The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

DUSTA DAN KEBODOHAN TERUS MENJEGAL DAMAI


DUSTA DAN KEBODOHAN TERUS MENJEGAL DAMAI
Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya

Salam Sejahtera!

Saudara-saudara sebangsa,

Belum henti-hentinya Maluku diberondong dengan dusta dan kebodohan oleh beberapa oknum penentang Kesepakatan Maluku-Malino II. Mereka yang mengaku mewakili "umat Islam Maluku", malah berkeliling untuk menipu dan menyesatkan umat Islam senegara, sampai ke Pulau Jawa sana. Entah sampai kapan mereka akan terus dibiarkan untuk terus merongrong usaha Perdamaian Maluku. Mungkin ada baiknya, tulisan ini saya tujukan khusus kepada PDSD-Maluku dan Pemerintah NKRI, yang telah mengeluarkan berbagai 'ultimatum' bagi para penentang Perdamaian Maluku. Setelah itu, kita akan bisa mengukur 'tekad mereka bagi Perdamaian Maluku' melalui 'sikap konsekwen' mereka dengan pernyataan dan ultimatum tersebut.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Delegasi FSUIM Sosialisasikan Hasil Lawatan ke Jakarta

Ambon, LaskarJihad.or.id, 20 Februari 2002 Delegasi Forum Silaturrahmi Umat Islam se-Maluku (FSUIM), melakukan sosialisasi hasil lawatannya selama di Jakarta, di Masjid Al Ukhuwah. Kapahaha, Rabu (20/02) sore. Anggota delegasi yang hadir dalam acara itu adalah Drs. Abdul Wahab Lumaela, Ust. Ikram Ibrahim, Lc, Drs. Irwan Patty, M.Si, Drs. Abdullah Latuapo, M. Adnan Hatala, S.E, dan Sejarawan Maluku Drs. M. Nour Tawainella.

JOSHUA:
Bagian diatas ini membuktikan bahwa "Drs. M. Nour Tawainella" adalah salah satu delegasi FSUIM yang ikut berdarmawidusta ke Jawa, dan tentunya termasuk pendukung "resolusi FSUIM" yang akan kita singgung di bawah ini.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Delegasi FSUIM Sosialisasikan Hasil Lawatan ke Jakarta Resolusi tersebut juga berisi tuntutan agar pemerintah segera membentuk Komisi Independen yang dapat bertindak obyektif, arif, dan netral, untuk mempersiapkan penyelesaian konflik Maluku secara komprehensif sehingga lebih berbobot, akomodatif, aspiratif, dan representatif. Resolusi tersebut juga menuntut pemerintah agar segera menyelesaikan keabsahan Malino II secara arif dan obyektif dengan melibatkan semua pihak tanpa kecuali.

JOSHUA:
Secara ringkas, "resolusi FSUIM" MENDUKUNG Pembentukan Tim Independen Nasional–Non Maluku, untuk menyelidiki masalah-masalah yang berkaitan dengan Kerusuhan Maluku. Demikian besarnya dukungan tersebut sehingga FSUIM menggunakan istilah "menuntut….SEGERA".

Salah satu hal yang bisa kita pertanyakan disini adalah digunakannya istilah "representatif" bagi sebuah Tim Independen Nasional-Non Maluku, oleh yang katanya mewakili Muslim Maluku. Saya percaya, yang sedang bergolak di benak mereka adalah masalah "delegasi Muslim Maluku ke Malino II", sehingga mereka terperangkap untuk asal pasang kata-kata muluk-muluk, tanpa didasari oleh pemikiran yang matang, sebagaimana sekelompok orang berpendidikan yang bertaburan berbagai gelar kesarjanaan.

