AKAL JAHAD SI JAF'AR UMAR THALIB
Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya
Salam Sejahtera!
Saudara-saudara sebangsa,
Pendekatan yang dilakukan si Jaf'ar Umra Thalib sebagai panglima "laskar jihad" ke
PBNU sempat membuat dahi saya mengkerut sejenak, tetapi secara instan, saya
bisa menangkap akal bulus atau 'akal jahad' yang ada di baliknya. Si 'jahad-licik' yang
dulunya mati-matian menentang Ketua Dewan Suro NU, Presiden RI, Kiyai Haji
Abdurahman Wahid, sekarang terpaksa bermuka tebal untuk bersilaturahmi ka
"pondok Gus Dur"! Pepatah lama mengatakan, "Jikalau tidak ada berada, masakan
tempua bersarang rendah?" (karena burung tempua selalu membuat sarang di
puncak-puncak pohon). Bahasan kita kali ini akan "mengupas "niat jahad si burung
pemangsa" yang bersikap sebagai tempua!
SATUNET; 2002-03-12
Pimpinan Laskar Jihad-PBNU bertemu, bicarakan Ambon, Poso
Laporan Eko Warijadi
Ketua Laskar Jihad Ahlusunnah Wal Jamaah Jaffar Umar Thalib bersama beberapa
pengurus bertemu dengan pimpinan Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) untuk
membicarakan situasi di Ambon dan Poso. Menurut Jaffar usai pertemuan di kantor
PBNU Jl Kramat, Senin, kehadiran mereka untuk memberikan masukan kepada
PBNU terutama situasi di lapangan di Poso pasca deklarasi Malino I dan di Maluku
pasca petemuan Malino II.
KOMPAS; 2002-03-12
Saatnya Menciptakan Perdamaian Substansial di Maluku; Jakarta, Sholahuddin
Wahid mengatakan, kedatangan rombongan Djafar Umar Thalib untuk menyampaikan
masukan tentang hal-hal yang mungkin tidak diketahui, apa yang sebetulnya terjadi di
Maluku.
JOSHUA:
Jika Solahudin Wahid mengatakan bahwa "kedatangan si Jaf'ar dan gerombolannya
hanya untuk memberikan masukan", hal itu tidak akan terlalu memberi kesan
'mengada-ada', sehingga perlu dicurigai. Tetapi, tambahan bumbu "mungkin tidak
diketahui", justeru memberikan kesan 'dibuat-buat' dan mencurigakan saya!
Sebagai Ketua PBNU, Presiden RI, dan kemudian Ketua Dewan Suro NU, Gus Dur
tahu segala sesuatu mengenai Konflik Maluku. Hubungan beliau dengan Dr. Thamrin
Amal Tomagola, dkk. telah memperkaya Gus Dur dengan berbagai data rinci tentang
apa sebenarnya yang terjadi di Maluku. Dari ucapan-ucapan beliau tentang
MUI-Maluku dan Mayjen-K, memperlihatkan kedalaman pengetahuan Gus Dur
tentang masalah Maluku. Selain itu, PBNU memiliki sumber terpercaya, yaitu
PWNU-Maluku, yang berada di Maluku sebelum, selama dan setelah kerusuhan.
Apakah masih ada yang "mungkin tidak diketahui" PBNU tentang Maluku, sehingga
"mungkin" harus dilengkapi oleh si "laskar jihad"?
Setinggi-tingginya rasa hormat saya terhadap PBNU, saya perlu menyampaikan
pesan kepada Solahudin Wahid, agar beliau tidak menganggap kami orang Maluku
adalah sekelompok idiot, yang bisa begitu saja dikibuli oleh pernyataan-pernyataan
bodoh yang tak masuk akal. Saya tidak tahu kata-perkata yang dibicarakan, tetapi
saya lebih dari mampu untuk menangkap "inti dan latar belakang kunjungan si
panglima rusuh itu", dan akan saya buktikan kemudian!
