HASIL INVESTIGASI TRAGEDI WAEMULANG KECAMATAN
BURU SELATAN KABUPATEN BURU
-Bagian 2-
IV. KETERANGAN SAKSI-SAKSI
1. N a m a: Pdt. Jefry Leatemia, S.Th.
U m u r: 39 Thn
S t a t u s: Pimpinan Jemaat GPM Waemulang
Alamat: Desa Waemulang
Menurut Saksi sekitar pukul 06.30 wit saksi sedang berada dalam Pastori Jemaat
GPM Waemulang (Rumah Pendeta), saksi mendengar teriakan masyarakat/ Jemaat
bahwa ada penyerangan yang ditandai dengan munculnya 5 buah kapal motor.
Mendengar teriakan tersebut, saksi berupaya untuk menyaksikan sendiri sehingga
saksi langsung menuju ke pantai dan ternyata dari kejauhan nampak 5 buah kapal
motor yang menurut saksi telah berada disekitar kali Waekuma (sebelah barat) Desa
Waemulang.
Setelah menyaksikan sendiri, saksi segera kembali ke pastori namun ditengah
perjalanan saksi mendengar bunyi tembakan dari arah belakang desa Waemulang
(sebelah utara) saat bersamaan pula saksi bertemu dengan Letnan Putu yang adalah
Danton Armed 8 yang bertugas didesa Waemulang. Danton Armed menanyakan
kepada saksi bahwa; Pak, Pendeta bagaimana keadaan kita? Saksi langsung
menjawab seraya memberikan petunjuk kepada Danton bahwa; tolong 2 anggota
menghadang di pantai dan sisanya melindungi masyarakat karena musuh sudah
masuk dari arah belakang desa.
Yang saksi ketahui, pada saat itu anggota Yon Armed 8 yang berada didesa
Waemulang berjumlah 11 orang. Setelah berbincang sebentar dengan Danton, saksi
melanjutkan perjalanannya kembali ke Pastori.
Sebelum menyelamatkan diri bersama warga Jemaatnya, saksi sempat melihat
sejumlah teroris dengan berpakaian loreng, bersenjata organik, dan ada juga yang
memakai pakaian hitam-hitam.
Saksi menjelaskan bahwa teroris dalam aksinya berupa membakar rumah
masyarakat dan asset pemerintah juga menembak warga masyarakat hingga ada
yang meninggal dunia dan menjarah seluruh barang masyarakat termasuk ternak.
Selain itu perusuh juga meninggalkan sejumlah tulisan pada tembok-tembok rumah
masyarakat yang antara lain berbunyi; Hatuhaha, Biloro, Waekeka, Waehotong,
Hidup Muslim, Yesus Anak anjing dan babi, tiada Tuhan yang gondrong. Semua
tulisan ini dibuat dengan cat pillox dan arang.
Saksi menyaksikan bahwa saat teroris beraksi, anggota Yon Armed 8 tidak
memberikan perlawanan yang berarti atau upaya-upaya untuk mengahalau agar
masyarakat dan desa dapat terselamatkan, menurut saksi hal ini mungkin karena
anggota Yon Armed 8 merasa takut setelah melihat kekuatan teroris yang begitu
besar yang dilengkapi dengan persenjataan yang serba canggih (organik) sehingga
yang nampak adalah anggota Yon Armed hanya berupaya menyelamatkan
masyarakat untuk keluar dari desa dengan keadaan selamat, yang pada umumnya
berlari ke arah timur desa Waemulang.
Masih menurut saksi, bahwa selama kurang lebih 7 bulan anggota Yon Armed 8
bertugas di Desa Waemulang, kehidupan antara anggota Yon Armed dengan
masyarakat sangat harmonis, sehingga masyarakat secara tidak lansung telah
menyerahkan secara penuh pengamanan desanya kepada anggota Yon Armed 8.
Selanjutnya saksi melaporkan data Jemaat dan jumlah korban akibat tragedi
Waemulang sebagai berikut:
Jumlah anggota Jemaat Waemulang sebanyak 222 KK dengan total jiwa 930.
Pada saat kerusuhan terjadi terdapat 4 orang meninggal dunia masing-masing Petrus
Tasane (70 Thn), Dede Pairera (40 Thn), Fredrek Lesbassa (65 Thn) dan Joel
Hukunala (62 Thn). Sedangkan terdapat juga 3 warga Terkuri yang hilang, ke tiga
orang tersebut sedang memancing saat kerusuhan terjadi, mereka masing-masing
Sonni Tasane (25 Thn) Ruben Hukunala (20 Thn) dan Amon Solissa (21 Thn). Ketiga
korban tersebut sampai dengan saat ini belum diketahui nasibnya.
