The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

DI SEPANJANG JALAN KE MALINO II (2)


From: "Joshua Latupatti" joshualatupatti@hotmail.com
Date: Tue, 05 Feb 2002 07:33:36 +0000

DI SEPANJANG JALAN KE MALINO II (2)
download artikel in print friendly version    
Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya 

Salam Sejahtera!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Muslim Masohi di Makassar Tolak Rekonsiliasi

Malino; Makassar, LaskarJihad.or.id, 29 Januari 2002 - Anggota Tim Pengacara Muslim Korwil Sulawesi Selatan (Ketua Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Muslim Masohi di Makassar, Muhammad Kasim Usemahu, SH) ini menegaskan, penegakan supremasi hukum itu mutlak diperlukan, karena konflik yang terjadi di Maluku bukan semata-mata konflik SARA. "Namun lebih merupakan konflik politik yang didalangi oleh kelompok separatis RMS dengan menggunakan kedok partai politik, dalam hal ini PDI-Perjuangan Maluku," ungkap Kasim.

JOSHUA:
Kelihatannya, hampir semua orang yang dipasang sebagai "Ketua ini dan itunya Islam Indonesia", tidak memiliki inteligensia yang lebih baik dari yang dipunyai seekor kambing, atau memiliki moralitas yang terlalu rendah, hingga berelepotan lumpur dan kotoran. Jika RMS berkedok PDI-P di Maluku, dan PDI-P Maluku memiliki fungsionaris Kristen dan Muslim, berarti RMS adalah "RMS Salam-Sarani"! Saya tidak mengatakan bahwa RMS bukan milik Salam-Sarani, tapi bukankah si SH-dungu ini malah menentang teori para rekan seperjuangannya seperti si Attamimi dan Putuhina? Apa mungkin berbagai DPD PDI-P dan DPP PDI-P begitu dungu, sehingga tidak mampu mencium bau RMS di dalam tubuh PDI-P Maluku? Konflik Maluku memang bermuatan Politik yang terbungkus oleh agama, dan perancangnya adalah Pemerintah NKRI dan berbagai kelompok "hijau" di dalam militer/polisi dan MUI, melalui tangan Al Fatah dan MUI-Maluku, yang waktu itu "diketuai oleh seorang Perwira Polisi"!

HARIAN UMUM SINAR HARAPAN; 2002-01-30
Sore Ini, Praperundingan Kelompok Bertikai di Maluku Elemen yang perlu diikutsertakan ini menurut M Darwis (Sosiolog Universitas Hasanuddin) adalah pihak keamanan dan laskar yang selama ini terlibat peristiwa tragis yang banyak me-nelan korban jiwa itu. "Apalagi, kasus Ambon dan Maluku ini cakupannya sangat luas, dan semua tahu bahwa RMS turut membonceng di dalamnya," ujarnya. (ani)

JOSHUA:
Hei dogol, yang bercokol di UI sana, si "sisolego - Imam Prasodjo" saja, tidak kami hargai sepepeserpun juga, apalagi kamu yg. ada di "kampung" situ? Si "sosilog-bego" ini hanya mampu berteriak, "semua tahu bahwa RMS turut membonceng di dalamnya", tetapi coba minta dia memberikan bukti yang mendasari teriakannya, maka idiot ini akan segera tutup mulut. Manusia-manusia rendah seperti ini sengaja menggunakan RMS sebagai alasan bagi pembenaran kebiadaban "laslar jihad", yang mereka akui sebagai pembela Muslim sejati (kalau tidak sekedar berdusta untuk mengunakan Islam sebagai tameng keterlibatan mereka di dalam kejahatan bersama "laskar juhad"). Jika hati si M. Darwis ini memang bersih, dan otak sosilognya itu tidak berkarat, jika "laskar jihad" yang terlibat di dalam Kerusuhan Maluku, diikutsertakan di dalam perundingan damai, mengapa RMS yg. dituduh terlibat tidak diusulkan untuk diikutsertakan? Sudah goblok, busuk pula hatinya!

Jika "laskar jihad" atau gerombolan sampalan seperti FPI dan KISDI memang pembela Muslim, bukankah mereka harus ada di tengah Muslim yang menderita, apakah sebagai korban kejahatan politik, ataupun korban bencana alam. "Ada Berapa ekor kambing berjenggot dan bersorban yang muncul di tengah para korban banjir yang Muslim (saja) di Jakarta sana? Mana FPI? Man KISDI? Mana "laskar jihad"? Ini baru di Jakarta, yang menjadi pusat perhatian. Bagaimana kalau di daerah? Mereka ini bukan pembela Muslim, tetapi pemeras dan penipu Muslim dengan menunggangi dan menistai iman Islam!

