|
Sejarah
MLDI
Mailing List Dokter Indonesia
Oleh Dr. Erik Tapan,
MHA
Mailing List adalah media komunikasi di internet
yang mengunakan e-mail (electronic mail). Dengan mailing list kita bisa
tukar menukar informasi dengan diketahui semua anggotanya (baca buku Mailing
List, Maret 2000, Erik Tapan)
a. Sistem Manual
Penulis mulai mengenai internet sejak permulaan
tahun 1996 tepatnya bulan Februari. Meskipun saat itu di Indonesia, internet
banyak digunakan untuk hal-hal teknik, ada ide penulis untuk memanfaatkan
internet sebagai wadah untuk menyalurkan hobi menulis khususnya mengenai
bidang kesehatan. Pada waktu itu dengan memanfaatkan ISP Indosoft (saat
ini sudah tidak ada lagi), seminggu sekali tulisan kesehatan dimuat
di homepage ISP tersebut. Artikel kesehatan tersebut diketik dalam bentuk
plain text kemudian dikirim ke Indosoft via e-mail dan di-upload ke homepage
ISP tersebut. Bagaimana tampilan (page) artikel kesehatan waktu itu di
internet, sampai saat ini belum pernah penulis melihatnya karena
dengan keterbatasan hardware yang dimiliki waktu itu (486 SX, 25 Mhz, harddisk
: 80 Mb, modem 14.000 kbps) sangat sulit bagi penulis untuk bisa mengakses
situs-situs di internet. Dengan keterbatasan tersebut, penulis hanya bisa
bere-mail saja.
Respons tayangan tulisan kesehatan berbahasa Indonesia
di internet cukup baik, banyak pertanyaan yang masuk via e-mail. Semua
pertanyaan tersebut diusahakan untuk dijawab tentunya dengan kemampuan,
keterbatasan serta kompetensi sebagai seorang dokter umum.
Kemudian muncul ide untuk membalas pertanyaan yang
diberikan tidak hanya kepada penanya seorang melainkan kepada semua e-mail
address yang pernah bertanya. Tujuannya agar informasi yang diberikan bisa
berguna tidak hanya untuk penanya saja tapi juga bagi orang lain yang pernah
bertanya kepada penulis.
Jika ada yang bertanya, maka mail pertanyaan dan
jawaban dikirim ke semua e-mail address yang ada. Hasilnya sungguh diluar
dugaan, diskusi bertambah hangat karena sesama anggota bisa saling berkomentar.
Untuk menghindari mail ganda yang diterima anggota, penulis menganjurkan
agar jika ingin mengirim (posting) mail, cukup ke e-mail address erik@indosoft.co.id
saja (Juli 1996).
Melihat tanggapan yang diberikan cukup banyak, akhirnya
ISP Indosoft pada tanggal 25 Oktober 1996 membuatkan satu pop account lagi
yaitu dokter@indosoft.net.id. Tujuannya agar bisa dengan mudah dibedakan
mana account pribadi mana account untuk diskusi. Waktu itu memperoleh e-mail
address (POP) yang gratis merupakan barang yang langka khususnya
untuk pengguna personal. Saat ini sudah banyak provider yang menawarkan
POP e-mail secara gratis.
Email client yang dipergunakan saat itu adalah Eudora
versi 1.4.4 yang karena tidak bisa menggunakan multiple account, terpaksa
harus diinstal di dua direktori terpisah. Instalasinya sangat sederhana,
cuma membuat direktori dan folder lain serta mengcopy semua file-file program/database
dalam direktori yang terpisah tersebut. Satu untuk pribadi dan satu lagi
untuk forum diskusi tersebut.
Dalam waktu beberapa bulan saja, member forum tersebut
bertambah hingga mencapai sekitar 100 anggota. Pada saat inilah ditemui
kesulitan karena waktu yang diperlukan untuk mengirim mail ke sekitar 100
anggota adalah sekitar 1 jam permail. Belum lagi jika koneksitas ke ISP
bisa tiba-tiba putus, akibatnya para member hanya menerima kepala (header)
dari mail yang dikirim tanpa ada isinya.