SATUNET; 2002-03-12
Pimpinan Laskar Jihad-PBNU bertemu, bicarakan Ambon, Poso
Hal itu dilakukan untuk memberi masukan kepada PBNU yang dalam waktu dekat ini
bersama dengan pengurus Muhammadiyah akan mengunjungi Maluku dan Poso
untuk mendorong jangan sampai kembali terjadi kekerasan di kedua wilayah konflik
tersebut,
JOSHUA:
Jika PBNU "sendiri" yang turun ke Maluku, maka saya percaya bahwa tujuan
kunjungan tersebut akan seperti yang dikatakan di sini, "mencegah timbulnya
kekerasan baru". Saya harus jujur mengatakan bahwa, "kadar kepercayaan saya
terhadap niat baik dari kunjungan tersebut, "menurun jauh", ketika mendengar bahwa
Pengurus Muhammadiyah juga turut serta. Menurunya rasa percaya saya pada
kunjungan terebut akan bisa dimengerti di dalam bahasan lanjut, tetapi sekarang mari
kita cermati dahulu, sisi yang lain dari kunjungan tersebut, yang berkaitan dengan
sikap si Jaf'ar Umar Thalib dan gerombolannya.
PBNU dan Pengurus Muhammadiyah akan berkunjung ke Maluku, tetapi si Jaf'ar
Umar Thalib hanya menganggap "pendekatan ke PBNU sebagai suatu urgensi yang
harus dia lakukan". Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa "laskar jihad" akan
selalu memperoleh dukungan penuh dari Muhammadiyah! Ini adalah kenyataan, mulai
dari persiapan mereka untuk menyusup ke Maluku, sampai dengan saat ini. Sepak
terjang "Amien Rais", seperti pada Tablich Akbar di Monas, adalah salah satu bukti
yang tidak bisa dibantah. Ulah "Dien Syamsuddin" jelas-jelas membenarkan
pernyataan saya, dan salah satunya akan dibahas juga di dalam tulisan ini.
Sebelumnya, coba perhatikan yang ini dahulu.
AMBON, LASKARJIHAD.OR.ID, 6 MARET 2002
Warga Muhammadiyah dan NU Maluku Tolak Keabsahan Delegasi Malino II Hal
senada juga diungkapkan warga Muhammadiyah Propinsi Maluku. Dalam
pernyataannya, warga Muhammadiyah secara tegas menolak hasil kesepakatan
Malino II. Terkait dengan keikutsertaan Idrus Tatuhey sebagai delegasi yang ikut
dalam Perundingan Malino II, warga Muhammadiyah mendesak kepada Dewan
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah untuk segera menonaktifkan IdrusTatuhey sebagai
Ketua DPW Muhammadiyyah Propinsi Maluku, karena telah melecehkan warga
Muhammadiyyah. "Apabila Idrus Tatuhey tidak bersedia mencabut hasil kesepakatan
Malino II, maka warga Muhammadiyah akan menuntutnya sampai hari kiamat,"
demikian salah tuntutan itu.
JOSHUA:
Perhatikan pernyataan beberapa oknum Muhammadiyah yang menentang
Kesepakatan Maluku, dengan tuntutan terhadap Sdr. Idrus Tatuhey, "sampai hari
kiamat"! Saya sendiri menganggap hal ini sebagai sesuatu yang lumrah, sebab tidak
sedikitpun berbeda dengan dedengkot mereka, seperti Amien Rais. Justeru, sikap
beberapa oknum NU Maluku yang mengherankan saya.
Sikap NU yang bersahabat dengan warga non-Muslim, dan kenyataan tentang
"penolakan terhadap "laskar jihad" di Maluku Tenggara", yang dimotori oleh NU
setempat, adalah "target utama dari Jaf'ar Umar Thalib" dengan kunjungan 'tempura'
itu. Dulu, di dalam suasana penuh kemelut, Jaf'ar Umar Thalib tak merasa perlu
menjalin hubungan dengan NU, karena dia sudah punya cukup dukungan dari
Muhammadiyah, pentolan politik, militer/polisi, dll., sehingga menjadikan NU sebagai
lawanpun bukan hal yang perlu dikuatirkan si Jaf'ar. Melihat gejolak Baku-Bae yang
tidak pernah bisa dibayangkannya ini, dia menjadi begitu ketakutan, sehingga
memaksa dia untuk mencari sumber dukungan baru, dan dukungan NU menjadi
begitu berharga, dan mutlak perlu digalangnnya. Sikap bersahabat NU terhadap warga
non-Muslim adalah target utama bagi Jaf'ar Umar Thalib, untuk "diubah"! Paling tidak,
dia berharap agar sebagian racun inteligensia dan moralnya akan bisa disuntikkan
dan kita sedang berbicara tentang "hasil kontaminasi" itu juga. Baca yang berikut ini!