Sekarang kita lihat sepak terjang si utusan FSUIM yang kataya seorang 'sejarawan Maluku'!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Kaum Muslimin, Hendak Dikorbankan Lagi

Menurutnya, tidak perlu dibentuk Tim Investigasi, karena sudah jelas bahwa Peristiwa 19 Januari 1999 digerakkan oleh kekuatan Kristen fundamentalis yang berlindung di balik GPM dan RMS …………. Tawainella justru mempertanyakan keinginan pemerintah dengan membentuk Tim Investigasi Independen Nasional yang sudah sangat terlambat itu. (fis)

JOSHUA:
Setelah "menuntut…SEGERA" membentuk Tim Independen Nasional, si Sejarawan, Drs. M. Nour Tawainella, kemudian menyatakan bahwa Tim tersebut "tidak perlu dibentuk", dan "mempertanyakan" apa yang dianggapnya sebagai "keinginan pemerintah" tersebut. Inilah yang saya maksudkan dengan "dusta dan kebodohan" yang sengaja disebarkan untuk "melanggengkan kerusuhan Maluku"! Atau, bisa saja terjadi bahwa "pemberita" yang dipenuhi dengan "akal jahad" tidak sadar telah menjerat leher sendiri.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Kaum Muslimin, Hendak Dikorbankan Lagi

Ambon, LaskarJihad.or.id, 24 Februari 2002 Kesebelas butir kesepakatan Malino akhirnya meletakkan posisi kaum Muslimin pada situasi di mana umat Islam yang telah menjadi korban, hendak dikorbankan lagi. Demikian dikemukakan Sejarawan Maluku Drs. M. Nour Tawainella dalam 'Evaluasi 11 Butir Kesepakatan Malino II'.

JOSHUA:
Dusta dan keboidohan yang sama terulang lagi di sini! Pembentukan Tim Independen Nasional-Non Maluku, adalah "salah satu dari ke-11 butir Kesepakatan Maluku". Jika ke-11 butir Kesepakatan Maluku tersebut ternyata "mengorbankan lagi Muslim Maluku yang sudab dikorbankan", mengapa si Tawainella, cs. malah begitu mendukungnya sampai menggunakan istilah "menuntut….SEGERA"? "Siapa-siapakah sebenarnya umat Islam Maluku yang mereka bawakan inspirasinya?" Saya kenal umat Islam Maluku, saudara Salam saya, dan saya tahu mereka tidak bodoh untuk begitu saja percaya dan menelan mentah-mentah dusta dan kebodohan seperti ini. Lalu mengapa mereka tidak bereaksi? Karena takut leher mereka dan keluarga mereka akan dijadikan batu asah bagi "mata pedang jihad"!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Delegasi FSUIM Sosialisasikan Hasil Lawatan ke Jakarta Resolusi tersebut juga menuntut pemerintah agar segera menyelesaikan keabsahan Malino II secara arif dan obyektif dengan melibatkan semua pihak tanpa kecuali.

JOSHUA:
Seperti yang saya katakana di atas, "yang bergejolak di dalam benak para pentolan FSUIM adalah masalah Delegasi Muslim Maluku untuk Malino II". Karena begitu kuatnya gejolak tersebut, inteligensia para "sarjana" kita ini jadi buntu, hingga mereka mengeluarkan pernyataan dengan bahasa yang morat-marit. Apanya Malino II yang harus "disahkan", dan apakah ungkapan sejenis "menyelesaikan keabsahan" layak digunakan didalam sebuah resolusi para sarjana?

Anda tentu sependapat dengan saya bahwa sasaran utama dari sepak-terjang para sarjana FSUIM ini adalah "tidak diikut-sertakannya mereka di dalam Perundingan Malino II". Dengan kata lain, seharusnya mereka diikut-sertakan di Malino II. Cobalah simak pernyatan di bawah ini!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Bargaining Position Umat Islam Lemah

Ambon, LaskarJihad.or.id, 25 Februari 2002 Umat Islam kurang memiliki posisi tawar-menawar (bargaining position) yang unggul sehingga kelemahan-kelemahan yang dimiliki kaum Muslimin dimanfaatkan dengan baik oleh kelompok Kristen. Demikian diungkapkan Drs. M. Nour Tawainella dalam 'Evaluasi11 Butir Kesepakatan Malino II'.

