KOMPAS, Selasa, 19 Februari 2002
Prof Dr Harold Crouch: Warga Maluku Perlu Lakukan Patroli
Bersama
Jakarta, Kompas
Menindaklanjuti persetujuan Malino II dan untuk mempercepat pemulihan keamanan
serta ketertiban, warga sipil di Maluku perlu melakukan patroli bersama. Selain itu,
ada banyak upaya lain yang juga bisa dilakukan untuk mempercepat proses
perdamaian, antara lain dengan gerakan "Baku Bae" dan memperbanyak zona "Baku
Bae". Dalam kaitan ini, TNI/ Polri pun dituntut untuk bertindak efektif dan profesional.
Pengamat politik dari Universitas Nasional Australia Prof Dr Harold Crouch
mengemukakan hal itu dalam seminar yang digelar oleh Centre for Strategic and
International Studies (CSIS) di Jakarta, Senin (18/2).
Sementara itu, dalam rapat kerja gabungan antara Komisi I dan II DPR dengan
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Susilo Bambang
Yudhoyono, Senin malam, Yudhoyono mengemukakan perlunya darurat sipil di
Provinsi Maluku dicabut, kecuali di tiga daerah, yaitu Maluku Tengah, Kota Ambon,
dan Pulau Buru. Adapun mengenai Provinsi Maluku Utara, kata Menko Polkam,
sudah saatnya dilaksanakan tertib sipil, tetapi Gubernur tetap melaksanakan
penegakan hukum dalam status tertib sipil.
Dalam rapat yang dipimpin Ketua Komisi I Ibrahim Ambong, Menko Polkam
didampingi Panglima TNI Laksamana Widodo AS, Kepala Polri Jenderal (Pol) Da'i
Bachtiar, Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno, dan Jaksa Agung MA Rachman.
Hingga berita ini diturunkan, sudah 18 anggota Komisi I dan II mengajukan
pertanyaan.
Pada seminar di CSIS bertajuk The Search for Peace in Maluku, Harold Crouch
mengatakan, "Yang saya lihat dalam persetujuan Malino, ada usul untuk mendirikan
semacam komisi mengenai keamanan dan ketertiban. Jadi, di bawah itu dibayangkan
kemungkinan ada patroli bersama orang Islam dengan orang Kristen. Sejauh saya
tahu, ini tidak melibatkan TNI. Tetapi, ini harus dipikirkan oleh anggota komisi jika
komisi tersebut sudah didirikan. Ini salah satu hal yang baik kalau orang sipil sendiri,
baik yang Kristen maupun Muslim, mencoba membuat patroli."
Menurut Crouch, pertikaian berkepanjangan di Maluku hanya membuat warga Maluku
semakin menderita. Mereka kehilangan keluarga, teman-teman dan tempat tinggal.
Pertikaian tidak hanya memakan korban nyawa dan harta benda saja, tetapi juga
memunculkan ketakutan atau trauma pada warga masyarakat di Maluku. Para
pengungsi takut untuk kembali ke rumahnya. Sementara itu, warga di sana pun takut
untuk memasuki atau melintasi daerah/wilayah komunitas lain. Yang Kristen takut
memasuki wilayah Muslim, yang Muslim takut memasuki wilayah Kristen. Jadi
zona-zona "Baku Bae" perlu diperbanyak.
"'Baku Bae' ada banyak kegiatan, seperti zona transaksi di pasar. Ada banyak yang
spontan. Misalnya daerah Passo yang merupakan wilayah komunitas Kristen.
Mereka memiliki hasil pertanian yang kalau dijual ke Ambon harus melalui wilayah
komunitas Muslim. Yang terjadi kemudian, di perbatasan Passo, pedagang-pedagang
Islam menunggu di sana. Jadi ada transaksi di sana. Ini transaksi spontan. Kalau ini
bisa terjadi di mana-mana, itu bagus," tutur Crouch yang sempat melakukan
pengamatan di Maluku beberapa waktu lalu.
Profesional
Mengenai peran militer untuk mengatasi konflik di Maluku, Crouch menegaskan agar
TNI bertindak efektif dan profesional dalam menangani persoalan keamanan dan
ketertiban karena sampai saat ini ada pihak yang meragukan apakah TNI bisa
profesional.
Crouch melihat ada kemajuan yang dicapai di Maluku usai Kesepakatan Malino,
meskipun masih ada masalah yang belum teratasi. Menurut dia, masih sangat awal
untuk menilai apakah negosiasi Malino tersebut bisa membawa rekonsiliasi.
Betapapun, kondisi keamanan di Maluku harus segera dipulihkan. Jika tidak, maka
warga Maluku akan semakin menderita.(lok/bur)
© C o p y r i g h t 1 9 9 8 Harian Kompas
|