Naga Baruklinting
Cerita Rakyat Jawa Tengah (Anjas A., Majalah Kawanku no. 20, 1985)
English

Dahulu kala ada seekor naga yang bernama Naga "Baruklinting". Naga itu bertapa dengan mulut ternganga. Naga itu adalah naga yang sangat sakti. Mulut naga itu tak akan terkatup sebelum ada sembilan anak gembala yang masuk ke mulutnya. Dekat naga bertapa ada sebuah desa yang dihuni oleh sepuluh anak pengembala kerbau. Sayang, dari kesepuluh anak itu ada seorang yang sakit kudis dan sangat menjijikan. Anak itu dijauhi oleh teman-temannya dan sering dihina.

Pada suatu hari kesepuluh anak itu pergi menggembala kerbaunya. Kebetulan anak yang sakit kudis mendapat tempat yang sejuk, teduh dan rumput yang tumbuh disitu tumbuh subur menghijau. Kesembilan temannya menjadi iri, karena mereka tan mendapat tempat yang baik. Mereka mencari akal supaya Samin, anak yang kudisan itu, pergi dari tempat itu dan mereka dapat menggembalakan kerbau-kerbau mereka di tempat itu.

"Bagaimana ya caranya?" keluh Paijo. Sejenak mereka termenung berpikir-pikir, Gendon mendapat akal. "Begini, aku ada akal. Kita lempari saja si Kudis itu dengan kotoran kerbau kita. Setuju?" ajak Gendon. "Setujuuu!" jawab mereka. Kemudian mereka melempari Samin dengan kotoran kerbau mereka. Begitulah penghinaan teman-teman Samin kepadanya. Tetapi itu diterimanya dengan tabah. Tiba-tiba langit berubah menjadi hitam. Awan bergumpal-gumpal. Kilat dan halilintar menyambar-nyambar. Badai mengamuk dengan ganasnya. Tak lama kemudian hujan pun turun dengan lebatnya. Kesepuluh anak gembala itu mencari tempat berlindung. Mereka tidak menghiraukan lagi keadaan kerbaunya. Hari itu Samin mengalami nasib mujur lagi. Ia menemukan gua untuk berlindung. Di sekitar gua itu terdapat batu-batu yang runcing ditumbuhi rumput dan terpasang rapi serta berurutan. Tetapi sebelum lama ia berteduh, tiba-tiba kesembilan temannya datang dan mengusirnya, serta menganiayanya. Karena tak tahan ia pun keluar.

Setelah sampai di luar suatu keajaiban terjadi. Mulut gua itu menutup dengan sendirinya dan hujan pun reda dengan tiba-tiba. Sejenak Samin terpaku di tempatnya. Setelah ia sadar bahwa yang di hadapannya adalah seekor naga, ia pun lari pontang-panting menuju desanya. Sesampainya di desa, dengan gugup ia menceritakan pengalamannya kepada penduduk desa itu. Semua sepakat untuk membunuh ular naga itu. Setelah mempersiapkan semua senjata dan peralatan, mereka berduyun-duyun menuju tempat itu.
Suatu keanehan terjadi lagi. Sesampainya orang-orang di sana naga itu sudah tak ada dan tidak meninggalkan bekas sedikit pun. Anehnya, penduduk di situ semuanya percaya akan hal itu. Kepercayaan mereka beralasan karena naga yang dilihat Samin adalah Naga Baruklinting. Dan batu runcing yang dilihatnya adalah gigi-gigi naga itu. Orang tua anak yang dimakan ular naga menangis meratapi nasibnya.

Konon desa itu diberi nama oleh penduduk desa Kesongo. Songo adalah bahasa jawa yang artinya sembilan. Jadi Kesongo adalah kesembilan anak yang ditelan naga itu.