JOSHUA:
Oknum yang sama kemudian menyatakan bahwa "Bargaining Position Umat Islam Lemah", dan maksudnya umat Islam Maluku! Setahu saya, "bargaining position" itu tidak ditentukan oleh siapa yang ikut di dalam perundingan, tetapi oleh 'apa yang dibawanya di dalam perundingan', dan hal ini terkait erat dengan persoalan di balik Kerusuhan Maluku. Dengan adanya butir kesepakatan tentang Tim Investigasi Independen tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa "sebagian besar yang dibawa ke dalam Perundingan Malino II adalah KEINGINAN BERDAMAI", bukan keinginan untuk mencari 'kesalahan lawan' dan 'pembenaran diri'. Atas dasar kesimpulan ini, apakah kehadiran utusan FSUIM seperti si Tawainella ini akan memperkuat 'bargaining position umat Islam Maluku', atau malah menghambat jalannya perundingan?

Mereka katakan, "delegasi Kristen Maluku terlalu licik bagi delegasi Muslim Maluku", dan menurut saya lanjutannya adalah "karena itu mereka harus diikit-sertakan". Kita akan melihat nanti, apakah kehadiran utusan FSUIM di dalam delegasi Malino II, bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik, sesuai dengan kemampuan mereka yang diperagakan di sini.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Bargaining Position Umat Islam Lemah

Dicontohkan Tawainella adalah butir ke-3 yang berbunyi, "Menolak, menentang dan menindak segala bentuk gerakan separatis yang mengancam keutuhan dan kedaulatan NKRI, antara lain RMS." Menurut Tawainella, butir ke-3 ini menunjukkan RMS bukan satu-satunya gerakan separatis di Maluku. Tudingan adanya gerakan separatis yang lain, lanjutnya, tentu diarahkan kepada kaum Muslimin.

JOSHUA:
Saya pikir butir ini tepat, hanya di dalam artian "sebagai akibat dari kerusuhan", yang menyadarkan sebagian rakyat Maluku tentang "kedaulatan yang dirampas"! Saya akan menolaknya, jika butir ini dihubungkan dengan "sebab dan eskalasi kerusuhan Maluku"! RMS hanyalah "dalih busuk" yang diangkat oleh "
laskar jihad" untuk menghalalkan kebiadaban mereka didalam selubung "pejuang integrasi bangsa". TIDAK ada pejuang integrasi bangsa yang bekerjasama dengan "teroris internasional" dan TIDAK ada pembela Negara Pancasila yang memaksakan pemberlakuan "Syariat Islam" untuk menggantikan Pancasila. Itulah mengapa saya menentang 'penggeneralisasian RMS dengan "laskar jihad", oleh butir ini, selain karena istilah "separatis" yang tidak pernah bisa dibuktikan!

Seandainya utusan FSUIM "dan saya" ikut ke Malino II, bisa saja terjadi bahwa sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bisa dicapai. Saya akan menuntut PEMBUKTIAN ILMIAH bahwa RMS adalah gerakan separatis, sementara FSUIM tetap main tuduh TANPA BUKTI. Saya akan menuntut diusirnya "laskar jihad" dari Maluku, sebagai perusuh, penjarah, perampok, pembunuh dan pemerkosa hak-hak rakyat Alif Ur, tetapi FSUIM pasti akan mempertahankan mereka sebagai pembela agama Islam, pelindung Muslim, pejuang integrasi bangsa, "di jalan Allah".

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Bargaining Position Umat Islam Lemah

Butir ke-5 kesepakatan Malino yang mengatakan, "Segala bentuk organisasi satuan, kelompok atau laskar yang bersenjata tanpa ijin di Maluku, dilarang dan harus menyerahkan senjata atau dilucuti dan diambil tindakan sesuai hukum yang berlaku", menurut Tawainella, justru menimbulkan keraguan bagi umat Islam akan keberanian aparat TNI/Polri untuk menyisir wilayah-wilayah kantong Kristen seperti Passo, Kudamati dan lainnya.