Untuk mengurangi pekerjaan mengirim mail berulang-ulang,
ditemukan cara yang lebih praktis yaitu dengan membagi-bagi e-mail address
dalam kelompok sepuluh-sepuluh. Setiap sepuluh e-mail address dikelompokkan
dalam satu Nickname (semacam fasilitas Group di MS Internet Explorer).
Dengan demikian jika koneksitas ke ISP putus, bisa langsung terlihat sampai
persepuluhan mana yang telah terkirim. Dengan demikian tak perlu mengirim
mail dari e-mail address yang pertama lagi, melainkan cukup dari persepuluhan
terakhir yang belum terkirim saja.
b. Menggunakan server mailing list
Keadaan manual ini (pada waktu member telah mencapai
sekitar 100) tak lama berlangsung. Berdasarkan referensi Mujaya Hertadi
yang adalah salah satu member MLDI, Onno Purbo "pemilik" mailing list server
ITB (selanjutnya di sebut Majordomo ITB) bersedia meminjamkan listserv-nya
kepada MLDI (Maret 1997). Mulailah MLDI berjalan menggunakan Majordomo
ITB hingga saat ini. Tentunya waktu itu semuanya harus dikerjakan sendiri
termasuk mengatur konfigurasi list servernya (set up).
Namun demikian masalah belum berhenti juga, Majordomo
ITB waktu itu masih sering batuk-batuk (berhenti) hingga kadang kala diskusi
berhenti dalam beberapa minggu. Jika kejadian tersebut dialami, terpaksa
MLDI dijalankan dengan menggunakan manual kembali. Begitu seringnya batuk-batuk
itu dialami sehingga dirasakan perlu membuat server cadangan. Untuk itu
pernah diusahakan untuk menyewa satu list server dalam jangka satu tahun.
Sayangnya baru 2 bulan berjalan, pengelola server tersebut raib entah kemana
termasuk jasa penyediaannya.
c. Etika MLDI
Dengan menggunakan listserv Majordomo pekerjaan
makin mudah. Setelah disetup pada file konfigurasinya, milis tersebut bisa
berjalan dengan sendirinya, artinya member cukup mengirim mail ke dokter@itb.ac.id
langsung terdistribusi ke seluruh mailbox member yang lain. Reply begitu
juga, dikirim ke e-mail address dokter@itb.ac.id. Membernya makin lama
makin bertambah banyak termasuk juga mereka yang diklasifikasi dengan para
spammer. Untuk itu dirasakan perlu dibuat suatu etika bermilis yang pada
waktu itu dimasukkan ke FAQ (Frequently Asked Questions). File FAQ (Welcome
dokter), secara otomatis akan terkirim pada setiap pendaftaran. Dalam file
tersebut selain tata cara bermilis juga disertakan nama-nama dokter anggota,
sehingga para member baru tahu siapa saja nara sumber di MLDI tersebut.
Namun ternyata pemuatan daftar para narasumber ini
cukup merepotkan karena harus sering diupdate (ada yang keluar, ada yang
masuk) dan makin lama narasumbernya makin banyak. Edisi terakhir pemuatan
narasumber ini adalah versi 6.1 yang dikeluarkan Februari 1999, yang memuat
sekitar 60-an nama dokter, dokter gigi dan akupunktur.
d. Bantuan teman sejawat
Yang sangat membahagiakan pada waktu itu adalah
mulai banyak teman sejawat yang membantu menjawab pertanyaan yang masuk
ke MLDI. Kebanyakan dokter member MLDI waktu itu adalah mereka yang berada
di luar negeri seperti : Bernadette Istiti (Jerman), Harryono Judodihardjo
(Inggris), Dody Firmanda (Inggris), dan BH Jo (Kanada). Dari dalam
negeri sendiri turut bergabung : Windhu Purnomo, Kartono Mohamad, Andre
Tanoe, Sudjoko Kuswadji, Herkutanto, Irmansjah, Soebijanto (anak), Widodo,
Wimpie Pangkahila, Ratih Gunadi, Sumardi, Hadono Kalim (rematik), Bayu
P, Aswin W Sastrowardoyo, Nico Lumenta, drg Alice Wenas, drg. Retno, drg.