AMBON, LASKARJIHAD.OR.ID, 6 MARET 2002
Warga Muhammadiyah dan NU Maluku Tolak Keabsahan Delegasi Malino II Dalam
pernyataannya, warga Nahdhatul Ulama (NU) Propinsi Maluku menegaskan, warga
NU tidak pernah mengirimkan delegasinya pada perundingan damai Maluku di Malino.
Untuk itu, mereka menolak keabsahan Yakuba Karepesina yang mengatasnamakan
warga NU dan Karim Rahayaan selaku warga NU, karena sebelumnya tidak pernah
memberitahukannya kepada warga NU. Selain menolak kesepakatan Malino II, warga
NU Propinsi Maluku juga mendesak kepada Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) NU
Maluku untuk menonaktifkan keduanya dari jabatannya, bahkan apabila perlu
memecatnya secara tidak hormat. "Kami warga Nahdhatul Ulama Propinsi Maluku
menginginkan Ketua dan Pengurus yang mau berkorban untuk umat, bukan Ketua
dan Pengurus yang mau menjual nama institusi," bunyi pernyataan itu.
JOSHUA:
Sikap yang bertolak belakang antara NU di Maluku Tenggara dengan beberapa
pentolan NU ini, tidak akan mungkin terjadi jika tidak karena terkontaminasi oleh
racun intelektual dan akhlak si Jaf'ar Umar Thalib. PBNU seharusnya prihatin dengan
ketidak-harmonisan sikap anggotanya di Maluku, dan bukan mempermasalahkan
spontanitas damai dari kedua komunitas yang bertikai. Sikap diam PBNU yang
membiarkan segelintir anggota NU Maluku untuk menentang Perdamaian Maluku
dengan mengatas-namakan NU Maluku, adalah "peluang emas" bagi si Jaf'ar Umar
Thalib untuk menyuntikkan racunnya. Akibatnya, PBNU kehilangan sifat kritis mereka
untuk menangkap kejanggalan-kejanggalan di dalam pernyataan si panglima rusuh.
Apakah tak aneh jika seorang penganjur kecurigaan, permusuhan, kebencian dan
dendam, sekarang memberikan masukkan kepada PBNU karena menguatirkan
timbulnya kekerasan baru di Poso dan Maluku?
Orang jahad ini bukan kuatir pada kekerasan, tetapi takut pada perdamaian.
SATUNET; 2002-03-12
Pimpinan Laskar Jihad-PBNU bertemu, bicarakan Ambon, Poso menurut Wasekjen
PBNU Masduki Baidawi, pihak Laskar Jihad memprihatinkan terjadinya pembauran
dan perdamaian secara instan baik di Poso maupun Maluku yang hal itu tidak
menggambarkan realitas di masyarakat.
JOSHUA:
Inilah salah satu "kotoran inteligensia dan moral" yang mulai disuntikkan si Jaf'ar.
Luapan emosi yang lahir dari rasa "lelah berkelahi", "kerinduan orang bersaudara",
"kesadaran tentang kerugian di kedua pihak", yang dibawa ke dalam pelukan dan air
mata, adalah suatu REALITAS yang tidak bisa dibantah. Orang serendah Jaf'ar Umar
Thalib, yang hanya mampu menggunakan agama sebagai alat agitasi untuk
membangkitkan permusuhan kebencian dan pembalasan dendam, adalah yang paling
keras merasakan TAMPARAN kenyataan yang terjadi di depan batang hidungnya.
Baginya, fenomena Baku-Bae adalah sesuatu yang sangat menyakitkan, sehingga
dia menolak untuk menerima hal itu sebagai suati realitas. Konsep kemanusiannya
yang jungkir-balik tidak akan mampu memahami fenomena kemanusiaan sederhana
yang dilihatnya di Maluku. Pengalaman imannya cuma sebatas "menjadi musuh,
bermusuhan, menghabisi musuh dan tetap berkanjang di dalam dendam". Dia sendiri
mungkin tidak pernah mengalami "gejolak rekonsiliasi di dalam kerinduan dan
penyesalan akan kesalahan". Selain itu, turunan Arab yang menimba ilmu teror dari
Taliban dan Al Qaeda, tidak akan pernah mampu mengenal dan menyelami "jiwa
orang Maluku/Alif Ur"!