JOSHUA:
Jika anda mengikuti peristiwa-peristiwa pasca Malino II dengan saksama, maka anda akan sependapat dengan saya bahwa, "inti argumen dari para Penentang Malino II adalah 'Penegakan supremasi Hukum' baru berdamai". Karena demikian pentingnya penegakan supremasi hukum, mereka memberikan ultimatum bahwa 'tidak ada damai tanpa penegakan supremasi hukum'. Saat menghadapi konsekwensi Malino II didalam hal penyerahan senjata, pentolan FSUIM ini bukannya mendukukung, tetapi malah 'meragukan tindakan penegakan hukum'. Lebih menyedihkan lagi, keraguan mereka hanya didasarkan pada perkiraan "berani atau tidaknya aparat bertindak". Akan jadi apa Pertemuan Malino II, jika orang seperti ini hadir di dalamnya? Kita lihat lagi yang berikutnya!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Bargaining Position Umat Islam Lemah

Sedangkan butir ke-7, "Mengembalikan pengungsi ke tempat semula tanpa paksaan denngan segala hak-hak perdatanya secara bertahap sesuai situasi dan kondisi", akan memberikan peluang terhadap kelompok Kristen untuk kembali dengan aman ke tempat mereka semula.

JOSHUA:
Kita semua tahu bahwa peryataan di atas tidak benar, sebab kedua komunitas memiliki masaalah yang sama. Sebelum saya berkomentar lebih jauh, perhatikan bahwa si Drs. Nour Tawainella, tidak sadar bahwa jika dia berbicara tentang "hak-hak perdata", maka dia berbicara tentang hak seluruh rakyat Maluku, baik Kristen maupun Muslim.

Sekarang kita ambil satu contoh untuk dihadapkan kepada si Tawainell, yaitu mengenai BANDA YANG BERSIH KRISTEN, dengan PERKEBUNAN PALA TERBESAR yang dimiliki oleh warga Kristen keturunan Belanda. Selain itu, jangan lupakan pulau BURU yang NYARIS BERSIH KRISTEN juga. Padahal yang dipermasalahkan FSUIM adalah "muslim pendatang yang tidak memiliki 'hak adat' di Maluku". Kedua komunitas memiliki masalah yang sama dan tolong dicatat bahwa saya bukan penentang butir ini "mengembalikan kepada yang berhak". Saya tahu anda belum puas. Ikuti saja terus.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Bargaining Position Umat Islam Lemah

Sementara kaum Muslimin yang tinggal di tengah-tengah pemukiman Kristen tidak mungkin akan kembali, sebab ada kata "tanpa paksa". Kata "tanpa paksa" juga memberikan kelonggaran kepada umat Islam yang eksodus keluar Maluku untuk memilih kembali ke Maluku atau tidak. "Dan ini amat strategis bagi kelompok Kristen," tandas Nour Tawainella.(#)

JOSHUA:
Tidakkah sekarang anda bisa melihat langsung, apa yang saya katakan sebagai "akal jahad yang melumpuhkan intelektual"? Si bodoh yang didaulat sebagai sejarawan ini tidak sadar bahwa istilah 'tanpa paksa' itu berlaku dua arah, dimana kedua komunitas memiliki pengungsi. Dia menghendaki diubahnya istilah itu menjadi "dengan paksa", padahal dia menguatirkan keamaman para pengungsi Muslim di antara desa-desa Kristen. Sejujurnya, pernyataan-pernyatan tak berakal-budi ini berada di dalam satu paket dengan keinginan serakah untuk "mempertahankan tanah adat warga Maluku yang dirampas si "
laskar jarah beriman"!"

Pernyataan si Tawainella ini membuktikan ucapan saya dahulu, bahwa "lebih banyak warga Muslim Pendatang didalam wilayah Adat Desa-Desa Kristen, dari pada di wilayah Adat Desa-Desa Islam Maluku. Mengapa bisa terjadi demikian? Itulah ujud dari jiwa dan semangat persaudaraan Pela-Gandong, yang terpercik kepada siapa yang datang ke Maluku dan bersedia menerimanya. Oleh sebab itu, HIDUPKAN dulu semangat itu. Enyahkan "laskar biadab" itu dari Maluku, dan biarkan kedua Basudara Salam-Sarani mengisi Maluku dengan semangat Pela-Gandong yang hidup. Setelah itu, biarkanlah keduanya menerima para pengungsi asal luar Maluku, sebagimana biasanya terjadi sejak ratusan tahun yang silam. Itulah Maluku yang telah melahirkan dan membesarkan saya, dan sekarang anda sudah puas dan paham akan maksud saya.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Delegasi FSUIM Sosialisasikan Hasil Lawatan ke Jakarta Dijelaskan juga oleh Irwan Patty dan Abdullah Latuapo, bahwa tujuan Delegasi FSUIM ke Jakarta adalah untuk meluruskan permasalahan Maluku, termasuk kesepakatan Malino II. Ditegaskan, umat Islam Maluku bukan teroris, bukan separatis, dan tidak pernah menentang negara.

