Lo-Sun ialah seorang anak laki-laki buta. Ia tidak mempunyai rumah, tempat berlindung dari panas dan dingin, karena ayahnya tega mengusirnya. Lo-Sun di anggapnya tidak berguna disebabkan oleh cacat yang dibawanya sejak lahir
Lo-Sun yang malang kini hidup sebatang kara dan papa. Tak seorang pun bersedia merawatnya. Hanya anjingnya, Fan, yang setia mengikutinya kemanapun ia pergi.
Suatau malam Fan, membawa tuannya ke bawah sebatang pohon besar. Kemudian setelah makan sepotong roti kecil, mereka tidur.
Dalam tidurnya, Lo-Sun bermimpi. Ia bertemu dengan seorang peri yang amat cantik. Peri itu berkata bahwa kebutaan Lo-Sun akan semakin berkurang setiap kali ia berbuat kebaikan kepada orang lain. Tetapi jika berlaku jahat atau hanya mementingakan diri sendiri, ia akan lebih buta dari sebelumnya.
Suara peri itu menghilang dan Lo-Sun terbangun. Sinar mentari pagi menyentuk kulitnya. Ia merasa kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan selama ini. Fan pun lebih gembira. Ia menjilat-jilat tangan Lo-Sun dan menyalak keras. Kemudian mereka mulai pengembaraan lagi. Mereka melewati seorang fakir tua yang duduk di tepi jalan.
"Berilah aku sekeping uang," kata fakir itu. "kasihanilah si Buta yang miskin ini!". "Tapi aku pun buta," kata Lo-Sun "dan aku pun seorang fakir."
"Engkau lebih beruntung dari aku. Engkau bisa berjalan sedang aku tidak." Rasa iba memenuhi hati Lo-Sun. Tanpa teringat janji peri itu. Lo-Sun memberikan satu-satunya keping uang yang ia miliki. Fakir tua itu mengucapkan terima kasih dan tiba-tiba Lo-Sun merasa sepercik sinar lembut masuk ke dalam matanya. Ia mengerjap dan secar samar-samar ia bisa melihat benda di sekitarnya.
"Oh, Fan, mimpiku menjadi kenyataan," kata Lo-Sun Gembira, "setiap kali aku melakukan perbuatan baik, kebutaanku berkurang!"
Keesokan harinya ketika ia sedang berjalan, seekor ayam lari melintasinya. Fan menangkap dan memberikan kepada Lo-Sun. Segera ia membawa ke pasar dan menjualnya. Lo-Sun menerima sejumlah uang. Tapi ketika ia memeriksa dan ia lebih buta dari sebelumnya. Lo-Sun segera menyadari kesalahannya. Tergesa ia kembali ke tempat Fan menangkap ayam itu dan ia mencari pemiliknya. Setelah bertemu ia memberikan uang itu dan minta maaf. Ia hampir saja menjadi seorang pencuri. Beberapa saat kemudian dunia tampak lebih terang dan Lo-Sun tersenyum kembali.
Hari-hari selanjutnya kehidupan Lo-Sun terasa lebih menyenangkan. Ia selalu menolong orang yang lebih miskin dan lebih menderita dari dirinya. Sebulan kemudian Lo-Sun dapat membedakan siang dan malam. Bahkan ia bisa melihat bayangan pohon dan rumah. Fan tidak perlu lagi menolongnya menghindari jalan berlubang atau mencarikan tempat untuk bermalam.
Suatu hari Lo-Sun duduk di tepi sebuah sungai yang dalam dan airnya mengalir deras. Tadi malam hujan turun sangat lebat. Tiba-tiba ia mendengar teriakan seorang meminta tolong
. Ternyata orang itu terbawa arus sungai. Tubuhnya timbul tenggelam dipermaikan air yang sedang bersuka ria. Lo-Sun bingung. Bagaimana mungkin ia bisa menolong orang itu? Matanya belum dapat melihat dengan sempurna. Ia teringat Fan bisa berenang dan pasti bisa menolong orang itu. Tetapi bagaimana kalau nanti Fan terbawa air yang bergelora hebat? Sedang tubuh Fan tidak terlalu besar..."Dia satu-satunya temanku. Apa yang bisa kulakukan tanpa dia?" Dan kemudian teriakan minta tolong itu terdengar lagi. Akhirnya Lo-Sun mengambil keputusan. "Pergi Fan! Selamatkan dia!" Fan terjun ke dalam air, dan berenang mendekati oran itu.
Lo-Sun mendengar suara air sungai sambil mendoakan keselamatan orang itu dan anjing setianya.
Akhirnya ia mendengar orang itu naik ke tepi dan menjatuhkan dirinya ke bawah semak-semak. Lo-Sun mendekatinya dan bertanya "Anda selamat? Mana anjing saya!" Mula-mula orang itu ragu untuk berkata. Akhirnya ia berkata dengan suara penuh sesal, "Nak, anjingmu terbawa arus. Aku tak bisa menolongnya. Aku telah mencoba menariknya ke tepi bersamaku, tapi aku terlalu lemah. Ia menyelamatkan hidupku, tapi aku tak sanggup menolongnya!"
Lo-Sun menangis pilu. Kini ia tidak mempunyai seorang teman pun! Sedang anjing yang sangat menyayanginya telah pergi untuk selamanya. Suara tangis Lo-Sun terdengar begitu sedih sehingga orang itu bertambah menyesal.
"Jangan menangis," katanya, "pulanglah! Aku yakin ayahmu akan membelikan anjing baru."
"Aku tidak punya rumah! Aku tidak punya ayah! ratap Lo-Sun. "Ia mengusirku karena aku buta, dan dibiarkannya aku mengembara dari satu kota ke kota lain dan mengharapkan belas kasihan dari orang yang melihat kepapaanku!"
"Lihatlah aku..." Lo-Sun mengangkat mukanya dan menatap orang itu. Hei, ternyata ia bisa melihat dengan jelas! Ia tidak buta lagi! Pengorbanan terakhir ini telah menghapus kebutaannya. "Apakah namamu Lo-Sun?" tanya orang itu.
"Ya. Bagaimana Anda mengetahuinya? tanya Lo-Sun heran. Tiba-tiba orang itu merangkulnya dan menangis. "Lo-Sun, anakku! Ampunilah ayahmu yang telah membuatmu menderita. Kembalilah kepadaku dan aku akan menyayagimu tanpa memperdulikan kebutaanmu..."
"Saya memaafkanmu, Ayah dan saya gembira pulang kembali ke rumah bersama Ayah. Tapi lihatlah, saya tidak buta lagi!"
Ayahnya memandang Lo-Sun tak percaya. Tetapi Lo-Sun membuktikannya. Ia berlari-lari sepanjang sungai itu dengan cepat tanpa takut jatuh dan menyebutkan nama dari setiap benda yang ditunjuk ayahnya tanpa melakukan satu kesalahan pun! Kini Lo-Sun bisa melihat dengan sempurna.
Lo-Sun hidup berbahagia bersama ayahnya. Lo-Sun tak akan pernah melupakan Fan, walaupun telah ada penggantinya yaitu Min.