Risalah
Nikah Tanggal: Kamis, 20
Juni 2002 Topik: Fiqh
Istri yang paling baik adalah yang
membahagiakanmu, saat kamu memandangnya, yang mematuhimu kala
kamu menyuruhnya, dan memelihara kehormatan dirinya dan dirimu
bila kamu tidak ada disisinya. Setelah Rasulullah SAW
meninggal dunia, ada beberapa orang sahabat menemui Aisyah
memintanya agar menceritakan perilaku Rasulullah. Aisyah
sesaat tidak menjawab permintaan itu. Air matanya berderai,
kemudian dengan nafas panjang ia berkata: “Kaana Kullu Amrihi
Ajaba” [Aah…semua perilakunya indah].
Allah
berfirman: “Diantara tanda-tanda keangungan Allah, ialah
Dia ciptakan bagimu, dari jenis-jenismu sendiri,
pasangan-pasangannya. Supaya kamu hidup tentram bersamanya,
dan Allah jadikan bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya
dalam hal itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mau
berfikir”. [QS 30 : 21]
Ayat ini ditempatkan Allah
pada rangkaian ayat tentang tanda-tanda kebesaran Allah di
alam semesta. Tentang tegaknya langit, terhamparnya bumi,
gemuruh halilintar dann keajaiban penciptaan manusia. Dengan
ayat ini Dia ingin mengajarkan kepada kita betapa Dia dengan
sengaja menciptakan kekasih yang menjadi pasangan hidup
manusia yang bersedia berdiri dengan setia disamping kita,
yang mau mendengar bukan saja kata-kata yang diucapkan,
melainkan juga jeritan hati yang tidak terungkapkan, yang mau
menerima perasaan tanpa pura-pura, prasangka dan pamrih, yang
mampu meniupkan kedamaian, mengobati luka, menopang tubuh
lemah dan memperkuat hati.
Allah menetapkan suatu
ikatan suci, yaitu Akad Nikah, agar hubungan antara pecinta
dan kekasihnya itu menyuburkan ketentraman, cinta dan kasih
sayang. Dengan dua kalimat yang sederhana “Ijab dan Qabul”
terjadilah perubahan besar: yang haram menjadi halal, yang
maksiat menjadi ibadat, kekejian menjadi kesucian, dan
kebebasan menjadi tanggung jawab. Maka nafsu pun berubah
menjadi cinta dan kasih sayang. Begitu besarnya perubahan ini
sehingga Al Qur’an menyebut Akad Nikah sebagai Mitsaqon
Ghalidon [perjanjian yang berat]. Hanya 3 kali kata ini
disebut dalam Al Qur’an. Pertama, ketika Allah membuat
perjanjian dengan Nabi dan Rasul Ulul ‘Azmi [QS 33 : 7].
Kedua, ketika Allah mengangkat bukit Tsur diatas kepala Bani
Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia di hadapan Allah
[QS 4 : 154]. Dan Ketiga, ketika Allah menyatakan hubungan
pernikahan [QS 4 : 21].
Peristiwa Akad Nikah bukanlah
peristiwa kecil di hadapan Allah. Akad Nikah tidak saja
disaksikan oleh kedua orang tuanya, saudara dan
sahabat-sahabat tetapi juga disaksikan oleh para malaikat di
langit yang tinggi dan terutama sekali disaksikan oleh Allah
Rabbul Izzati [Penguasa Alam Semesta]. Maka apabila kamu
sia-siakan perjanjian ini, ikatan yang sudah terbuhul, janji
yang terpatri, kamu bukan hanya harus bertanggung jawab kepada
mereka yang hadir, tetapi juga dihadapan Allah Rabbul Alamin.
“Laki-laki adalah pemimpin di tengah keluarganya, dan
ia harus mempertanggung jawabkan kepemimpinannya. Wanita
adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia harus mempertanggung
jawabkan kepemimpinannya.” [HR Bukhori dan Muslim]
“Yang paling baik diantara kamu adalah yang paling
baik dan lembut terhadap keluarganya”. [HR Bukhari]
Seorang isteri boleh memberi apa saja yang ia miliki.
Tetapi, bagi seorang suami, tidak ada pemberian isteri yang
paling membahagiakan selain hati yang selalu siap berbagi
kesenangan dan penderitaan. Di luar rumah, sang suami boleh
jadi diguncangkan oleh berbagai kesulitan, ia menemukan
wajah-wajah tegar, mata-mata tajam, ucapan-ucapan kasar, dan
pergumulan hidup yang berat. Ia ingin ketika pulang ke rumah,
disitu ditemukan wajah yang ceria, mata yang sejuk, ucapan
yang lembut dam berlindung dalam keteduhan kasih sayang sang
isteri [seperti cerita puteri salju-nya Anderson]. Ia ingin
mencairkan seluruh beban jiwanya dengan kehangatan air mata
yang terbit dari samudera kasih sayang sang isteri.