JOSHUA:
Kesalahan Pemerintahan Habibie menyangkut Timor Lorosae adalah bahwa mereka keliru memperhitungkan kekuatan dari kelompok "silence majority". Hal yang sama sedang diusahakan juga di Maluku, oleh "sekelompok kecil yang mengaku mewakili aspirasi umat Islam Maluku". Umat Islam Maluku bukanlah kelompok separatis dan penentang negara, di dalam arti 'keseluruhan umat Islam Maluku'. Di dalam Kerusuhan Maluku, siapa yang bekerjasama dengan teroris domestik dan internasional, dengan sendirinya dapat digolongkan sebagai teroris, atau paling tidak, ikut bertanggung jawab atas tindakan teror yang dilakukan. Hal ini tentunya tidak berkaitan dengan umat Islam Maluku secara "keseluruhan", tetapi dengan segelintir oknum dan kelompok minoritas, tetapi yang paling rajin mengggunakan istilah "umat Islam Maluku". Akibatnya, ketika mereka membunuh, seluruh umat Islam Maluku ikut membunuh. Ketika mereka berdusta, seluruh umat Islam Maluku ikut berdusta. Bagaimana pontolan FSUIM yang 'bengkok akal-budinya', layak untuk 'meluruskan' masalah Maluku?

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Kaum Muslimin, Hendak Dikorbankan Lagi

Alex Manuputty pun telah secara terang-terangan mengibarkan bendera RMS dan secara transparan di media massa menyatakan RMS adalah bangsa yang berdaulat sejak tahun 1950, yang dianeksasi oleh NKRI.

JOSHUA:
Karena delegasi FSUIM ini terdiri dari para sarjana dengan berbagai latar belakang ilmu pengetahuan, seperti hukum (SH) dan sejarah (sejarawan Drs.Nour Tawainella), tentunya mereka akan lebih dari mampu untuk membuktikan RMS sebagai pemberontak terhadap RI, sesuai dengan kebenaran sejarah dan hukum internasional. Oleh sebab itu, yang akan saya katakan untuk mereka cukup singkat, "BUKTIKAN!" Jika tidak mampu, saya pikir sudah saatnya PDSD-Maluku membuat kebijakan mengenai penyebaran hasutan berupa tuduhan tidak berbukti seperti ini, jika Maluku memang harus didamaikan.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Bargaining Position Umat Islam Lemah

Kesangsian umat Islam tidaklah berlebihan, mengingat telah banyak aparat TNI dibantai di Passo, namun tidak ada tindakan berarti yang dilakukan oleh aparat keamanan untuk mengusutnya.

JOSHUA:
Saya percaya, lemahnya "bargaining position" (sebagian kecil) umat Islam memang lemah, jika "beberapa mayat aparat TNI di Passo dibandingkan dengan Asrama Brimob Tantui dan Komandannya, serta gudang senjatanya"! Lagipula, orang dikatakan membunuh, tidak hanya karena melakukan pembunuhan dengan tangannya sendiri, tetapi juga dengan meminjam tangan orang lain. Dengan demikian, siapa yang menggunakan aparat, baik secara terang-terangan ataupun sebagai desertir, demi kapentingan diri dan kelompoknya, sehingga menyebabkan tewasnya aparat tersebut, maka orang atau kelompok itu adalah "pembunuh aparat" juga.

Sekarang kita akan melihat jenis dusta yang lain, yang tidak berkaitan langsung dengan Malino I dan II, walaupun juga digunakan untuk mempertanyakan kekuatan kedua Kesepakatan tersebut.


Map of Saparua Islands where Kulur and Porto are located

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Tiga Warga Kulur Dibidik Perusuh

Ambon, LaskarJihad.or.id, 24 Februari 2002 Yang terjadi justru penyerangan dan teror kembali dirasakan oleh warga Muslim Desa Kulur, Kecamatan Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah.