SATUNET; 2002-03-12
Pimpinan Laskar Jihad-PBNU bertemu, bicarakan Ambon, Poso menurut Masduki
pihak Laskar Jihad bukannya tidak setuju dengan perdamaian, namun ada
tahap-tahap yang mestinya harus dilalui untuk mencapai perdamaian substansial.
"Seperti penegakan hukum dan pengembalian hak-hak masing-masing pihak,"
katanya.
JOSHUA:
Pernyataan ini juga tidak lebih dari kotoran intelektual dan moral! Safari iblisnya di
Maluku bertaburan dengan anjuran untuk "membasmi umat kafir (Kristen) yang
menjadi musuh utama Allahnya"! Sudah terlalu sering warga Muslim baik di Maluku,
maupun di seluruh negara, diracuni dengan ucapan, "Tidak ada damai dengan orang
kafir yang selalu berniat untuk menghancurkan Islam dan Muslim!" Setelah melihat
perubahan yang terjadi di Maluku, si kepala ular beludak ini lalu memainkan lidahnya
yang bercabang untuk mengubah ucapan beracunnya menjadi "Tidak ada damai
tanpa penegakkan supremasi hukum!" Bagaimana mungkin seorang yang
"mengarang sejarah bengkok tentang Portugis" untuk mempertahankan barang
rampokannya, sekarang berbicara tentang "pengembalian hak"? Apakah mungkin,
seorang "ustadz jarah" yang mengklaim tanah jarahan milik warga Kristen Maluku
sebagai PEMBERIAN ALLAH, bisa mengakui hak-hak adat dan hak hidup sesama
manusia? Kelompok penjarah ini telah berulang-kali memberikan pernyataan bahwa
"apa yang mereka rampok melalui perang, harus direbut kembali melalui perang
pula". Masuk ke situs LASKARJIHAD.OR.ID, supaya kalian bisa mencekik leher ular
beludak yang kini muncul sebagai pemerhati hak-hak kemanusiaan. Masakan
seorang kepala rampok menguatirkan akan adanya pencurian baru?
SATUNET; 2002-03-12
Pimpinan Laskar Jihad-PBNU bertemu, bicarakan Ambon, Poso Sementara itu Ketua
PBNU Salahudin Wahid sepakat perdamaian yang terjadi di Maluku saat ini lebih
bersifat euforia dan terburu-buru. Menurutnya, untuk mencapai perdamaian yang
alamiah dibutuhkan setidaknya tiga tahun karena ada tahapan-tahapan yang harus
dilalui.[wya]
JOSHUA:
Sekarang, suntikan kotoran inteligensia dan akhlaknya si Jaf'ar, memperlihatkan
hasilnya. Pernahkah Solahudin Wahid melihat orang Maluku berkelahi sampai mandi
darah, tetapi pulang ke rumah dengan bergandengan tangan? Apa yang anda lakukan
jika anda bisa saling bertemu dan berbaikan dengan saudara anda, setelah tiga tahun
bertengkar dan terpisah karena hasutan orang? Mengapa "transaksi dagang antar
kedua komunitas" disebut sebagai "rekonsilasi alami"? Karena terjadi secara
spontan, oleh cetusan dorongan kebutuhan terhadap kebersamaan. Pemulihan
menyeluruh memang harus melalui waktu yang tidak pendek, tetapi SPONTANITAS
adalah salah satu gejala ALAMIAH yang tidak bisa dibuat-buat atas dasar
kemunafikan! Orang Maluku terkenal kasar dan suka berkelahi, tetapi orang maluku
tidak pandai "menunduk untuk menanduk" atau "menunduk untuk menyeruduk"!
Seperti spontanitas luapan emosinya karena amarah, begitu pula spontannya ketika
emosinya surut.
KOMPAS; 2002-03-12
Saatnya Menciptakan Perdamaian Substansial di Maluku; Jakarta, "Kalau saya
sendiri, menanggapi pawai-pawai di Maluku, saya bilang, jangan eforia, kita harus
realistis. Tidak bisa kita buru-buru dan memaksakan. Pembauran baik, tetapi tidak
bisa dilakukan buru-buru. Tidak mungkin tiga tahun dalam keadaan seperti itu mau
dikembalikan dalam tempo cepat. Itu tidak bisa kita paksakan. Ini semua harus
alamiah dan dapat diterima dengan baik oleh semua pihak," kata Sholahuddin Wahid.