ANTARA; 2002-01-29
JIHAD LEGION INVITED TO JOIN MEETING FOR MALUKU

8:55:16 PM Ambon, Maluku - Representatives of the Jihad (Holy War) Legion have been invited to join the `Meeting for Maluku` to seek a peaceful solution to the communal conflicts in the eastern Indonesian province, which have raged on and off since Jan 19, 1999. `The involvement of the Jihad Legion was decided in a meeting with a central government team headed by Coordinating Minister for Political and Security Affairs Susilo Bambang Yudhoyono in Ambon on Jan 25-26,` Maluku Moslem leader, Thamrin Ely, said here Tuesday.

JOSHUA:
Itikad dari tim Pemerintah Indonesia terhadap perdamaian Maluku sangat jelas terlihat di dalam bagian ini. Bagaimana bisa, bahwa setelah Susilo Bambang Yudhoyono menolak memberikan pernyataan tentang keterlibatan RMS dan "laskar jihad" di dalam kerusuhan Maluku, lalu memutuskan untuk mengundang "laskar jihad" ke dalam Pertemuan Salam-Sarani Maluku? Jika RMS atau FKM memang terlibat, seharusnya mereka diundang juga, jika "laskar jihad" diundang. Sebenarnya, Susilo Bambang Yudhoyono, Da"i Bachtiar, Yusuf Kalla, dll. tahu persis bahwa RMS "tidak terlibat", tetapi RMS adalah satu-satunya jalan bagi mereka untuk melegalisir ilegalitasnya "laskar jihad" dan menjadikan mereka "warga haram Maluku yang ber-KTP"!

Rakyat Maluku, Salam-Sarani supaya ekstra hati-hati dan agak cerdik, jika berhadapan dengan manusia ular seperti si Susilo Bambang Yudhoyono dan kawan-kawannya ini!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Konflik Maluku, Upaya Penindasan Terhadap Umat Islam;

Ambon, LaskarJihad.or.id, 30 Januari 2002 Ditemui Laskarjihad.or.id di kediamannya, Selasa (29/1) pagi, La Syarifudin mengatakan, sejak pecahnya konflik yang bermuara pada Tragedi Idul Fitri Berdarah 19 Januari 1999 hingga sekarang, kaum Muslimin Maluku selalu dijadikan bulan-bulanan oleh kelompok Kristen. "Sejak awal konflik hingga sekarang, kelompok Kristen selalu menindas warga Muslim. Sekarang malah mereka yang mengaku ditindas," ujarnya kesal.

JOSHUA:
Kebodohan dan kebohongan adalah dua hal yang selalu muncul ketika yang berbicara adalah orang-orang rendah yang mengaku sebagai Muslim sejati atau pembela Islam. Kalau kelompok dungu ini mengatakan bahwa "pada mulanya, kelompok Muslim terdesak", tidak ada yang akan membantah, walaupun "terdesak" bukan berarti "tidak memulai". Dasar pendusta goblok, si La Syarifudin mengaku, "muslim terdesak sampai saat ini". Dari pengakuan ini saja, kita sudah melihat kualitas orangnya. Lain halnya, jika dia mengatakan bahwa, "Muslim sekarang terdesak karena diintimidasi oleh "laskar jihad", sebab memang itulah yg. terjadi saat ini.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Salah satu contoh dari kebohongan kelompok Kristen itu, kata Syarifudin, adalah disebarkannya berita bohong tentang Islamisasi paksa berskala besar terhadap komunitas Kristen yang ada di Maluku. Padahal, lanjutnya, yang terjadi adalah pembunuhan ribuan nyawa kaum Muslimin di Maluku. Sementara, ratusan ribu lainnya eksodus ke berbagai wilayah yang dianggap aman dan bersedia menerima mereka sebagai pengungsi.

JOSHUA:
Kebodohan berikut yang diperlihatkan, dan ditelan mentah-mentah oleh si goblok – "laskar jihad". Orang yang lurus akalnya akan membandingkan "islamisasi paksa" dengan "kristenisasi paksa", dan "korban Muslim" dengan "korban Kristen". Si bego ini menyemarakkan dustanya dengan membandingkan "islamisasi paksa" dengan "korban Muslim". Orang bisa menjadi korban karena "diserang" atau karena "menyerang". Apa yang bisa kita simpulkan jika sebagian besar korban jiwa di pihak Muslim terletak di dalam wilayah Kristen? Tolong si idiot La Syarifudin ini, karena otaknya tidak akan mampu mencernakan artinya.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Namun, Syarifudin mengakui, kehadiran Islam ke muka bumi adalah untuk menebarkan rahmat bagi seluruh alam, cinta akan perdamaian, dan sangat benci dengan pertikaian. Akan tetapi, Islam juga menyuruh untuk memerangi kelompok yang telah melanggar perjanjian yang telah disepakati dengan kaum Muslimin.