Selain korban meninggal dan hilang terdapat juga 2 korban luka berat masing-masing:
Edmond Tahapary (19 Thn) dan Pede Lesbassa (50 Thn).
Semua korban yang meninggal dunia dimakamkan didesa Waemulang. Saksi juga
menjelaskan sesuai apa yang dilihatnya bahwa cara teroris mengadakan aksinya
sama parsis dengan cara TNI, yaitu satu sama lain saling mengawal.
Selaku pimpinan umat, setelah teroris meninggalkan desa Waemulang dimana desa
Waemulang hanya tinggal puing-puing dengan masyarakat/ jemaat yang hanya
dengan pakaian dibadan, saksi berupaya memberikan arahan untuk menguatkan
Jemaatnya yang pada saat itu masih berada ditempat pengungsian bahwa; walaupun
desa kami telah diporandak-porandakan tetapi kami harus tetap berada disini dalam
kondisi apapun juga dan kami harus tetap kokoh dan kuat sebagai suatu kesatuan
umat Tuhan. Sedangkan kepada Tim investigasi yang menemui saksi, saksi berpesan
kepada pemerintah agar seluruh rumah masyarakat, bangunan pemerintah, tempat
ibadah serta segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh kelompok teroris ini agar
dapat segera direhabilitasi. Selain itu kondisi masyarakat yang sangat
memprihatinkan ini mohon jangan dilupakan begitu saja.
Saksi juga menyatakan bahwa pada prinsipnya saksi masih membutuhkan hadirnya
aparat keamanan di desa Waemulang dan saksi sama sekali tidak
mempermasalahkan dari unsur mana aparat tersebut namun saksi mengharapkan
aparat yang dihadirkan didesa waemulang adalah mereka-mereka yang menjunjung
tinggi keadilan dan kebenaran serta yang lebih penting dapat melindungi rakyat.
Karena menurut saksi percuma saja aparat yang sudah disambut baik-baik namun
nyatanya tidak dapat berbuat apa-apa bagi masyarakat.
2. N a m a: Yafeth Lesnussa
U m u r: 38 Thn.
S t a t u s: Sekretaris Jemaat GPM Waemulang
Pekerjaan: T a n i.
A l a m a t: Desa Waemulang.
Pada hari Kamis Tanggal 01 Nopember 2001 kira-kira pukul 06.30 Wit saksi sedang
meminum teh di rumahnya, tiba-tiba saksi dikagetkan dengan teriakan masyarakat
bahwa ada perusuh yang sudah masuk dari belakang desa (sebelah utara).
Mendengar teriakan tersebut saksi langsung berhenti meminum tehnya dan langsung
masuk ke kamar untuk berdoa. Setelah selesai berdoa saksi mengambil pakaian
ibadahnya kemudian menuju ke Gereja yang kebutulan tidak terlalu jauh dari rumah
saksi.
Saksi mengatakan bahwa menyadari statusnya sebagai pelayan umat maka
walaupun situasi sudah begitu genting namun saksi tidak mau untuk menyelamatkan
diri sendiri dan ingin untuk bertahan saja didalam Gereja hingga Jemaat dapat
menyelamatkan diri terlebih dahulu.
Dari dalam gedung Gereja saksi melihat sendiri teroris sedang memasang satu buah
senjata jenis minimi didepan rumah Tete Maku (di perempatan jalan antara sekolah).
Selanjutnya saksi keluar dari gedung Gereja dengan maksud untuk memberikan
petunjuk kepada para pemuda, saksi juga melihat sendiri beberapa teroris sedang
siaga sambil memegang satu buah senjata jenis minimi disebelah utara desa namun
cenderung ke arah barat (sudut desa Waemulang).
Sesuai apa yang saksi lihat, saksi mengatakan bahwa para teroris pada umumnya
menggunakan senjata organik bukan senjata yang biasa-biasa dan senjata organik
yang dipakai bukan saja yang ringan tetapi ada beberapa buah senjata berat, hal ini
dapat diketahui dari bunyi tembakan.