Bobsy, dll.
Saat itu, MLDI sebagai satu-satunya milis kesehatan
yang berbahasa Indonesia sempat mempunyai member Mr. John dari Milis
Apakabar (selanjutnya Indonesia-L, sebuah milis yang memberi informasi
yang dulunya tidak diperkenankan disebarkan di Indonesia melalui jalur
media massa konvensional).
Mungkin karena ketidak profesionalan MLDI dalam
menjawab pertanyaan, Mr John akhirnya meninggalkan MLDI, setelah melempar
beberapa pertanyaan dan memberi usulan kepada penulis selaku moderator.
Milis Apakabar sempat juga dimanfaatkan untuk mempopulerkan akreditasi
rumah sakit waktu itu di Indonesia (baca mlapakb.txt) pada Agustus 1996.
Dari sisi teknis non medis, bantuan sangat berarti
datang dari Yeffry Handoko Putra
(31 September 1997) yang sampai saat ini masih tetap menjadi administrator
MLDI, melihat perkembangan MLDI dan untuk memberi ciri khas Indonesia,
nama MLDI yang tadinya berarti Mailing List Dokter Internet di-rename menjadi
Mailing List Dokter Indonesia sebagai upaya untuk memberi ciri khas Indonesianya
(baca Strategi Mendekatkan Pasien dengan Dokter
melalui Internet, oleh Yeffry HP).
Kebanyakan narasumber (umumnya dokter) dari dalam
negeri bergabung atas undangan penulis. Namun setelah MLDI dipromosi oleh
Budi Rahardjo dalam List Indonesian Mailing List (http://indonesia.elga.net.id/milis.html),
MLDI makin dikenal sebagai milis antar dokter dan tanya jawab kesehatan
dan para narasumber pun ada yang mendaftar sendiri (baca Suka Duka Dokter
Konsultan Internet, oleh Hendra GW Sp OG).
e. Homepage MLDI
Sebagai webmaster, homepage MLDI diletakkan oleh
Yeffry, mula-mula di : http://www.oocities.org/Vienna/Strasse/2994. Setelah
lama memanfaatkan space gratis tersebut, akhirnya Kompas Cyber Media membantu
MLDI. Berpindahlah homepage tersebut ke http://www.mldi.or.id. Saat ini
meskipun masih tetap menggunakan DNS yang sama, hostingnya telah berpindah
ke Jaring Data Interaktif tempat penulis berkarya.
Menurut Yeffry tujuan pembuatan homepage ini adalah
agar para netter bisa membaca hasil diskusi, etika berdiskusi, dll. secara
online. Termasuk membaca jawaban-jawaban para narasumber tetap MLDI. Dengan
adanya homepage tersebut para netter bisa mencari hasil diskusi yang telah
dilakukan maupun melakukan on line chatting.
f. Kegunaan MLDI
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan bergabung
di komunitas MLDI. Baik itu untuk orang awam maupun para narasumber itu
sendiri. Selama sekitar 5 tahun mengamati diskusi yang terjadi di MLDI,
manfaat mengikuti MLDI bagi :
i. Orang awam
-
Sebagai tempat bertanya bagi mereka yang membutuhkan
informasi kesehatan
Jika kita masih ragu-ragu menemui tenaga kesehatan secara nyata, maka MLDI-lah
tempat untuk bertanya. Misalnya ada benjolan di payudara yang masih enggan
untuk berkonsultasi langsung dengan dokter, maupun mempunyai keluhan yang
tidak tahu kemana harus berkonsultasi, dll.
-
Sebagai tempat memperoleh second opinion
Dengan makin sadarnya masyarakat akan hak untuk melakukan pengobatan diri
sendiri (kita mempunyai hak untuk menentukan terapi atas diri kita sendiri),
dibutuhkan suatu media yang murah dan sederhana untuk bisa secara langsung
menanyakan informasi sehubungan dengan keragu-raguan kita. Hal ini biasanya
(khususnya pada situasi saat ini) sukar dilakukan di tempat praktek dokter.