Penembakan terhadap tiga orang warga Kulur, Kamis (21/02) pagi itu, terjadi ketika warga Muslim tersebut sedang mencari ikan di pesisir pantai Hatumuara Tilu.

REPUBLIKA; 2002-02-25
Kesepakatan Malino II Ternoda

Menurut Tuahuns (Letkol (Pur) Abdul Basir Tuahuns), sekitar pukul 09.00 WIT, tiga warga Kulur, yakni Ramli Tuahuns, Muhammad Tuhulaula, dan Muhammad Tutupaha sedang asyik mencari ikan di pantai Hatumuara Tilu.

JOSHUA:
Cara orang Maluku mencari ikan, di pagi hari dan di tepi pantai, biasanya dengan menebarkan 'jala' (jarring kecil). Orang Maluku tidak bisa menombak ikan di tepi pantai, tetapi bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Masalahnya di sini adalah bahwa ketiga orang ini digambarkan seperti mencari ikan tanpa menggunakan alat, seperti jala dan tombak yang perlu diambil kembali.

REPUBLIKA; 2002-02-25
Kesepakatan Malino II Ternoda

Terjadinya insiden penembakan tersebut diungkapkan Letkol (Pur) Abdul Basir Tuahuns di Ambon, sekembalinya dari desa Kulur, Ahad (24/2).

JOSHUA:
Ketika melihat laporan di atas ini, saya langsung bertanya, "mengapa baru dilaporkan tiga hari sesudah kejadian?" Apakah kita harus berkesimpulan bahwa selama itu, tak ada warga Kulur yang datang di Ambon, atau tidak ada fasilitas komunikasi antara Kulur dan Ambon, padahal peristiwa itu perlu segera dilaporkan kepada PDSD-Maluku? Pada bagian berikutnya, terlihat bahwa hari terjadinya penembakan tersebut, para korban sudah melapor kepada 'aparat keamanan setampat'. Mungkin karena aparat juga tidak mempunyai alat komunikasi, maka mereka juga bergantung pada Tuahuns untuk melaporkannya ke Ambon.

Jika saya mengaku bahwa "saya kemarin ditembaki oleh kelompok Muslim tetapi tidak sampai kena, dan saya dapat melarikan diri", apakah anda percaya? Ini "dusta kelas teri" yang paling mudah dibuat. Tidak ada korban, tidak ada saksi, dan tidak ada barang bukti seperti selongsong peluru, dll. Semuanya cuma "pengakuan saya" saja! Jika ada orang yang percaya dan meneruskan cerita saya kepada orang lain, maka beredarlah cerita tentang usaha pembunuhan terhadap Joshua Latupatti yang sudah berkembang jauh dari dusta aslinya. Lihat yang berikut!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Tiga Warga Kulur Dibidik Perusuh

Ramli Tuahuns, Muhammad Tuhulaula, dan Muhammad Tutupaha yang mendapatkan serangan mendadak seperti itu langsung berlari ke arah Desa Kulur. Tembakan itu, menurut pengakuan para saksi berasal dari arah desa Porto. Namun, tembakan yang dilakukan dari jarak jauh itu tidak berhasil melukai satu orang pun dari mereka.

JOSHUA:
Menurut laporan disini, tembakan berasal dari "desa Porto", dan "jarak yang jauh" adalah faktor yang meluputkan mereka dari peluru. Secara umum, artinya "tidak ada korban" yang bisa dijadikan bukti. Selanjutnya……..

REPUBLIKA; 2002-02-25
Kesepakatan Malino II Ternoda

''Tiba-tiba mereka diberondong tembakan dari arah hutan desa Porto,'' katanya, Beruntung ketiganya cepat berlari menyelinap di pepohonan, sehingga rentetan tersebut tidak mengenai mereka.

JOSHUA:
Laporan "republika" menyebutkan bahwa tembakan berasal dari "hutan desa Porto". Jika anda melihat peta Pulau Saparua dan posisi desa Kulur terhadap desa Porto, anda akan menyadari perbedaan besar antara "desa Porto" dan "hutan desa Porto", terhadap sasaran tembak di dekat desa Kulur. Berikutnya, mungkin karena menggunakan "hutan desa Porto" sebagai lokasi penembak gelap yang dianggap cukup dekat dengan sasaran, maka faktor yang meluputkan para nelayan malang ini dari peluru adalah "pohon-pohon"!? .