Menurut saksi karena terlalu menfokuskan perhatian terhadap upaya penyelamatan
umat, maka saksi kurang memperhatikan aktifitas dan gerakan teroris. Namun saksi
yakin salah satu warga jemaatnya yaitu saudara Anton Lewarissa cukup mengetahui
pergerakan dan ciri-ciri teroris karena yang bersangkutan menempati posisi
persembunyian yang cukup strategis. Tetapi yang jelas teroris masuk ke Desa
Waemulang dari 3 arah yaitu barat, utara dan selatan (laut), dan saksi yakin bahwa
sebelum menyerang desa Waemulang, teroris telah bermarkas didusun Sekat dan
Malilae.
Kira-kira antara pukul 09.00 wit s/d 10.00 wit saksi yakin bahwa seluruh warga jemaat
telah menyelamatkan diri selain beberapa yang telah tertembak mati dan dibakar
yang pada saat itu saksi belum mengetahui identitas masing-masing korban. Saksi
juga mengatakan bahwa yang menyelamatkan diri bersama warga jemaatnya terdapat
4 anggota Yon Armed 8 masing-masing; Bapak Danton, Bapak Herry, Bapak
Sungkowo dan Bapak Agung bersama pacar dan calon mertuanya yang juga
beragama Islam yang katanya datang dari Ambon sebelum kerusuhan terjadi. Masih
menurut saksi, sore itu juga ada upaya dari para teroris untuk kembali menjarah
barang yang masih tersisa namun sempat dihalau oleh ke 4 Anggota Armed yang ada
pada saat itu.
Saksi menambahkan bahwa sebagai bukti kebesaran jiwa warga jemaatnya yang
walaupun pemukimannya sudah diporak-porandakan serta harta benda yang habis
dijarah namun mereka masih sempat menyelamatkan calon pacar dan mertua
anggota Armed (Pak Agung) yang sudah diketahui tidak seiman dengan mereka.
Menurut saksi saat kerusuhan terjadi saksi tidak ketahui secara jelas ada berapa
anggota Yon Armed 8 yang sementara berada di dalam desa saat itu, karena
memang ada beberapa anggota yang sedang bepergian.
Diakhir kesaksiannya saksi menyampaikan beberapa permintaan dan pernyataannya
sebagai berikut:
Kondisi masyarakat Waemulang akibat kerusuhan ini sungguh sangat menderita
karena pada umumnya hanya keluar dari desa dengan pakaian dibadan. Saksi
bertekad dalam kondisi yang bagaimanapun juga saksi beserta warga jemaatnya
akan tetap tinggal dan mempertahankan desanya untuk itu saksi menghimbau
kepada pemerintah apabila pemerintah masih menganggap bahwa desa dan
masyarakat Waemulang adalah bagian dari NKRI maka tolonglah melihat penderitaan
yang menimpa kami akibat ulah teroris yang sangat biadab dan tidak berperi
kemanusiaan. Saksi juga mengatakan bahwa sudah empat hari masyarakat desa
Waemulang tinggal ditengah-tengah hutan dan kebanyakan hanya berteduh dibawah
pohon dengan semua yang serba terbatas.
Selama 4 hari berada dihutan sudah cukup banyak masyarakat yang jatuh sakit dan
ada diantaranya yang sudah tidak mampu lagi untuk berjalan.
Saksi berharap agar aparat yang akan dikirim untuk menjaga desa Waemulang
kiranya dari kesatuan Brimob saja agar dapat mengembalikan harkat dan martabat
mereka. Menurut saksi ia meminta kehadiran Brimob bukan bermaksud apa-apa
tetapi apa yang ia saksikan pada peristiwa hari kamis tersebut, aparat Armed 8 yang
berada di desanya tidak dapat berbuat apa-apa dan terkesan terlalu cepat mundur.
Sambil memberikan kesaksian saksi juga bertanya bahwa pada penyerangan
pertama dan kedua kelihatannya jumlah teroris lebih banyak dari pada penyerangan
ketiga ini, namun pada penyerangan ketiga memang jumlah teroris lebih sedikit yaitu
kurang lebih 500 orang namun persenjataan yang digunakan tidak ada senjata
rakitan. Saksi bertanya bahwa kalau memang masyarakat sipil yang menyerang dari
mana mereka dapat memperoleh senjata organik yang sebegitu banyak dan sebegitu
canggih. Saksi mengatakn juga bahwa setelah teroris meninggalkan desa,
masyarakat menemukan beberapa barang bukti berupa bom, kelongsongan peluru,
namun semua itu telah diserahkan kepada Kepolsek Leksula. Hal lain yang
disampaiakan saksi bahwa selama ini ( kurang lebih 7 bulan) aparat Armed yang
bertugas di Waemulang kehidupan mereka dengan masyarakat sangat baik, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam tugasnya. Saksi pun mengakui bahwa
memang selama ini kehidupan masyarakat desa Waemulang dengan desa-desa
komunitas Islam tetangganya belum terlalu harmonis, namun menurut saksi
masyarakat desa Muslim tersebut beberapa kali telah datang ke desa Waemulang
walaupun masih menggunakan pengawalan. Saksi menambahkan bahwa pernah
dipergoki seorang masyarakat Muslim yang menurut saksi hendak menyusup masuk
ke desa Waemulang, namun setelah ditangkap masyarakat ia beralasan bahwa mau
cari kerja. Dengan alasan yang tidak masuk akal tersebut, masyarakat dengan
kesadarannya tidak mengapa-apakan yang bersangkutan dan malah
menyerahkannya kepada aparat yang bertugas.