JOSHUA:
Sebagai konsekuensi dari tercapainya Kesepakatan Maluku-Malino II, kesepakatan
tesebut harus disosialisasikan. Pada mulanya tuntutan untuk segera
mensosialiasikan Kesepakatan Maluku itu, hanya didasarkan pada pertimbangan
untuk "menghentikan pertikaian". Jika istilah "dipaksakan" harus digunakan juga,
maka penempatannya adalah di dalam rangka "gencatan senjata". Saya adalah salah
satu dari sekian banyak orang, yang sama sekali tak pernah menyangka bahwa
sosialisasi tersebut akan diikuti begitu cepat oleh proses Baku Bae yang
meluap-luap. Saya hanya bisa terpaku di dalam gejolak emosi saya sendiri dan
menerima yang ada di depan mata saya sebagai suatu KENYATAAN.
Solahudin Wahid menganggap luapan spontanitas Baku Bae itu sebagai suatu hal
'tidak mungkin' terjadi. Jika dia mendasari pendapatnya diatas pertimbangan sifat-sifat
kemanusiaan, saya jadi ingin bertanya, "sifat kemanusiaan manakah yang tidak
memungkinkan terjadinya hal seperti itu?" Apakah kenyataan itu terlalu tingi bagi
akhlak manusia seperti kami orang Mauluku? Mengapa sebagai seorang Pemimpin
Umat Beragama, dia tidak sedikitpun memperhitungkan Kuasa Allah di dalam
peristiwa yg. dianggapnya tidak mungkin terjadi tersebut? Mengapa peristiwa tersebut
harus digolongkan sebagai "kesalahan manusawi", dan bukan pernyataan
KEBESARAN ILAHI? Saya yang tiap malam berdoa untuk Maluku, tidak hanya
memandang wajah basudara Salam saya di dalam kekaburan karena keheranan dan
karena terhalang butiran air mata, tetapi saya juga MENENGADAH ke atas di dalam
terima kasih dan syukur. Apakah kalian tidak meragukan Kuasa Allah dengan
pernyataan seperti ini?
Karena Solahudin Wahid menyinggung "dapat diterima oleh semua pihak", maka
saya jadi ingin bertanya, "Apakah semua hal yang alamiah itu selalu diterima oleh
semua pihak?" Padahal yang bersifat IIlahi saja, tidak memberikan jaminan untuk
itu!?
KOMPAS; 2002-03-12
Saatnya Menciptakan Perdamaian Substansial di Maluku; Jakarta, Wakil Sekjen
PBNU Masduki Baidlawi menambahkan, perdamaian di Maluku harus dilakukan
secara substansial. Jangan sampai ada rekonsiliasi atau pembauran yang sifatnya
instan. Karena, kalau rekonsiliasi dan pembauran itu dilakukan secara instan-artinya
hanya demi kepentingan pemerintah saja, tidak mewakili aspirasi rakyat Maluku atau
tidak didasarkan realitas yang ada-itu hanya akan menimbulkan persoalan baru. (lok
JOSHUA:
Racun intelektual dan moral si Jaf'ar Umar Thalib sudah masuk ke pembuluh darah
rupanya. Jika perdamaian itu dilakukan demi kepentingan Pemerintah, maka istilah
yang tepat untuk itu adalah "rekayasa", dan tidak ada proses rekayasa terjadi secara
instan. Di lain waktu, saya harap supaya Masduki Baidlawi tidak segera buka mulut,
sebelum menimbang dengan saksama apa yang akan diucapkannya! Terhentinya
konflik di seluruh Maluku, bukan hal yang mudah untuk direkayasa jika kedua pihak
masih belum ingin berhenti berkelahi. Meledaknya bom di berbagai tempat tertentu
saja, seharusnya sudah menyadarkan Masduki Baidlawi tentang "biang kerok" yang
tidak menghendaki perdamaian bagi Maluku. Cobalah pikirkan Masduki Baidlawi,
"Apakah sesuatu yang substansial tidak mungkin terjadi secara instan?