JOSHUA:
Saya tidak akan mengatakan apa-apa tentang klaim si La Syarifudin ini, tetapi saya harus katakan bahwa "saya belum melihat buktinya, selain dari Ambon dan Maluku sebelum dikotori oleh orang-orang yang rajin mengklaim seperti si La Syarifudin ini"! Kunyuk bego ini tidak tahu, bahwa "rahmat itu tidak berisikan pembalasan dendam di dalamnya", dan "keadilan tidak akan diwujudkan tanpa kehadiran pihak ketiga di dalam mengevaluasi pelanggaran perjanjian (jika memang ada)! Apapun bentuk pelanggarannya, menghukum orang dengan memancung kepala secara bergiliran dari pagi hingga malam adalah "perbuatan biadab"! Kalaupun tindakan itu melambangkan keadilan, maka keadilan yang dilambangkan adalah "keadilan biadab"!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Malino II Bukan Perdamaian Masyarakat Bawah

Keberangkatan delegasi yang ditunjuk langsung oleh Gubernur Maluku, Ir. Saleh Latuconsina tersebut, meninggalkan kontroversi di kalangan umat Islam Maluku. Permasalahannya, perundingan damai yang melibatkan dua komunitas Islam-Kristen selalu ditetapkan dari atas, bukan aspirasi dari masyarakat bawah sehingga perdamaian hanya dinikmati oleh kalangan atas.

JOSHUA:
Saya mendukung protes yang dilakukan, jika Saleh Latuconsina sengaja menunjuk sendiri wakil -wakil Muslim sesuka hatinya! Tindakan itu memperlihatkan "permainan kotor Pemerintah Pusat dan Daerah" untuk hanya mencapai "perdamaian formalitas", agar disebut berhasil oleh dunia internasional.

Sayangnya, saya tidak melihat adanya akumulasi protes ke arah sana, sementara yang tercium adalah semacam "ketakutan pada perdamaian", yang melahirkan berbagai pernyataan, pengakuan, dan protes yang tidak masuk akal sehat dan cenderung berisikan dusta.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Apabila pengungsi Kristen asal Poka-Rumah Tiga yang jumlahnya ribuan dan pengungsi Muslim asal Passo, Gudang Arang, Hative Besar dan daerah-daerah Kristen lainnya dikembalikan ke daerahnya masing-masing, menurutnya, hal tersebut sangat riskan dan membahayakan keselamatan para pengungsi Muslim. "Tidak ada yang menjamin dan bertanggung jawab atas keselamatan warga Muslim bila mereka dikembalikan ke asalnya yang merupakan daerah Kristen," tegas Daud (Tokoh Pemuda Leihitu, Daud Sialana).

JOSHUA:
Jika anda menelusuri situs "laskar jihad", anda akan melihat tuntutan agar pengungsi Muslim dikembalikan ke "desa mereka", walaupun itu "bukan desa mereka". Yang disebut sebagai "desa mereka" itu adalah "wilayah adat desa - desa Kristen", yang dulunya direlakan untuk dihuni oleh pendatang Muslim. Kenyataan ini membuktikan "sifat warga Kristen Maluku yang sebenarnya", yang jauh lebih manusiawi dari kelompok rakus beriman, yang bernama "laskar jihad".

Mengapa tuntutannya sekarang berubah? Karena "laskar biadab beriman" itu sudah merampok sebagian besar desa-desa Kristen di Maluku, yang akan diubah mereka menjadi desa Islam, seperti Waai yang disebut Waaisalam. Komentar ini berkaitan erat "keserakahan dan tidak tahu malu dari orang-orang yang mengaku dibela oleh Allah mereka yang melarat, untuk menguasai tanah pusaka rakyat Maluku, Kristen maupun Muslim". Saya harus katakan, bahwa "usaha perampokan berselubung iman ini, didukung penuh oleh Pemerintah Indonesia, seperti yang diperlihatkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dkk".