Rasulullah bersabda: “Isteri yang terbaik adalah
isteri yang, membahagiakanmu saat kamu memandangnya, yang
mematuhimu kalau kamu menyuruhnya, dan memelihara kehormatan
dirinya san hartamu bila kamu tidak ada disisinya.”
Rasulullah bersabda bahwa surga terletak dibawah kaki
kaum Ibu. Maka apakah rumah tangga yang dibangun hari ini akan
menjadi surga atau neraka, tergantung pada sang ibu rumah
tangga. Rumah tangga akan menjadi surga apabila disitu
dihiaskan kesabaran, kesetiaan dan kesucian.
Allah SWT
berfirman: “Wahai wanita, ingatlah ayat-ayat Allah dan
hikmah yang dibacakan di rumah-rumah kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.” [QS 33 : 34]
Suatu saat, kelak bila perahu rumah tangga bertubrukan
dengan kerikil tajam, bila impian remaja menjadi kenyataan
yang pahit, bila bukit-bukit harapan diguncangkan gempa
cobaan, tetaplah teguh disamping sang suami, tetaplah
tersenyum walau langit semakin mendung.
Rasulullah SAW
adalah manusia paling mulia. Dan Aisyah, ia bercerita
bagaimana Rasulullah SAW memuliakannya: “Di rumah, kata
Aisyah, “Rasulullah melayani keperluan isterinya, memasak,
menyapu lantai, memerah sesu dan memebrsihkan pakaian. Dia
memanggil isterinya dengan gelaran yang baik”. Setelah
Rasulullah SAW meninggal dunia, ada bebarapa orang sahabat
menemui Aisyah, memintanya agar menceritakan perilaku
Rasulullah SAW. Aisyah sesaat tidak menjawab pertanyaan itu.
Air matanya berderai kemudian dengan naafas panjang ia
berkata: “Kaana Kullu Amrihi Ajaba…” [Ah…semua perilakunya
indah]. Ketika didesak untuk menceritakan perilaku Rasul yang
paling mempesona, Aisyah kemudian menceritakan bagaimana Rasul
yang mulia di tengah malam bangun dan meminta ijin kepada
Aisyah untuk shalat malam “Ijinkan aku beribadah kepada
Rabb-ku” ujar Rasulullah SAW kepada Aisyah.
Rasulullah
bersabda: Seandainya aku boleh memerintahkan kepada
manusia bersujud kepada manusia lain, aku akan perintahkan
para isteri untuk bersujud kepada suami mereka karena besarnya
hak suami yang dianugerahkan Allah atas mereka.” [HR.
Tirmidzi]
Banyak isteri yang menuntut agar suaminya
membahagiakan mereka. Jarang terpikir oleh mereka bagaimana
membahagiakan suami. Padahal cinta dan kasih sayang akan
tumbuh dan subur dalam suasana “memberi” bukan “mengambil”.
Cinta adalah “sharing” saling membagi. Cinta tidak akan
diperoleh kalau yang ditebarkan adalah kebencian. Kasih sayang
tidak akan dapat diraih bila yang disuburkan adalah dendam dan
kekecewaan.
Marie von Ebner Eschebach berkata:
“Bila di dunia ini ada surga, surga itu adalah pernikahan
yang bahagia tetapi bila di dunia ini ada neraka, neraka
adalah pernikahan yang gagal”. Karena itulah Islam dengan
penuh perhatian mengatur urusan rumah tangga.
Ribuan
tahun yang silam, di Padang Arafah, saat haji wada’ Rasulullah
menyampaikan khotbah perpisahannya & perhatikan apa yang
diwasiatkannya pada waktu itu, “Wahai manusia, takutlah kepada
Allah dalam urusan wanita, Sesungguhnya kamu telah mengambil
mereka sebagai isteri dengan amanat Allah. Dia halal-kan
kehormatan mereka dengan kalimat-Nya. Sesungguhnya kamu
mempunyai hak atas isterimu, dan isterimupun berhak atas kamu.
Ketahuilah aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik
terhadap isteri kalian. Mereka adalah penolong kalian. Mereka
tidak memilih apa-apa untuk dirinya dan kamupun tidak memilih
apa-apa dari diri mereka selain dari itu. Jika mereka apatuh
kepadamu, janganlah kamu berbuat aniaya kepada mereka”. [HR.
Muslim dan Turmudzi]
Rasulullah bersabda: “Ada dua
dosa yang akan didahulukan Allah siksanya di dunia ini juga,
yaitu: Al-bagyu dan durhaka kepada orang tua”. [HR. Turmudzi,
Bukhari dan Thabrani]
Al-bagyu adalah berbuat
sewenang-wenang, berbuat dzalim/aniaya terhadap orang lain.
Al-bagyu yang paling dimurkai Allah adalah berbuat dzalim
kepada isteri sendiri, yaitu menelantarkan isteri, menyakiti
hatinya, merampas kehangatan cintanya, merendahkan
kehormatannya, mengabaikan dalam mengambil keputusan, dan
mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup
bersama-sama. Karena itulah Rasulullah mengukur tinggi
rendahnya martabat seorang laki-laki dari cara ia bergaul
dengan isterinya, Nabi yang mulia bersabda: “Tidak akan
memuliakan wanita kecualli laki-laki yang mulia, dan tidak
akan merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah pula”.