Seharusnya, justeru perubahan sikap si Jaf'ar Umar Thalib yang terjadi secara
INSTAN, yang perlu dipermasalahkan. Mengapa Solahudin Wahid tidak sempat
berpikir bahwa, "TAK MUNGKIN seorang kepala perusuh dan penganjur kebencian
serta permusuhan yang sudah menghancurkan Maluku, berubah secara INSTAN
menjadi orang yang menguatirkan terjadinya kekerasan baru di Maluku!" Masduki
Baidlawi seharusnya curiga, bahwa seorang kepala penjarah dan perampok yang
mati-matian mempertahankan barang jarahan dan tanah rampokannya, tiba-berubah
secara INSTAN menjadi seorang yang memperhatikan pengembalian hak warga
Maluku. Tindakan yang tak tahu malu dari si Jaf'ar Umar Thalib untuk secara INSTAN
mengubah posisinya terhadap NU, adalah sesuatu yang mencurigakan. Sekarang
semuanya terpulang kepada Solahudin Wahid dan Masduki Baidlawi untuk
mengatakan, "apakah perubahan sikap si Jaf'ar Umar Thalib yang INSTAN ini bisa
dikategorikan sebagai yang SUBSTANSIAL atau tidak". Dengan demikian, mereka
bisa menilai pernyataan mereka tentang Perdamaian Maluku!
TEMPO; 2002-03-11
MUI Ingin Polisi Tidak Represif Tangani Pelanggar Malino II Majelis Ulama Indonesia
(MUI) menginginkan agar aparat keamanan tidak bertindak represif dan lebih
mengutamakan pendekatan dialog yang persuasif untuk menyelesaikan masalah
Maluku pasca pertemuan Malino. Sekretaris Jenderal MUI Dien Syamsuddin
menegaskan hal itu kepada pers menanggapi pernyataan Kapolri Da'i Bachtiar yang
akan memanggil tokoh-tokoh Maluku yang tidak menyetujui hasil kesepakatan Malino
dan berupaya menghasut.
JOSHUA:
Inilah salah satu contoh "dukungan Muhammadiyah" di balik jubah MUI. Si Dien
Syamsuddin berbicara tentang keharusan Pemerintah untuk "menghadapi penghasut"
yang mencoba merongrong Perdamaian Maluku, tetapi harus mengikuti cara yang dia
inginkan. Jika yang ada di dalam kepala dan dadanya, tidak berbeda dengan apa
yang dia ingin Pemerintah lakukan, mengapa tidak dilakukannya sendiri? Di balik
jubah MUI, Dien Syamsuddin memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk
menghentikan "upaya menghasut" tersebut. Kenyataannya, Dien Syamsuddin sendiri
"mendukung usaha menghasut" tersebut dan berusaha melindungi pelakunya dengan
menyodorkan keinginan munafiknya.
TEMPO; 2002-03-11
MUI Ingin Polisi Tidak Represif Tangani Pelanggar Malino II MUI, kata Dien, kurang
setuju dengan rencana pemanggilan itu. "Janganlah dipanggil, mereka diajak
berbicara berdialog secara persuasif sehingga apa yang menjadi aspirasi dan
keberatan mereka ditampung oleh pemerintah,"saran Dien Syamsudin usai
Pelantikan Kader Inti Partai Keadilan se-DKI Jakarta, di Gelanggang Remaja, Jakarta
Timur, Minggu (10/3).
JOSHUA:
Menjelang Pertemuan Malino II, kelompok penghasut ini mengatakan bahwa
"walaupun diundang, mereka tidak akan hadir". Sebagian menyatakan "tidak siap
untuk ke Malino II". Padahal, itulah kesempatan berdialog dimana segalanya
dilakukan secara persuasif. Pada saat itu, seharusnya Dien Syamsuddin turun tangan
dan mengajak mereka untuk tidak melewatkan kesempatan dialog tersebut, jika dia
benar-benar punya niat bersih. Sekarang, setelah dialog itu membuahkan Damai di
Maluku, barulah para penentang Damai itu menebar hasutan di tepi-tepi jalan, lalu si
Dien Syamsuddin menganjurkan adanya dialog lagi dengan mereka.