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Menurut Daud (Tokoh Pemuda Leihitu, Daud Sialana), bila ribuan pengungsi Kristen dikembalikan ke daerah asalnya seperti Poka-Rumah Tiga dan Waai, justru akan sangat menguntungkan kelompok Kristen, terutama dalam hal penguasaan wilayah yang strategis. Seharusnya Pemerintah sudah mengevaluasi konflik Maluku dan mengambil pelajaran dari beberapa kali perdamaian yang diadakan, yang selalu kandas di tengah jalan karena tidak didukung kalangan masyarakat bawah," tandasnya. (nur)

JOSHUA:
Orang ini juga tidak kalah "idiotnya"! Anda mungkin mengira bahwa saya suka mengada-ada. Coba lihat. Masalah Perdamaian itu berhubungan dengan "pengembalian hak milik", dan bukan "penguasaan daerah strategis". Ungkapan "daerah strategis" bisanya digunakan oleh orang rakus yang menginginkan milik orang. Pemilik sendiri tidak akan pusing dengan strategis atau tidak. Itu milik saya, kembalikan saja pada saya. Jika si Daud ini pintar, dia tidak akan mengubungkan masalah strategisnya suatu daerah dengan kegagalan perjanjian damai, walaupun saya juga bingung, perjanjian damai apa yang pernah resmi dibuat (?). Tetapi karena si Daud yang idiot dan pendusta ini, dianggap pintar oleh "laskar idiot yang serakah", maka sampahnya juga digunakan untuk mempertahankan rampokan mereka. Pernyataan si Daud ini malah memperjelas keadaan, "siapa sebenarnya yang berpotensi untuk menggagalkan perundingan damai, dan apa alasanya". Ini bukan masalah "lapisan bawah" atau "lapisan atas", tetapi masalah "keserakahan atas milik orang lain"! Alasan "laskar rampok beriman" bahwa apa yang mereka rampok harus diambil melalu perang juga, nyatanya dirasakan mereka sendiri sebagai "pernyataan yang lemah" dan tidak punya dasar apapun, baik hukum maupun kemanusiaan!

MASARIKU NETWORK; 2002-02-01
Merambah Jalan Perundingan - Pertemuan awal di Makasar. 2

Terhadap agenda pemulangan pengungsi yang tertuang dalam draft penyelesaian produk Menko Kesra, Pangdam dengan tegas menyatakan rasa pesimisnya. menurutnya proses tersebut kemungkinan tak dapat berlangsung dalam waktu yang direncanakan.

JOSHUA:
Semakin jelas kelihatan baik di Pusat maupun di Daerah, bahwa terdapat "keengganan untuk mengembalikan tanah Adat desa-desa Kristen yang dihancurkan dan dirampok oleh "laskar jihad", dengan dukungan desertir militer/polisi. Si Mustopo-mustapa ini mulai menguatirkan nasib kerabatnya, bila dipulangkan dari "tanah subur" yang akan menjamin masa depan mereka, kembali ke kampungnya yang kumuh, padat dan kekeringan nutrisi. Dia juga memikirkan masa depan kariernya, seandainya negara ini nanti diubah menjadi "negara kodok hijau", yang senang saling melempar sampain mati.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Pemerintah Harus Ambil Keputusan Politik Bukan Rekonsiliasi

Menurut Suskiwo (Pimpinan Majelis Taklim Rumah Tiga, Baguala, Ambon, Nur Suskiwo), konflik Maluku bukan sekedar konflik yang melibatkan dua komunitas Islam-Kristen, akan tetapi lebih dari itu. "Konflik Maluku ini melibatkan umat Islam dan Pemerintah Indonesia di satu pihak, melawan gerakan separatis RMS yang memiliki jaringan internasional dan ingin memisahkan diri dari bingkai NKRI di lain pihak," tegasnya.

JOSHUA:
Pertama, Rumahtiga tidak punya seekor anjingpun yang bernama Suskiwo! Apakah "penghancuran Kompleks Brimob Tantui" adalah hasil kerjasama "Pemerintah dan umat Islam" di dalam menghancurkan RMS? Apakah RMS harus dihancurkan melalui penghancuran Kampus Universitas Pattimura dan Gedung PLN, misalnya? Apakah perjuangan melawan RMS harus dilakukan dengan "membongkar dan menjarah Kuburan Australia" di Kapaha (aslinya Kapahaha), Ambon? Saya percaya bahwa semua itu adalah hasil kerjasama yang melibatkan Pemerintah Indonesia, tetapi bukan dengan Umat Islam, melainkan dengan "LASKAR JIHAD" DAN JARINGAN TEROROSME INTERNASIONAL. Mengapa pemerintah Idonesia dan Umat Islam NASIONALIS tidak bekerjasama di Aceh dlm. melawan GAM? Pemimpin Majelis Taklim itu memang biasanya busuk seperti ini?