Pada saat perahu rumah tangga bertubrukan dengan
kerikil tajam, impian remaja telah berganti menjadi kenyataan
yang pahit, dan bukti-bukti harapan diguncangkan gempa cobaan,
tidak ada yang paling menyejukkan sang suami selain
pemandangan yang mengharukan. Ia bangun di malam hari, di
dapatinya sang isteri tidak ada di sampingnya. Tetapi,
kemudian ia dengar suara yang sangat dikenalnya. Diatas
sajadah, diatas lantai yang dingin, ia menyaksikan seorang
wanita bersujud. Suaranya bergetar. Ia memohon agar Allah
menganugerahkan pertolongan bagi suaminya. Pada saat seperti
itu sanf suami akan mengangkat tangannya ke langit dan
bersamaan tetes-tetes air matanya ia berdoa:
“Ya
Allah, karuniakan kepada kami isteri dan keturunan yang
menentramkan hati kami, dan jadikanlah kami penghulu
orang-orang yang bertaqwa”.
Suatu saat Aisyah ra
bercerita lama, setelah meninggalnya Khadijah ra. “Hampir
setiap kali Rasulullah akan keluar rumah, beliau meyebutkan
nama Khadijah seraya memujinya. Sehingga pada suatu hari
ketika beliau menyebutkan lagi, timbul rasa cemburuku dan
kukatakan kepadanya, “Bukankah ia hanya seorang wanita yang
sudah tua, sedangkan Allah telah memberi pengganti yang lebih
baik dari dia?” Mendengar itu Rasulullah kelihatan sangat
marah, sehingga bagian depan rambutnya bergetar karenanya.
Lalu ia berkata, “Tidak demi Allah! Aku tidak mendapat
pengganti yang lebih baik dari dia…! Dia beriman kepadaku
ketika orang lainn mendustakanku. Dia membantu dengan hartaku
ketika tak seorangoun selain diaa memberiku sesuatu dan Allah
telah menganugerahkan keturunan daripadanya dan tidak dari
isteri-isteriku yang lain” [Al Hadits]
“Bila seorang
wanita meninggal dunia, dan suaminya ridho sekali dengan
tingkah lakunya semasa hidupnya, maka wanita itu masuk surga”.
[HR. Turmudzi dan Ibnu Majah]
Ya Allah…
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini
telah berkumpul untuk mencurahkan cinta hanya kepada-Mu,
bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru [di
jalan]-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu maka
kuatkanlah ikatan pertaliannya.
Ya Allah… Abadikan
kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan
cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan
limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-Mu, hidupkanlah
dengan ma’rifat-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di
jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan
sebaik-baik penolong. Amin. Dan semoga shalawat seta salam
selalu tercurah kepada Mudammad SAW, kepada keluarganya dan
kepada semua sahabatnya.
Ya Allah… Hari ini dua
hamba-Mu yang dhaif mematri janji di hadapan kebesaran-Mu.
Kami tahu tidak mudah untuk memelihara ikatan suci ini dalam
naungan ridha dan maghfirah-Mu. Kami tahu, amat berat bagi
kami untuk mengayuh perahu rumah tangga kami menghadapi taufan
godaan di hadapan kami. Karena itulah, kami datang memohon
rahman dan rahim-Mu.
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
jalan orang-orang yang lebih Engkau anugerahi kenikmatan,
bukanya jalan orang-orang yang Engkau timpai kemurkaan, bukan
pula jalan orang-orang yang Engkau tenggelam dalam kesesatan.
Sinarilah hati kami dengan cahaya petunjuk-Mu.
Terangilah jalan kami dengan sinar taufik-Mu. Kalau
Engkau berkenan menganugerahkan nikmat-Mu atas kami, bantulah
kami untuk banyak berdzikir dan bersyukur atas nikmat-Mu itu.
Hindari kami dari orang-orang yang terlena dalam kemewahan
dunia. Lembutkan hati kami untuk merasakan curahan rahmat-Mu.
Ya Allah… Indahkanlah rumah kami dengan
kalimat-kalimat-Mu yang suci. Suburkanlah kami dengan
keturunan yang membesarkan asma-Mu. Penuhi kami dengan amal
shaleh yang Engkau ridhai. Jadikan mereka Yaa…Allah teladan
yang baik bagi manusia.
YaAllah… Damaikanlah
pertengkaran di antara kami, pertautkan hati kami, dan
tunjukkan kepada kami jalan-jalan keselamatan. Selamatkan kami
dari kegelapan kepada cahaya. Jauhkan kami dari kejelekan yang
tampak dan tersembunyi. Ya Allah… Berkatilah
pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, suami/isteri
kami, keturunan kami dan ampunilah kami.
Sesungguhnya
Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Amiin…
From
Milis muslim-ITS@egroups.com
Hayo ... pada
kepingin nikah nggak
nih?
| |