Jika Kapolri harus berbicara secara persuasif dengan mereka, bagaimana caranya
jika mereka tidak bisa dipanggil? Aspirasi dan keberatan mereka sudah kadaluwarsa
dan tidak masuk akal sehat. Mereka tidak bersedia ke Malino, tetapi
mempermasalahkan keabsahan delegasi Muslim Maluku. Mereka menuntut
penegakan hukum sebagai syarat untuk melakukan dialog, padahal orang baru
menempuh jalur hukum, setelah gagal di dalam dialog. Mereka menuduh Pemerintah
melakukan rekayasa, padahal mereka tidak bisa menunjukkan dimana letak
rekayasanya. Mereka menyatakan bahwa spontanitas Baku Bae sebagai sesuatu
yang tak realistis dan tidak mencerminkan situasi sebenarnya di Maluku, padahal
itulah yang riil dan terjadi di Maluku. Mereka merencanakan penyerangan terhadap
pawai Baku Bae, dengan alasan mengganggu sholat dhuhur, padahal convoy utama
warga Maluku Tenggara-Seram Timur tidak lewat di depan Mesjid Al Fatah! Jika Dien
Syamsuddin masih punya akal sehat dan moral bersih, tentunya dia sudah bisa
melihat ketidak-mungkinan untuk melakukan dialog lanjutan, selain dari tindakan
tegas untuk menghenti kan hasutan idiot mereka. Ataukah Dien Syamsuddin pernah
berdialog dengan ular beludak?
TEMPO; 2002-03-11
MUI Ingin Polisi Tidak Represif Tangani Pelanggar Malino II Menurut Dien, upaya
aparat keamanan untuk mewujudkan ketertiban di Ambon sejauh ini sudah cukup
menunjukkan perhatian yang serius. Akan tetapi ia menambahkan, agar aparat tetap
bertindak adil. Mengenai pelucutan senjata, Dien menginginkan agar hal itu tidak
hanya dilakukan pada kelompok atau laskar Islam saja, tapi juga kepada laskar
Kristen.
JOSHUA:
Pada bagian ini, Dien Syamsuddin sendiri yang menjadi ular beludaknya. Penghasut
MUI ini berbicara seakan-akan telah terjadi ketidak-adilan di dalam perlucutan senjata
di Maluku. Di sini tidak ada "laskar Islamn", tetapi "laskar biadab" yang mengaku
paling Islam dengan memutarbalikkan istilah 'jihad'. Apakah "laskar jihad" sudah
terlibat didalam "penyerahan senjata" yang sekarang lagi berlangsung? Dia
mengatakan bahwa aparat keamanan sudah menunjukkan perhatian serius di dalam
mewujudkan ketertiban, padahal dia sendiri mencoba menghalangi Kapolri untuk
melakukan hal yang sama. Apa dia tidak sedang menjadi seekor ular beludak
terhadap Maluku?
TEMPO; 2002-03-11
MUI Ingin Polisi Tidak Represif Tangani Pelanggar Malino II Dien membantah bahwa
kepentingan umat Islam tidak terwakili dalam kesepakatan Malino II. Wakil warga
musli yang hadir dalam perundingan di Malino cukup representatif. "Ada Ketua MUI,
Ketua Muhammadiyah, Ketua NU, dan juga wakil dari beberapa organisasi mamupun
kelompok lainnya termasuk beberapa laskar, front, dan sebagainya," ujar Dien yang
turut hadir dalam perundingan Malino.
JOSHUA:
Jika Dien Syamsuddin mengatakan bahwa delegasi Muslim yang ke Malino II sudah
representatif, sedangkan para penghasut idiot tetap meneriakkan yang sebaliknya,
mengapa dia tidak berupaya menghentikan mereka? Untuk menghentikan mereka
yang menyebarkan dusta untuk merusuhkan Maluku yang sudah tenang, seperti ini,
apakah Dien Syamsuddin akan berdialog atau menempeleng mereka? Walaupun
belum dilakukan, dia sudah mencoba memberikan kesan bahwa Kapolri akan
menempeleng mereka.
Jika yang di atas adalah ular beludak, bagaimana yang di bawah?
TEMPO; 2002-03-11
MUI Ingin Polisi Tidak Represif Tangani Pelanggar Malino II Meski demikian, ia
mengakui beberapa kalangan memang merasa tidak terwakili. "Terutama dari
kalangan yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Umat Islam Maluku," imbuhnya.
Namun, menurutnya ia sudah membicarakan dengan kelompok-kelompok itu.
JOSHUA:
Yang ini lebih parah lagi. Dia sudah berdialog dengan para penghasut dan pendusta
idiot tersebut dan mereka bukannya berhenti menghasut tetapi semakin menjadi-jadi.
Artinya, dialognya tidak menghasilkan apa-apa. Tetapi, manusia yang tidak tahu apa
artinya 'jujur' ini malah mengusulkan aparat keamanan untuk berdialog dengan
mereka. Saya kuatir, Dien Syamsuddin hanya mengobral omong-kosong bahwa dia
sudah berbicara dengan mereka!