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Sementara itu, Abdul Rachman menilai, berhasil tidaknya Pemerintah Pusat dalam menyelesaikan konflik di Maluku tidak bisa dijadikan alasan untuk lepas dari NKRI. "Dunia internasional mengakui Maluku termasuk bagian dari NKRI. Itu tidak ada tawar-menawar lagi," tandasnya. (fis)

JOSHUA:
Yang ingin saya garis-bawahi di sini adalah "pengakuan Dunia Internasional" atas NKRI sekarang ini. Jika benar demikian, kenapa si Suskiwo mengangkat isu "RMS dengan jaringan Internasional", seakan-akan NKRI ini bermasalah dengan Dunia Internasional, tentang masalah RMS? Pemerintah NKRI memang bermasalah dengan Dunia Internasional, tapi yang berhubungan dengan masalah HAM dan "terorisme internasional"! Paling tidak inilah juga yang dikatakan si Suskiwo di bawah ini.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Ketidakberanian pemerintah untuk mengambil keputusan politik terhadap kasus RMS, menurut Suskiwo, disebabkan banyaknya tekanan dunia internasional terutama Amerika Serikat, dengan menggunakan isu pelanggaran HAM. Namun dirinya mengingatkan, kalau pemerintah tetap memaksakan perdamaian di Maluku, maka kemungkinan besar hasilnya sia-sia saja. (nur)

JOSHUA:
Pelanggaran HAM oleh Pemerintah Indonesia bukan hanya terjadi di Maluku saja, tetapi di Aceh, Timor Lorosae, Papua, Lampung, Tanjung Priok, Poso, Jakarta-Semanggi-Trisakti, dll. Apakah kalian tidak punya istilah "jujur" di dalam kamus iman kalian? Pemerintah Indonesia bukan tidak berani menyentuh masalah RMS, karena tekanan Amerika, dkk., tetapi karena "ketakutan terhadap kemungkinan terbongkarnya kejahatan masa lalu"! Jika tidak, sudah lama "tantangan FKM dijawab", bukan saja dengan kata, tetapi dengan tindakan "membasmi mereka seperti orang membabat rumput".

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Pemerintah Harus Ambil Keputusan Politik Bukan Rekonsiliasi

Keputusan politik yang dimaksud adalah pemerintah seharusnya menyatakan di depan publik adanya gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku. Setelah itu, pemerintah harus menindaklanjutinya dengan mengerahkan TNI untuk menumpas habis gerakan tersebut.

JOSHUA:
Ketua Majelis Taklim yang tidak jujur dan dungu ini tidak pernah bisa mengajak otak dan hatinya untuk bersatu dan mengakui bahwa Pemerintah NKRI tidak perlu manyatakan adanya RMS, karena RMS sudah menyatakan dirinya pada tanggal 25 April 2001 di kota Ambon dan berbagai desa Salam-Sarani di Maluku. Pemerintah NKRI tidak akan berani menggunakan kata "seperatis" itu lagi terhadap RMS, karena Pemerintah RI-lah yang merampok RMS pada tahun 1950, dan tanpa dasar hukum apa-apa. Itulah sebabnya, mengapa Ketua FKM, dr. Alex Manuputty, hanya dihukum karena "melanggar ketentuan PDSD-Maluku", dan tidak karena melakukan makar. Karena itu, urus saja masalah Taklim-mu dan jangan ikut-ikutan mengembikkan masalah politik.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Pemerintah Harus Ambil Keputusan Politik Bukan Rekonsiliasi

Disinggung mengenai pendekatan hukum yang kini banyak disuarakan umat Islam dalam me-nyelesaikan konflik, secara pribadi dirinya mendukung upaya tersebut. "Namun, pendekatan hukum untuk menyelesaikan konflik Maluku akan sangat sulit dan memakan waktu yang lama. Karena proses hukum itu sendiri sangat tidak mungkin diterapkan di Maluku yang per-masalahannya teramat kompleks dan rumit," ungkapnya.

JOSHUA:
Sudahkah terlihat, bagaimana berbelitnya manusia - manusia ular yang ketakutan terhadap perdamaian Maluku? Setelah begitu banyak rekannya yang meributkan masalah penegakkan hukum, sehingga mengancam untuk tidak berdamai sebelum hukum ditegakkan, idiot ini malah menentangnya dengan alasan sangat berbelit dan makan waktu. Dia malah mengatakan bahwa penegakkan hukum di Maluku ada sesuatu yang "tidak mungkin". Argumentasi mereka jadi kocar-kacir karena memang mereka "tidak" memiliki suatu alasan umum yang masuk akal sehat, selain dari rasa takut pada perdamaian yang akan menelanjangi mereka.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Menurutnya, proses hukum bisa dilaksanakan setelah proses politik dilakukan. Seperti terjadi pada tahun 1965 ketika pemerintah menangani kasus pemberontakan Partai Komunis Indone-sia (PKI) dimana pemerintah waktu itu mengeluarkan keputusan politik, baru kemudian tin-dakan hukum. "Dan itu adalah satu-satunya jalan yang harus dilakukan pemerintah terhadap gerakan separatis RMS," tegasnya.