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Tiga Warga Kulur Dibidik Perusuh

Setelah menanti sejenak, tiga orang itu kembali ke desa Kulur dan menginformasikan kepada warga ihwal penembakan tersebut. Usulan untuk melakukan penyisiran ditolak warga dan aparat keamanan setempat dengan alasan sedang mempersiapkan perayaan Idul Adha.

JOSHUA:
Pada bagian sebelumnya, dilaporkan bahwa ketika ditembak secara mendadak (saya belum pernah melihat orang yang akan menambak orang lain, memberi salam lebih dahulu), para nelayan tersebuat "langsung berlari ke arah Desa Kulur"! Tetapi di dalam bagian di atas, mereka dikatakan "menanti sejenak" barulah kembali ke desa Kulur. Bodohnya diperlihatakan sendiri.

Setibanya mereka di desa Kulur, mereka menceritakan kejadian tersebut kepada "warga", sementara "aparat" didudukkan pada posi si "ikut mendengar". Oleh sebab itu, dengan alasan persiapan perayaan Idul Adha, "aparat" sepertinya hanya membonceng "warga" untuk menolak usul untuk melakukan penyisiran pada hari itu juga. Tapi apa yang dilaporkan si "republika"?

REPUBLIKA; 2002-02-25
Kesepakatan Malino II Ternoda

Peristiwa tersebut langsung dilaporkan ke aparat Brimob yang berjaga di sana. Namun, anggota Brimob yang mendapat laporan tidak melakukan penyisiran. Padahal sebelumnya telah dijanjikan Kapolda Maluku, Brigjen Soenarko DA, pada pasca kesepakatan Malino II. Menurut Tuahuns, hingga kini warga Kulur masih terus bersiaga.

JOSHUA:
Di sini, para nelayan "langsung" melapor kepada aparat Brimob, sementara "warga" mungkin hanya ikut mendengarkan, karena dihapus dari cerita (atau ini yang benar dan di atas tadi yang berbumbu?) Dengan skenario seperti ini, terbuka kesempatan yang labih besar untuk mendiskreditkan aparat Brimob, sekaligus melemahkan Kesepakatan Malino II. Siapa yang benar dan siapa yang berdusta di antara kedua "media" ini, saya tidak tahu pasti. Di antara dua ekor ular yang sering berganti-ganti warna, saya akan sukar mengatakan mana yang bertotol dan mana yang berbelang.

REPUBLIKA; 2002-02-25
Kesepakatan Malino II Ternoda

Desa Kulur adalah satu di antara dua desa muslim yang ada di pulau Saparua. Selama konflik berlangsung, desa muslim tersebut sering mendapatkan teror dari puluhan desa kristen di pulau Saparua yang mengepungnya.

JOSHUA:
Yang pasti, saya bisa katakan bahwa paling tidak, "ada TIGA desa Islam di Pulau Saparua, masing-masing Kulur, Iha dan Sirisori-Salam. Orang biasanya menggunakan istilah "belasan" bagi sesuatu dengan jumlah antara di atas 10 dan dibawah 20. Jika sudah di atas 20, orang bisa menggunakan istilah "duapuluhan", atau "puluhan" saja. Saya hitung, pulau Saparua memiliki 18 buah desa, yaitu 3 desa Islam dan 15 desa Kristen. Jadi, jangankan desa Kristen, seluruh desa di pulau Saparua belum lebih dari 20 untuk disebut "puluhan". Jika anda melihat posisi desa Kulur yang terpencil sendiri di ujung tanjung, anda akan bertanya, "bukankah yang terkepung oleh desa-desa Kristen adalah Iha dan Sirisori-Salam?" Tetapi jika Sirisori-Amalatu yang adalah desa Kristen, bisa luluh-lantak tak berpenghuni, apakah warga Kristen Saparua masih punya kekuatan untuk mengepung desa desa Kulur? (bukan dalam artian geografis).

Mari kita melongok sebentar ke Poso, yang juga dibayangi oleh dusta dan kebodohan yang sama.