3. N a m a: Ibu Selly Lesbassa
U m u r: 37 Thn.
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Nama Suami: Titus Lesbassa
A l a m a t: Desa Waemulang
Saksi mengetahui ada penyerangan pada kira-kira pukul 06.30 wit, yang ditandai
dengan teriakan masyarakat bahwa ada banyak kapal motor yang datang dari arah
barat menuju desa Waemulang. Saat itu saksi berada dalam rumahnya yang tidak
begitu jauh dari tepaih pantai.
Mendengar teriakan masyarakat tersebut, suami saksi langsung menyuruh saksi
mengambil anak-anaknya dan kemudian berlari menyelamatkan diri kearah belakang
kampung (arah utara). Setelah memanggil anak-anaknya, saksi berasam
anak-anaknya langsung menuju pintu depan rumah dengan maksud untuk keluar
menyelamatkan diri sesuai petunjuk suami saksi. Namun saat keluar dari rumahnya,
saksi bertemu dengan Pak Anthon Lesbassa, Pak Puttu (Danton Armed), Pak Kardi
(Anggota Armed), Pak Win (Anggota Armed), Bapak Pendeta dan Pak Polly
Wattimena. Saat itu saksi menyaksikan Pak Anthon Lesbassa sedang memegang
tangan Danton Armed dan saksi mendengar Pak Anthon Lesbassa berkata kepada
Danton Armed bahwa; Pak… Pak…., sudah ada perusuh putih 6 orang dibelakang
kebun bapak Nanu Liligoly. Mendengar informasi tersebut, Danton dan beberapa
rekannya berlari ke arah pantai sedangkan salah satu anggota Armed (Pak Win)
langsung kembali ke posnya mengambil senjata jenis Minimi.
Saat saksi melihat Pak Win kembali dengan senjata Miniminya, saksi menyatakan
kepada pak Win bahwa; pak jangan tembak dahulu, kalau musuh sudah tembak baru
dibalas. Setelah berkata demikian, saksi mengajak lagi anak-anaknya kembali ke
dalam rumah untuk berdoa.
Sementara saksi berdoa, saksi mendengar bunyi tembakan yang mengenai atap
rumah oom Safier Lesilawan. Setelah selesai berdoa saksi segera keluar dan melihat
Danton Armed sedang berdiri bersama Bo Tasane dan Chaly Hukunala tepat di
samping rumah Chaly Hukunala.
Setelah itu saksi kembali lagi masuk kedalam rumahnya dengan maksud akan
mengambil pakaian secukupnya. Disaat saksi sementara mengambil pakaian saksi
mendengar Pak Win (Anggota Armed) berteriak; Allahuakbar Allahuakbar
Allahuakbar.
Setelah saksi mengambil pakain secukupnya saksi langsung mengajak
anak-anaknya untuk segera keluar menyelamatkan diri namun setelah berada diluar
rumahnya saksi melihat kearah belakang desa ternyata nyala api sudah membesar
dirumahnya bapak Siu Waemesse. Karena situasi dibelakang desa sudah tidak
memungkinkan dan pada umumnya masyarakat berlari ke arah Timur, maka saksi
dan anak-anaknya juga berlari ke arah timur. Tidak seberapa jauh saksi berlari,
tepatnya disamping rumah bapak Jotan, saksi bertemu dengan Pak Karsi (Anggota
Armed). Pak Karsi mengatakan kepada saksi bahwa Ibu lari ke arah timur jangan ke
belakang desa karena dibelakang desa perusuh sudah masuk. Mendengar ucapan
pak Karsi, saksi langsung mengatakan kepada Pak Karsi bahwa kalau begitu pak
Karsi ke belakang desa untuk mempertahankan desa, selanjutnya Pak Karsi
menjawab; Ia Bu. Setelah itu saksi bersama anak-anaknya melanjutkan
perjalanannya sampai ditepi kali dan ternyata setibanya saksi ditepi kali saksi melihat
pak Karsi juga tiba ditempat yang sama. Saksi langsung menyeberangi kali dan pada
saat itu saksi tidak melihat lagi Pak Karsi sampai dengan tibanya saksi ditempat
pengungsian sementara.