JOSHUA:
Seorang Ketua Majelis Taklim sampai menggunakan peristiwa G30S/PKI yang sudah nyata-nyata merupakan "rekayasa Soeharto" untuk merampas kursi kepresidenan dari Soekarno, sebagai satu contoh keberhasilan Pemerintah Indonesia. Sebuah peristiwa pelanggaran HAM yang amat memalukan itu, ternyata dihalalkan oleh seorang Ketua Majelis Taklim untuk mendukung kebusukan akhlak dan ketakutannya terhadap perdamaian Maluku!?

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Minta Intervensi Asing, Tegaskan Separatisme;

Ambon, LaskarJihad.or.id, 31 Januari 2002 Menurut Irwan (Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Muslim Nusa Ina (Iksamuni), Drs. Irwan Patty, M.Si), umat Islam adalah pihak yang mempertahankan diri dan Kristen adalah pihak yang memulai penyerangan. Di sisi lain, lanjutnya, selama konflik, umat Islam tidak pernah meminta bantuan luar negeri sebagaimana kelompok Kristen yang selalu meneriakkan perlunya intervensi asing. Ditegaskannya, pihak yang meminta intervensi asing adalah pihak yang berusaha menunjukkan dirinya separatis.

JOSHUA:
Selalu saja "ketua ini dan itunya Islam", yang muncul sebagai penentang usaha rekonsilasi dengan pernyataan dusta yang penuh dengan kebodohan. Meminta perlindungan dan bantuan dari pihak asing tidak selalu berhubungan dengan gerakan separatisme, tetapi pasti berhubungan dengan "ketidak adilan dan penindasan" pihak sendiri. Logika di atas terlalu rendah untuk seorang yang menggondol gelas Drs-Msi! Pihak Muslim memang tidak perlu meminta bantuan pihak asing, karena pihak asing sudah menyelusup secara tidak sah ke Maluku, melalui "laskar jihad", dan lain-lain laskar yang tergabung di dalam JARINGAN TERORISME INTERNASIONAL. Di dalamnya ada Pemerintah Indonesia, para Jenderal "hijau", MUI dan ormas Islam seperti KISDI dan FPI. Bantuan domestik dan asing tambahan apa lagi yang dibutuhkan, untuk sebuah konspirasi penghancuran Maluku ini? Pemerintah Kerjaan Kuwait malah sempat mengirim bantuan "kopiah dan sajadah" untuk para "sunatan karbitan" di Kesui, dll!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Ambon, LaskarJihad.or.id, 27 Januari 2002

Kesempatan melakukan dialog dengan rombongan Menkopolsoskam, Susilo Bambang Yudoyono dijadikan arena gertak sambal oleh Kristen Ambon. Dalam dialognya dengan rombongan dari Jakarta yang disertai Kapolri, Jendral Polisi Da"i Bactiar dan Kasum TNI, Letjen Djamari Chaniago, Sabtu (26/1) siang, delegasi Kristen yang dipimpim Ketua Gereja Protestan Maluku (GPM), IWJ. Hendriks dan Uskup Amboina, PC. Mandagi dengan terang-terangan menyampaikan ancaman merdeka bagi Maluku. Mereka mengancam akan melepaskan Maluku dari bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

JOSHUA:
Saya sudah menelusuri seluruh tayangan yang memuat pernyataan di atas ini, tapi tidak satupun contoh ucapan yang mereka berikan, menyangkut ancaman Ketua Sinode GPM atau Uskup Amboina. Apakah sebuah media terhormat dan jujur, bisa menuduh orang tanpa memberikan bukti dan menilai pernyataan seseorang tanpa menyertakan pernyataan yang dinilainya? Apa yang terlihat di sini adalah bukti dari ketidak-jujuran dan kebusukan moral mereka! Lihat yang saya temukan di bawah ini.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Sementara itu, menanggapi pernyataan dari seorang tokoh Kristen yang juga mantan anggota MPR RI Cak Apituley yang menyatakan apabila konflik di Maluku tetap terjadi, maka duet Mega-Hamzah sebaiknya dijadikan pemimpin terakhir di Maluku, Darul Kutni mengatakan, itu sebagai pernyataan yang krusial. "Pernyataan itu, telah keluar dari koridor hukum," tegas-nya.

