat radikal, sebab didasari oleh pandangan hidup yang bersifat religio magis. Sikap radikal diwujudkan dalam bentuk perlawanan. Perlawanan itu dimotori oleh para  pemimpin  yang  diyakini memiliki  kekuatan adikodrati dan  mengintrodusir ideologi magis religius yang ada dalam keyakinan masyarakat. Para pemimpin gerakan mereka mengaku sebagai penjelmaan nenek moyang atau raja yang mereka kagumi sesuai dengan cerita yang diturunkan secara oral ataupun  terdapat dalam naskah lama  yang disebut Datu.

 

info lebih lanjut hubungi:

Email: vidyafkip@yahoo.com