Misalnya jika suatu saat kita ingin menanyakan obat atau pemeriksaan laboratorium
yang hendak kita lakukan, apa kegunaannya, bagaimana mengintepretasikan,
termasuk jika kita ingin memperoleh second opinion, dll.
-
Sarana konsultasi worldwide
Belum lama ini (November 2000), di MLDI berlangsung diskusi yang menarik
(yang mungkin tidak akan terjadi tanpa adanya internet/MLDI). Seorang wanita
Indonesia yang berada di Taiwan menceritakan penyakit (tumor) yang dideritanya.
Ahli tumor dari Kanada, BH Jo (dokter Indonesia yang menetap di Kanada),
memberi jawaban sekaligus menginformasikan keberadaan teman sejawatnya
(ahli tumor) di Taiwan. Berkat komunikasi ini, si pasien bisa memperoleh
pengobatan yang tepat. Bayangkan bahwa si pasien mungkin saja belum terlalu
kenal dengan daerah tempat tinggalnya di Taiwan, apalagi mencari dokter
yang tepat untuk penyakitnya. Meskipun sudah dijumpai dokter yang dimaksud,
tentunya sambutan dokter di Taiwan akan berbeda jika si pasien datang sendiri
tanpa mail rujukan dari teman sejawatnya di Kanada.
ii. Dokter
Untuk para dokter sendiri, meskipun menjadi member
MLDI kurang begitu bermakna dibandingkan dengan repotnya menerima mail
yang sekitar 5 buah per hari, serta meningkatnya biaya pulsa baik ISP maupun
TELKOM, namun menurut Dr Hendra Gunawan W., Sp OG ( baca Suka Duka
Dokter Konsultan di Internet, KODRAT II MLDI, Bandung, 25 November 2000*)
motivasi mengikuti MLDI adalah :
-
mempunyai tanggung jawab untuk mendidik masyarakat mencintai
dokter
-
membantu menolong & mengurangi problem atau keluhan
seseorang
-
banyak mendapat teman termasuk teman yang sudah lama
tidak ketemu yang berada di benua lain
-
kadang kala terlibat diskusi kedokteran yang menarik
Meskipun demikian, dokter Hendra turut mengungkapkan
rasa sedihnya karena sistem komunikasi via mail membuat gampang terjadi
salah pengertian dan salah dimengerti.
Kesukaran lain adalah tidak bisa mempraktekkan ilmu
kedokterannya secara maksimal karena tidak berdaya (artinya tidak bisa
memeriksa pasien seperti layaknya jika berhadapan langsung di tempat praktek).
(* KODRAT = KOpi DaRAT = pertemuan
member dan pemerhati MLDI. Saat ini baru berlangsung dua kali, satu di
Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1997 di rumahnya Dokter Kartono Mohamad,
Jati Padang, Pasar Minggu dan Kodrat II MLDI berlangsung di Bandung pada
tanggal 25 November 2000 di RS St Yusup).
g. Masa depan MLDI
Dengan anggota saat ini sekitar 600 member, yang
terdiri dari 146 dokter, 8 apoteker, 3 akupunktur, serta wartawan
1 orang, mahasiswa/guru/dosen non medis sejumlah 80 orang, (Melalui MLDI,
Dokter makin akrab dengan Pasien, berita Mandiri Online, http://www.mandiri.com
tanggal 27/11/00), akan kemanakah MLDI ? Tetapkah MLDI sebagai milis konsultasi
kesehatan yang murah meriah ?
Semuanya terpulang pada member. Tugas moderator
hanya membantu saja, namun satu hal yang ingin dipertahankan penulis
sebagai moderator. MLDI sebagai suatu komunitas, tidak bisa memberikan
jaminan bahwa semua penanya akan memperoleh jawaban yang memuaskan. Tergantung
dari bagaimana cara bertanya, komunikasi yang dilakukan, serta seberapa
kenal member terhadap para narasumber, dll. Untuk turut berpartisipasi
dalam Mailing List Dokter Indonesia (MLDI), silakan mengirim mail ke :
Majordomo@itb.ac.id dengan subject dikosongkan dan isi/body message adalah
"subscribe dokter" tanpa tanda kutip.
.
|