JOSHUA:
Mungkin seperti inilah pernyataan Ketua Sinode GPM dan Uskup Amboina!? Mengapa tidak dikutip dan ditayangkan, tetapi hanya pernyataan seorang Cak Apituley, yang juga tidak menyatakan dirinya sebagai wakil atau "ketua" dari suatu kelompok atau forum pembela Kristen. Lalu apanya yang tidak mesuk di dalam koridor hukum? Pernyataan ini malah jauh lebih baik daripada pernyataan "mendukung pemberlakuan Syariat Islam di seluruh Indonesia" atau "mengusahakan berdirinya Negara Islam Indonesia adalah suatu aspirasi yang wajar". Apakah kedua pernyataan ini masih di dalam koridor hukum? Hukum bar-bar yang mana?

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Selain menebar ancaman separatis, dalam dialog itu para perwakilan Kristen juga melakukan aksi pemutarbalikan fakta atas konflik berkepanjangan di Maluku. Dalam laporannya, kelom-pok Kristen dengan sepihak mengungkapkan konflik Maluku telah memusnahkan beberapa perkampungan Kristen. Tanpa mengungkapkan puluhan kampung Muslim yang dibakar pada kerusuhan awal 19 Januari 1999. Dalam dialog itu delegasi Kristen juga tidak mengakui sebagai pelaku penyerangan pertama di Idul Fitri berdarah tiga tahun lalu.

JOSHUA:
Keberhasilan seorang pendusta di dalam menipu orang banyak, memang tergantung dari apakah orang itu "beriman" atau menyatakan dirinya beriman atau tidak. Semakin banyak "cap berimannya", semakin banyak tipuan yang disebarkan dan akan semakin banyak pula yang ditipu. Saya pikir, kita lewatkan saja istilah "kampung Muslim" yang berada di dalam "Wilayah Adat Desa Kristen", supaya kita bisa melihat bahwa "tidak ada satupun Desa Adat Islam yang musnah selama kerusuhan! Saya berani katakan bahwa yang pertama terbakar pada h ari terkutuk itu, 19 Januari 1999, sekitar pukul 15.30 sore, adalah daerah Kristen Mardika dan Silale, sebab saya adalah saksinya dan saya bisa menunjuk korban, Kel. alm. Bpk. Albert V. Nikijuluw (Silale) dan kel. Bpk. Silas Noija (Mardika). Cobalah mintakan bukti berupa nama desa Muslim dan Muslim yang menjadi korban pada hari tersebut, saya percaya pendusta beriman ini akan menjadi bisu! Bagaimana utusan pihak Kristen harus mengakui sesuatu yang tidak dilakukan mereka?

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Pemutarbalikan fakta juga dilakukan oleh Forum Komunikasi Koordinasi Korban Kerusuhan Maluku (FK4M). Dalam laporannya yang ditandatangani Ketuanya, J. Ririhena dan Tjak Noya, FK4M mengungkapkan sebanyak 300 gedung gereja di Maluku telah terbakar selama konflik berlangsung. Sementara itu, menurut forum ini, jumlah masjid yang terbakar hanya 40 buah saja. Forum ini juga menyatakan, pihak Kristen tidak akan meminta maaf kepada warga Muslim atas tindakannya diawal kerusuhan. (ham)

JOSHUA:
Apa yang mau dimaafkan s edangkan kesalahan tak pernah dilakukan? Jika pihak Kristen yang berinisiatif untuk merusuhkan Maluku dan memulai penyerangan, seharusnya kita sudah melihat Tim Pengacara Gereja(TPG) yang dibentuk dan disahkan jauh sebelum tanggal 19 Januari 1999. Yang muncul 13 hari sebelum kerusuhan, yaitu pada tanggal 6 Januari 1999, malah Posko dan Tim Advokasi Lebaran Berdarah di Al Fatah, yang dihalalkan oleh MUI-Maluku. Ketika Susilo Bambang Yudhoyono "memanipulasi jumlah Mesjid yang hancur di Maluku sehingga melebihi jumlah mesid yang ada di Maluku dan Maluku Utara", mengapa kalian diam dan manggut-manggut seperti kambing lagi diserang kantuk, jika kalian mencintai kejujuran dan kebenaran? Jika FK4M mengajukan data dan kalian katakan, data itu salah, seharusnya kalian juga mengajukan data kalian yang kalian anggap benar. Atau kalian hanya ingin bermain seruduk secara membabi buta? Kalau mau menggunakan "data si Susilo Bambang Yudhoyono", silahkan, karena paling tidak kalian punya alasan untuk membantah data orang lain.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Konflik Maluku, Konflik Bernuansa Agama dan Separatis;

Ambon, LaskarJihad.or.id, 27 Januari 2002 Hal senada juga diungkapkan oleh anggota DPRD Tingkat I Maluku yang lain, Abdul Rachman Waisamu, S.Pd. Konflik Maluku, menurut Abdul Rachman, merupakan konflik agama. Indikasi pertama yang diungkapkan oleh Abdul Rachman adalah pada kerusuhan pertama 19 Januari 1999 umat Islam sedang berhari raya. Indikasi kedua adalah adanya tulisan-tulisan yang menghina nabi dan tuhan dari dua komunitas.

