The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Gagal di Poso, Laskar Jihad Dituding Bom Ambon


ManadoPost Online, Rabu, 23 Januari 2002

Gagal di Poso, Laskar Jihad Dituding Bom Ambon
Uskup Mandagi: Dialog Jalan Damai di Ambon

AMBON- Impian damai di Maluku ternyata masih jauh. Buktinya, belum ada sehari kesepakatan perdamaian antara pihak Kristen dan Islam yang difasilitasi Menkopolkam Bambang S Yudhoyono yang langsung datang ke Ambon dan Ternate pekan lalu, tiba-tiba saja Ambon diguncang bom dan mortir, Sabtu (26/1). Berbagai pihak menuding kalau ledakan itu akibat ulah kelompok Laskar Jihad yang diduga menolak skenario perdamaian itu. Kelompok ini bahkan dituding sangat emosional menghadapi rencana tersebut karena kawasan lain seperti Poso, yang diharapkan bisa dikuasai mereka, malah berhasil diredam dalam nuansa perdamaian. Namun ada juga pihak-pihak yang mengaitkan ledakan ini dengan sisa-sisa kelompok RMS (Republik Maluku Selatan).

Dilaporkan, ledakan bom serta rentetan tembakan berbagai senjata itu mulai terdengar sekitar pukul 23.45 WIT itu, tak pelak membuat warga sekitar lokasi terbangun dan panik karena khawatir adanya aksi-aksi penyerangan. Sebelumnya sekitar pukul 22.00 WIT, juga terdengar beberapa kali ledakan bom pada beberapa kawasan, diantaranya perbatasan Batumerah-Mardika maupun Karang Panjang, Kebun Cengkeh, dan Ahuru.Sedikitnya enam mortir juga dilaporkan ditembakkan dan meledak di sekitar kawasan Sport Hall Karang Panjang Ambon, sehingga membuat panik masyarakat sekitar.

Namun, sejauh ini belum diketahui penyebab ledakan bom dan rentetan tembakan itu dikarenakan aksi penyerangan, atau hanya merupakan tindakan segelintir orang untuk mengacaukan situasi dan kondisi keamanan yang mulai kondusif sejak tiga bulan terakhir.

Penguasa Darurat Sipil Daerah Maluku (PDSDM) Saleh Latuconsina maupun Pangdam XVI/Pattimura Brigjen TNI Mustopo, Kapolda Maluku Brigjen Pol Sunarko Danu Ardanto, yang dihubungi belum bisa dikonfirmasi. Sementara itu, sejumlah warga masyarakat menyatakan penyesalan dan kekecewaan dengan insiden tersebut, mengingat Pemerintah Pusat dimpimpin Menko Polkam Susilo Bambang Yodhoyono dan Menko Kesra Jusuf Kalla, baru berkunjung ke Ambon guna membicarakan strategi penyelesaian konflik yang telah berlangsung tiga tahun terakhir itu. "Ini berarti ada upaya untuk menggagalkan pertemuan yang dilakukan antara Menko Polkam, Menko Kesra dengan pimpinan daerah serta para tokoh agama kedua komunitas yang tujuannya penyelesaian konflik bernaunsa SARA itu," ujar mereka. Mereka berharap aparat keamanan yang bertugas memulihkan situasi dan kondisi dapat bertindak tegas namun terukur terhadap kelompok-kelompok yang mencoba mengacaukan situasi, sehingga penyelesaian konflik segera dapat dilakukan.

Sementara, Uskup Diosis Amboina, Mgr PC Mandagi MSc mengatakan, pada dasarnya komunitas Kristen yang ada di kota Ambon dan Maluku ingin hidup damai dan berdampingan seperti sedia kala. "Tetapi tentu saja, supaya hidup damai itu bisa berjalan dan tercapai harus dengan upaya-upaya yang terbaik, tidak dengan jalan kekerasan tetapi dengan jalan dialog," katanya usai melakukan pertemuan dengan Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan di kediaman Gubernur Maluku di kawasan Manggadua Ambon, Sabtu.

Pertemuan yang menghadirkan tokoh masyarakat dan tokoh agama Kristen itu berlangsung secara tertutup sama dengan pertemuan yang dilakukan dengan tokoh agama masyarakat Islam yang berlangsung pertama di tempat yang sama pada pukul 08.30 WIT.

"Jadi bagi saya isi pertemuan tadi mengarah pada hidup damai, tetapi tentu saja supaya hidup damai itu tidak dengan jalan kekerasan," tuturnya.
Dikatakannya, pertemuan itu memang sudah mengarah pada upaya untuk hidup damai, tapi yang lebih bagus lagi seperti yang disimpulkan oleh Menteri Menko Kesra, Jusuf Kalla yaitu "kita ini mau hidup damai, tapi damai yang betul-betul tegas dan bukan main-main"

Sementara itu, Tamrin Elly yang juga tokoh masyarakat muslim yang turut dalam pertemuan dengan masyarakat muslim pada pertemuan pertama ketika dikonfirmasi tentang pertemuan itu mengatakan, memang sudah ada sinyal kearah dialog bersama baik itu dari masyarakat kristen maupun muslim, tapi itu merupakan agenda pemerintah pusat yang akan mengevaluasi semua itu dan membuat agenda dialog itu.

Hal ini disebabkan pertemuan yang dilakukan dengan pihak Menko Polkan dan rombongan tadi baru masing-masing kelompok, kita belum duduk bersama untuk membicarakan persoalan dimaksud. "Saya tidak mau berbicara lebih jauh mendahuluinya, karena ini merupakan program pemerintah pusat," ujarnya.

Ditanya mengenai perbedaan mana yang merupakan kewenangan pusat dan kewenangan daerah, Tamrin mengatakan, daerah ini adalah daerahnya pusat, sedangkan pusat itu, pusatnya daerah, jadi tidak mungkin penyelesaian persoalan itu tanpa campur tangan pusat.

"Bayangkan saja, yang punya Kepolisian dan TNI itu bukan Gubernur, Kanwil Agama saja tidak di bawah Gubernur, bagaimana persoalan itu bisa dilakukan daerah tanpa campur tangan pusat," ujarnya balik bertanya.

Ditanya ada kesan pemerintah pusat melepaskan tanggungjawabnya ke daerah untuk menyelesaikan konflik, Tamrin menjelaskan, seperti jamannya presiden Abdurrahman Wahid yang mengatakan penyelesaian persoalan Maluku diselesaikan oleh orang Maluku, ternyata orang Maluku tidak mampu karena ada terkait kewenangan-kewenangan pemerintah pusat.

"Apalagi kewenangan mengenai agama itu bukan urusan pemerintah daerah tetapi pemerintah pusat. Jadi saya kira banyak harapan tertumpu pada pemerintah pusat. Kalau pemerintah pusat sudah serius seperti ini kita di daerah ini ikut mendukung," katanya.(jpnn/mdc)

Risbang © Copyright 1996, MANADO POST Online
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044