Misalkan sekarang, bahwa si Husni Putuhina SH, ikut ke Malino! Apakah dia ikut
sebagai wakil dari FPIM ataukah FSUIM? Masalahnya adalah bahwa laskar-laskar,
front-front, forum-forum yg. bertimbun seperti rumput busuk, sengaja dibentuk oleh
para penghasut beriman untuk memberi kesan bahwa kelompok mereka cukup besar
dan banyak. Padahal, yang ada di dalamnya adalah para pentolan yang itu-itu juga.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan klaim bahwa "demo dilakukan oleh ribuan Muslim
Maluku, dari lorong sana dan jalan sini, padahal yang terlihat hanya beberapa ratus
orang berwajah "Arab" dan "non-Maluku".
TEMPO; 2002-03-11
MUI Ingin Polisi Tidak Represif Tangani Pelanggar Malino II Ia yakin pertemuan Malino
akan membawa manfaat bagi umat islam jika semua pihak tetap berkomitmen pada
kesepakatan yang dihasilkan. Dien berharap, aspirasi umat islam terhadap
penegakan hukum untuk menyelesaikan konflik di Maluku dapat dipenuhi.
Diantaranya membentuk Tim Independen Nasional untuk melakukan investigasi
kejadian pada 19 Januari 1999 yang juga dikenal Tragedi Idul Fitri Berdarah.
JOSHUA:
Berdarahnya kapan, Dien Syamsuddin? Pada pagi hari di lapangan Merdeka, Ambon,
atau sore hari di dalam wilayah perumahan warga Kristen Silale dan Mardika? Hari
terkutuk itu berlumuran darah warga Kristen Ambon. Sebenarnya istilah yang tepat
untuk hari terkutuk itu bukan Idul Fitri Berdarah, tetapi "Idul Fitri Peminum Darah
Orang Kristen", dimana saya dan keluarga saya nyaris menjadi korban. Coba anda
katakana pada saya, Dien Syamsuddin, apakah hukum di dalam negara morat-marit
ini bisa menjangkau si Amien Rais dan Hamzah Haz karena mendukung
pembangkangan terhadap perintah Presiden RI? Bagaimana dengan si Wiranto,
Suaidi Marasabessy, Sudi Silalahi dan kecoa hijau lain seperti si Rustam Kastor?
Lalu untuk apa kalian berkeras dengan aspirasi munafik-kotoran kambing" kalian?
TEMPO; 2002-03-11
MUI Ingin Polisi Tidak Represif Tangani Pelanggar Malino II Saat disinggung mengenai
keributan yang sempat terjadi pada saat konvoi damai di Ambon beberapa waktu lalu,
Sekjen MUI mengakui bahwa perdamaian tidak bisa terbentuk secara instan atau
langsung jadi. Bagaimanapun, luka yang dialami masyarakat Maluku membutuhkan
waktu untuk sembuh.
JOSHUA:
Inilah akibatnya, jika suatu masalah dipandang oleh ular beludak. Kesalahan tidak
ditimpakan kepada 'yang merusuhkan' tetapi keatas pihak 'yang dirusuhkan', yang
justeru sedang ber-Baku-Bae! Manusi-manusia rendah moral seperti ini hanya pandai
mengucapkan kata "mengampuni", tetapi tidak tahu artinya apalagi
melaksanakannya. Saya bukan anti penegakkan hukum, tetapi penegakan hukum
bukanlah sumber bagi perdamaian. Dasar dari sebuah perdamaian adalah
kemampuan untuk "mengaku salah", yang diikuti oleh kemampuan untuk
"mengampuni" dan "melupakan"!
Kalian tak punya kamus tentang ungkapan ini, Dien Syamsuddin!
TEMPO; 2002-03-11
MUI Ingin Polisi Tidak Represif Tangani Pelanggar Malino II Di samping itu,
kompleksitas masalah juga sangat luas. Karena itu, semua pihak tidak hanya
pemerintah harus berupaya mensosialisasikan Kesepakatan Malino termasuk
meyakinkan pihak-pihak yang tidak merasa terwakili. (Dara Meutia Uning-Tempo
News Room)
JOSHUA:
Pada akhirnya, yang ingin saya sampaikan kepada Dien Syamsuddin adalah bahwa,
"MALUKU BUKANLAH AYINOMOTO!"
Salam Sejahtera!
JL.
|