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Pasca Deklama PosoIdul Adha Diwarnai Penembakan terhadap Muslim

Poso, LaskarJihad.or.id, 24 Februari 2002 Persis pada hari Raya Idul Adha, Jumat pagi (22/2) sekitar pukul 07.30 Wita, Mustika (20) seorang muslimah warga Mapane, ditembaki oleh orang tak dikenal. Dirinya ditembak ketika sedang mencuci piring di belakang rumahnya di kawasan BTN Mapane.

JOSHUA:
Berapa jarak tembak optimal dari senjata laras panjang yang asli dan yang rakitan? Ini berarti, jika rumah si Mustika tidak di perbatasan desa, maka kedua penyerang sudah masuk ke desa si Mustika. Berapa persen penduduk BTN Mapane yang sholat dan berapa persen yang tidak, sehingga orang bisa menyusup ke desa tanpa diketahui warga setempat?

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Pasca Deklama PosoIdul Adha Diwarnai Penembakan terhadap Muslim Berdasarkan kesaksiannya yang luput dari peluru, kedua penembak disinyalir sebagai seorang pria dengan tubuh tinggi besar dan berambut gondrong. Sedang yang satunya lagi tidak dapat diidentifikasi secara pasti. Setelah satu kali melepaskan tembakan kedua penembak kabur menyelamatkan diri.

JOSHUA:
Pernahkah anda mendengar seorang "saksi" menggunakan istilah "sinyalir", yang kira-kira berarti "diperkirakan" atau "dicurigai"? Ketika seorang pria normal yang ditembak secara gelap akan segera berlindung atau berlari mencari perlindungan, si Mustika digambarkan seperti dengan tenang berdiri meneliti postur penembak gelapnya. Atau dia yang mengintip, sementara salah satu penembak itu berdiri tegak di depannya, hingga dia bisa menaksir 'tinggi dan tegapnya' tubuh penembak tersebut. Apapun itu, si Mustika lebih bernyali dari Cut Nyak Din rupanya.

Kemudian dikatakan bahwa yang terlihat ada "dua penembak"! Penembak berarti 'orang yang menembak', atau terlihat membawa senjata api untuk menembak, paling tidak. Karena 'penembak kedua' tidak teridentifikasi, belum tentu dia juga membawa senjata api. Yang tinggal adalah bahwa dia dikatakan sebagai penembak, karena dia juga menembak. Sayangnya, hanya dikatakan bahwa mereka menembak "satu kali", tanpa dijelaskan apakah berarti "satu kali bersamaan", atau hanya "satu yang menembak", tetapi "keduanya tetap penembak". Setelah menembak, keduanya "langsung" kabur menyelamatkan diri. Pertanyanya adalah, "apakah 'langsung kabur' masih memberikan cukup waktu bagi si Mustika untuk mengatasi shock dan mengidentifikasi penembak gelapnya?" Atau, dia memang sudah mengamati mereka sebelum mereka menembak? Kesimpulan, "cerita ini tidak lebih berbobot dari kisah sedih tiga nelayan tepi pantai dari desa Kulur di atas"! Semuanya bernuansa "dusta-nestapa"!

Jika "virus" menyebar di dalam suatu daerah, maka sebagian dari penduduk setempat akan mulai diserang penyakit. Untuk memulihkan kesehatan penduduk daerah tersebut, maka "virus" itu harus dienyahkan dari situ. Jika ingin Maluku ini sehat kembali, maka "virus jahad" harus dibersihkan dari Maluku, dan yang sudah "terkontaminasi harus dikarantinakan! PDSD-Maluku-lah yang harus mengambil peran di dalam hal ini, parallel dengan sikap Pemerintah NKRI yang jujur dan konsekwen. Pemerintah NKRI juga harus sadar, bahwa "virus jahad" tersebut sudah menyebar ke Papua dan Aceh. Jadinya, seluruh Nusantara ini harus disuci-hamakan dari "virus jahad" tersebut, jika bangsa ini harus berumur panjang. Selain jika Pemerintah NKRI bukan pemilik moral si FRANKENSTEIN.

Salam Sejahtera!

JL.
 


Copyright © 1999-2002 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044