Kurang lebih setengah jam saksi tiba ditempat pengungsian sementara, datang juga
Pak Danton dan pak Agung dan langsung saksi berkata kepada Danton bahwa;
bapak-bapak masakan tidak bisa mempertahankan desa kita, Danton dan Pak Agung
langsung menjawab bahwa;" sudahlah Ma, mereka menggunakan peralatan yang
canggih". Mendengar jawaban itu saksi tidak dapat melanjutkan pertanyaannya lagi.
Menurut saksi, Ia keluar tanpa bisa membawa apa-apa dan kalau pada saat itu saksi
tidak mendengar tembakan Pak Danton maka saksi yakin ia belum berkeinginan
untuk melarikan diri dan masih sempat untuk mengambil sedikit barang-barang
berharganya. Suami saksi adalah seorang pengusaha di Desa Waemulang yang
semua barang dagangannya baru saja tiba dari Surabaya namun telah dijarah habis
oleh perusuh.
Saksi mengatakan bahwa selama ini kehidupan masyarakat dengan Anggota Armed
yang bertugas di desa Waemulang sangat harmonis, dan rumah saksi dijadikan ibarat
posnya Armed. Segala kebutuhan anggota Armed yang sulit untuk diperoleh di Desa
selalu diupayakan oleh saksi dan suaminya begitu juga menyangkut makan dan
minum sehingga seluruh Anggota Armed memanggil saksi Mama. Saksi
menambahkan juga bahwa beberapa waktu lalu Danyon Armed bekunjung ke
Waemulang, saksi juga yang menyediakan makan kepada Danyon.
Menurut saksi saat penyerangan terjadi, didesa Waemulang hanya berada 9 anggota
Yon Armed 8 yang bertugas dari yang seharusnya 12 orang, namun yang lainnya
katanya sedang ke Namlea. Kemudian yang saksi ketahui 4 Anggota Armed
termasuk Danton lari menyelamatkan diri berasma masyarakat sedangkan yang
sisanya saksi tidak mengetahui keberadaanya.
Saksi mengatakan bahwa saksi tidak mau lagi kalau anggota Armed yang
mengamankan desa Waemulang. Penolakan ini menurut saksi karena anggota
Armed tidak dapat mempertahankan desa Waemulang dan tidak mau menembak
perusuh yang sudah nyata-nyata menyerang.
4. N a m a: Anthon Lewarisa
U m u r: 30 Thn.
Pekerjaan: T a n i
A l a m a t: Desa Waemulang
Saksi mengatakan bahwa posisi rumah saksi dibelakang desa Waemulang (sebelah
utara ). Kira-kira pukul 06.30 wit saksi mendengar bunyi tembakan senjata organik
yang tidak terlalu jauh dari rumah saksi dan pada saat saksi berupaya melihat kearah
bunyi suara tembakan, ternyata teroris telah mengepung desa. Menyadari desa
Waemulang sudah terkepung dan upaya menyelamatkan diri kearah belakang desa
sebagai cara yang lazim dilakukan saat penyerangan terdahulu terasa sulit, maka
saksi membulatkan tekad untuk tetap bertahan saja disamping tersirat keinginan
saksi untuk memantau keberadaan teroris.
Disaat saksi bertahan dengan posisi bersembunyi, saksi mendengar suara bunyi
tembakan senjata organik secara bertubi-tubi/berentetan yang sesekali diikuti dengan
ledakan bom atau mungkin juga granat kata saksi. Saksi menambahkan bahwa saksi
bisa membedakan suara bunyi senjata organik dengan senjata rakitan. Kalau senjata
rakitan bunyinya hanya sekali-sekali namun yang terdengar oleh saksi pada saat itu
bunyinya tarrrt…tarrrt dan ada juga bunyi dududu…dududu ( saksi menirukan suara
bunyi tembakan ).