JOSHUA:
Tantangan yang sama juga harus diberikan kepada anggota DPRD Tk.I Maluku ini. Mintakan si Abdul Rachman Waisamu, S.Pd ini untuk memberikan data tentang "korban Muslim" pada pukul 15.30 sore, di hari terkutuk itu. Di dalam bulan SUCI Ramadhan saja, tercatat berbagai kebohongan yang disebarkan MUI dan Pemerintah Pusat, sampai pada tindakan biadab "laskar jihad" di Poso dan Maluku. Idiot siapa yang akan percaya bahwa kalian tak akan membiadab pada Hari Lebaran? Agama hanya dijadikan tunggangan dan perisai bagi kejahatan terencana yang didasari oleh nafsu serakah pada harta dan kekuasaan. Karena itu, Allah dinyatakan sebagai Allah yang melarat dan Allah yang tak mampu menghidupi umatNya. Allah yang kejam dan yang menodai kesucianNya sendiri dengan merestui penjarahan dan perampokan. Allah yang tidak berguna, sehingga manusia harus disunat-karbitkan secara paksa, untuk menambah jumlah umatNya di bumi. Saya menghina Islam? BUKAN! Kalianlah yang menistai Islam untuk memenuhi hasrat iblis di dalam diri kalian!

MASARIKU NETWORK; 2002-02-01
Merambah Jalan Perundingan - Pertemuan awal di Makasar. 2

Pernyataan Pangdam dalam satu percakapan terpisah lainnya, untuk tidak menyikapi kelom-pok radikal di daerah Galunggung dengan alasan akan berimplikasi pada menguatnya komu-nitas Kristen, patut dicermati dalam kaitan dengan posisi dukungan Pangdam terhadap proses penyelesaian konflik. hal ini senada dengan statementnya ketika bertemu beberpa bulan lalu dengan beberapa orang dari kelompok Baku Bae. Disaat itu ia menolak untuk mendukung program-program Baku Bae dengan alasan bahwa kelompok Baku Bae yang akan mendapat nama, sementara dirinya tidak mendapat apa-apa.

JOSHUA:
Ini juga seorang yang sudah kerasukan roh iblis hijau, sehingga harus menyelamatkan "investasi milter" di dalam usaha kembalinya mereka di dalam menguasai aspek politik, sosial dan ekonomi bangsa. Jika damai tercipta di Maluku pada saat ini, mana mungkin si Mustopo-mustapa ini tidak mendapat nama baik? Sebenarnya "nama" yang dia maksudkan adalah "penghargaan" dari "mafia militer- kelompok hijau- teroris internasional- pemerintah" yang akan menjamin masa depan kariser dan kesejahteraan keluarganya. Itulah juga sebabnya, mengapa si Mustopo-mustapa ini mengekor si Susilo Bambang Yudhoyono di dalam menggantung isu-isu RMS di udara, sehingga orang tidak meli- hat kelompok hama "laskar jihad" yang sedang menggersangi Maluku dari bawah.

Pada akhirnya kita kembali kepada "kecenderungan umum yang terlihat di sini", bahwa "Semua yang menentang rekonsiliasi dengan mengajukan pernyataan, alasan dan tuduhan idiot yang penuh dengan dusta", adalah yang berasal dari "Kelompok Muslim", atau lebih baik kalau saya sebut "Kelompok yang paling sering mengaku sebagai Muslim yang benar, pembela maupun pemerhati Muslim", yang berupa "Ketua-ketui ini itunya Islam"! Mereka semua gemetar ketakutan bahwa Perdamaian Maluku akan menelanjangi kejahatan dan niat busuk mereka. Kenyataan ini tidak jauh berbeda dengan "kesimpulan" dari rangkaian puluhan tulisan saya yang berjudul "Mengapa harus berdusta"! Sementara itu, Pemerintah Indonesia melalui si Susilo Bambang Yudhoono tetap bermain kotor untuk melindungi dan menjamin masa depan "laskar jihad" di Maluku, di atas Tanah Adat Desa-Desa Kristen Maluku yang dirampoknya, dengan meniup-niupkan isu-isu RMS!

Salam Sejahtera!

JL.
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044