Saksi menyaksikan bahwa perusuh yang berada digaris depan hampir semua
berpakaian loreng lengkap dengan ransel dan memegang senjata organik, dan dari
sekian banyak teroris yang berpakaian loreng, saksi melihat sendiri dari jarak yang
cukup dekat 2 anggota TNI dari Yonif 731 masing-masing Pratu Ike dan Pratu Afifudin
yang pada saat itu sedang memegang senjata organik dan berpakaian loreng.
Menurut saksi kedua oknom TNI ini saksi kenal sekali karena mereka berdua pernah
bertugas sebagai Pam Pemilu di desa Waemulang.
Selanjutnya saksi mengatakan bahwa saksi menyaksikan pergerakan teroris dalam
jumlah yang cukup besar dengan gerakan yang sangat cepat dan lincah sama persis
dengan cara TNI saat berlatih perang yaitu berlari sambil berzik-zak.
Saksi juga mengatakan bahwa anggota Armed sama sekali tidak berupaya
menghalau teroris namun cuma menyuruh masyarakat untuk lari sambil berkata itu
semua aparat, ayo lari… lari.
Menurut saksi sebelum desanya diserang ada 9 (sembilan) anggota Armed 8 yang
bertugas, namun saat penyerangan terjadi, 2 (dua) anggota Armed sedang pergi
berburu bersama masyarakat sehingga yang tinggal bersama masyarakat saat teroris
menyerang hanya 7 (tujuh) anggota. Masih menurut saksi bahwa 2 (dua) anggota Yon
Armed yang pergi berburu adalah; Pak Andy dan Pak Sungkowo.
Kira-kira pukul 09.00 wit karena sudah semakin terdesak dan sangat mengerikan,
saksi terpaksa menyelamatkan diri yang pada saat itu saksi melihat juga 3 anggota
Armed turut menyelamatkan diri bersama saksi dan masyarakat lainnya.
5. N a m a: Niko Tasane
U m u r: 20 Thn.
Pekerjaan: Tani
A l a m a t: Desa Waemulang
Kira-kira pukul 06.30 wit saksi sedang berdiri didepan pos Armed dan tiba-tiba
terdengar teriakan bahwa ada perusuh yang telah berada dibelakang desa
Waemulang. Pada saat itu menurut saksi ada 4 anggota Armed yang berada didalam
posnya.
Mengetahui bahwa memang benar teroris telah mengepung desa dan melihat anggota
Armed sudah bersiap-siap dengan senjatanya, saksi langsung bergabung dengan 3
(tiga) anggota Armed masing-masing: Pak Win, Pak Teguh dan yang satu anggota
lagi saksi tidak mengetahui namanya karena yang bersangkutan adalah anggota baru
saja pindah dari Dusun Waehaka.
Karena situasi sudah tidak memungkinkan, saksi bersama 3 anggota Armed tersebut
lari menuju salah satu pos jaga ditengah desa dekat dengan rumahnya Oom Ky
dengan maksud untuk berlindung.
Beberapa saat di tempat perlindungan, saksi melihat ada sekelompok teroris yang
sudah mulai mendekat dengan menggunakan pakaian loreng dan bersenjata organik,
maka saksi langsung mengatakan kepada ke 3 (tiga) Anggota Armed bahwa tembak
Pak, tembak Pak itu perusuh, itu bukan pasukan kita. Mendengar suruhan dari saksi,
anggota Armed kembali mengatakan kepada saksi bahwa de tenang saja jangan
takut. Saksi kembali mengatakan bahwa bagaimana ini kita sudah terkepung, tembak
saja pak. Namun ketiga anggota Armed tersebut tidak juga mengeluarkan tembakan.
Menurut saksi saat itu perusuh masuk dari dua arah yaitu barat dan utara saksi
menambahkan bahwa melihat cara ke tiga anggota Armed tersebut dalam bersikap
saksi berkesimpulan mereka bertiga tidak serius.
Situasi semakin memanas karena perusuh semakin banyak yang masuk dan bunyi
tembakan rentetan sangat banyak dari arah belakang desa dan arah barat. Saksi
mengatakan bahwa setelah itu saksi melihat 2 anggota Armed mengeluarkan
tembakan namun Pak Teguh yang memakai senjata kaki tiga tidak mengeluarkan
tembakan.
Karena perusuh yang menggunakan kapal motor sudah akan merapat, saksi dan
ketiga anggota Armed yang sementara berada di pos jaga tetap siaga dengan posisi
tiarap, pada saat itu saksi melihat sekelompok perusuh yang turun dari kapal Motor
langsung lari berlindung disamping rumah Oom Chaly dan melambaikan tangan
seakan memanggil kearah saksi dan ketiga anggota Armed. Yang mengherankan
saksi lambaian perusuh tersebut dibalas dengan lambaian seakan memanggil juga
dari ketiga anggota Armed. Menyaksikan adegan itu, saksi menyuruh anggota Armed
untuk menembak tapi mereka bertiga tidak juga menembak, dan saat yang
bersamaan saksi dikagetkan dengan suara hentakan bahwa ayo angkat tangan kalau
tidak kita tembak mati, setelah saksi menoleh ke arah suara tadi, ternyata telah
berdiri dibelakang saksi dan ketiga anggota Armed 5 (lima) orang teroris dengan
senjata organik dan lebih jelas ada jenis M16, saksi katakan bahwa saksi kenal
senjata jenis M 16 karena senjata itu memakai pegangan disebelah atas.
Setelah disuruh angkat tangan oleh perusuh, ketiga anggota Armed langsung
meletakan senjatanya diatas tanah dan mereka bertiga langsung berdiri dan
mengangkat tangan namun saksi tidak berdiri dan tetap saja pada posisi awalnya
(duduk). Melihat posisi teroris yang sedang menodong perhatiannya terpusat kepada
ketiga anggota Armed, saksi tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung berlari
sekuat tenaga menuju kerumah saksi yang saat itu belum terbakar. Saksi
mengatakan bahwa ia tidak mengetahui bahwa pada saat ia melarikan diri ia sempat
ditembak atau tidak karena terlalu banyak bunyi tembakan pada saat itu.
Saat hendak memasuki rumah saksi, saksi berpapasan dengan sejumlah teroris dan
para teroris tersebut mengangkat jempol kepada saksi karena mereka menduga saksi
adalah teman mereka. Mendapat acungan jempol, saksi juga membalas dengan
acungan jempol dan langsung masuk kerumahnya. Setelah berada didalam rumah
saksi langsung naik ke bagian atas rumahnya dengan maksud hendak mengintip
namum tidak begitu lama saksi merasa sulit untuk bernafas karena banyak kepulan
asap yang muncul dan ternyata rumah saksi telah dibakar sehingga saksi langsung
turun dan menuju ke dapur dengan maksud mengintip dahulu sebelum
menyelamatkan diri keluar rumah. Karena dapur rumah saksi hanya terbuat dari
papan yang susunannya tidak terlalu rapat maka saksi dengan mudah dapat
mengintip keluar. Di saat saksi mengintip saksi melihat sekelompok teroris yang
berpakaian loreng dan bersenjata organik sedang menjarah barang-barang milik
Bapak Ti.
Karena api yang membakar rumah saksi mulai membesar, saksi berupaya keluar
untuk menyelamatkan diri dan pada saat itu saksi melihat disamping Pastori (rumah
Pendeta) berdiri kurang lebih 20 teroris ada yang berseragam loreng dan ada juga
yang berpakaian biasa namun pada umumnya memegang senjata organik sedangkan
ada beberapa yang sedang berbicara dengan menggunakan HT. Menurut saksi para
teroris tersebut mengecat muka dengan cat putih sehingga wajah mereka terlihat
bintik-bintik putih dan sulit untuk dikenali. Tidak lama kemudian kelompok teroris ini
menuju rumah bapak Ti dimana ada teman mereka yang sedang menjarah barangnya
bapak Ti. Saksi mengatakan bahwa setibanya kelompok besar ini dirumahnya bapak
Ti, mareka bergabung dengan teman-temannya kemudian makan kue dan meminum
sprite.
Setelah merasa aman, saksi berlari keluar dari rumahnya dan menuju rumah Tete
Epa. Didalam rumah Tete Epa saksi melihat sekelompok perusuh sedang
membongkar pondok. Karena merasa dirumah Tete Epa kurang aman, saksi lari lagi
menuju Gedung Gereja yang saat itu belum dibakar dan saksi langsung masuk ke
WC Gereja sementara saksi berada didalam WC Gereja , tiba-tiba saksi dikagetkan
dengan bunyi ledakan besar yang sekaligus tembok WC Gereja menjadi retak.
Ternyata bunyi tersebut adalah bunyi bom yang dilepaskan teroris kedalam gedung
Gereja.
Dengan menaiki tembok WC, saksi berupaya untuk melihat apa yang sedang
dilakukan teroris melalui lobang angin. Pada saat itu saksi melihat kearah pos Armed
dan ternyata 2 teroris berpakaian loreng dan bersenjata organik sementara
mengangkat 2 peti kecil yang menurut saksi peti itu saksi kenal adalah peti amunisi
milik Armed 8, sedangkan ada juga beberapa teroris yang sedang berbicara dengan
menggunakan HT .
Kira-kira pukul 16.00 wit teroris meninggalkan desa Waemulang setelah menjarah
kemudian memuat barang-barang jarahan tersebut ke atas 8 buah kapal motor, yang
sekaligus 8 buah kapal motor tersebut juga digunakan untuk mengangkut seluruh
teroris kembali kearah barat. Ditambah lagi dengan 3 buah long boat milik
masyarakat yang juga dibawah kabur. Saat hendak meninggalkan desa, teroris
mengeluarkan tembakan secara beruntun.
Setelah perusuh meninggalkan desa Waemulang, tidak lama kemudian saksi melihat
dari arah timur ada long boat yang datang, ternyata setelah tiba ditepi pantai long
boat tersebut memuat anggota Armed 8 yang bertugas didesa Waeturen (desa
sebelah Timur Waemulang). Saat saksi bertemu dengan anggota Armed dari
Waeturen saksi ditanya oleh anggota Armed bahwa dimana masyarakat, saksi
mengatakan bahwa masyarakat sudah lari kehutan sedangkan teman bapak tiga
orang sudah ditangkap oleh teroris.
6. N a m a: Nabas Solissa
U m u r: 27 Thn.
Pekerjaan: Tani
A l a m a t: Desa Waemulang
Saksi mengetahui desanya diserang teroris dari teriakan masyarakat sekitar pukul
06.30 Wit, saat dimana saksi sedang minum teh dirumahnya. Rumah saksi berada
pada posisi paling pojok dibelakang desa Waemulang (sebelah Utara). Setelah
mendengar teriakan masyarakat, saksi langsung keluar dari rumahnya dengan
maksud untuk melihat dan ternyata benar teroris telah merinsek masuk desa
Waemulang dari arah belakang desa tidak jauh dari rumah saksi. Saat yang sama
saksi melihat salah satu ponaannya yang hanya dengan senjata tombak dan parang
terus maju untuk menghadang perusuh. Karena merasa upaya ponaannya ini adalah
upaya yang sangat berisiko, secara spontan saksi berteriak bahwa mundur…. Mundur
kalau tidak kamu celaka. Setelah saksi berteriak terdengar bunyi tembakan secara
beruntun yang menurut saksi tembakan tersebut mungkin diarahkan kepada
ponaannya, dan secara bersamaan saksi melihat teroris dalam jumlah yang besar lari
menyebar masuk kedalam desa.
Menurut saksi, teroris yang berada di garis depan pada umumnya berpakaian loreng
dan memegang senjata organik, mereka mengecat muka bintik-bintik putih, ada juga
yang berpakaian hitam dengan mengikat kepala dan ada juga yang menggunakan
penutup muka ala ninja serta ada juga yang memakai loreng dengan topi rimba
dengan ditempel daun-daun rumput.
Setelah teroris berada didalam desa dan hendak membakar rumah yang pertama
yang sangat berdekatan dengan rumah saksi, saksi langsung melompot dari jendela
dan berlari menyelamatkan diri dengan tujuan awal adalah ke Gereja. Namun pada
saat hendak menuju gedung Gereja, banyak masyarakat yang berteriak bahwa lari ke
arah timur maka saksi bersama sejumlah masyarakat langsung berlari ke arah timur
dan langsung menyeberang kali menuju ketempat persembunyian sementara.
Saksi menduga aparat Armed yang berjumlah 8 orang di desa Waemulang pada saat
itu dalam keadaan takut karena melihat jumlah perusuh yang begitu banyak yang
juga dilengkapi dengan persenjataan yang canggih, maka satu-satunya jalan mereka
harus menyelamatkan diri bersama masyarakat. Saksi mengatakan juga bahwa
karena diliputi perasaan takut dan keinginan untuk mengetahui nasib anak dan
istrinya maka saksi tidak dapat bertahan lama didalam desa. Saksi menambahkan
bahwa pada sore harinya setelah Muspika meninggalkan desa Waemulang teroris
kembali lagi untuk menyerang atau mungkin juga ingin menjarah barang yang masih
tersisa namun kedatangan mereka sempat dihalau oleh 4 Anggota Armed yang masih
bertahan bersama masyarakat.
-Bersambung ke 3-
|