The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

MASARIKU UPDATE 27-28/02-02 - MEREBAK HARAPAN PERDAMAIAN


MASARIKU UPDATE 27-28/02-02

MEREBAK HARAPAN PERDAMAIAN

Dear all,

Apa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir di Ambon dan sekitarnya cukup membuat terenyuh hati masyarakat di negeri ini. Pada hari Minggu, 24/02-02 sekumpulan anak-anak muda datang dari negeri Tulehu menuju negeri Passo, dan kemudian mengajak anak-anak dari negeri Passo untuk dapat bergabung bersama mereka dan melakukan berbagai kegiatan bersama. Bukan jenis kegiatannya yang menjadi penting, namun kedatangan mereka yang segera memicu rasa haru dalam perjumpaan orang bersaudara yang bertikaiselama ini. Kedatangan tersebut kemudian disambut dengan hangat, penuh linangan air mata bagi sebagian masyarakat yang menyaksikannya. Mereka kemudian segera menyelenggarakan berbagai kegiatan bersama antara lain pertandingan sepak bola di lapangan Rindam Suli, maupun kegiatan balapan motor antara anak-anak muda dari kedua belah pihak. Nampak bergabung dalam pertandingan tersebut anak-anak asal negeri Waai, yang saat ini mengungsi di negeri Passo.

Ternyata situasi bersama tersebut sudah dibangun sejak hari pertama berakhirnya perundingan Malino, yang ditandai dengan dilaluinya jalan raya negeri Passo oleh berbagai jenis mobil dari arah negeri Tulehu dan Liang. Selain itu beberapa pemuda negeri Tulehu telah pula menginap di Negeri Passo, maupun sebaliknya. Bahkan anak-anak asal negeri Waai juga sudah dapat mengunjungi negeri Tulehu.

Dalam bentuk yang kurang lebih sama, peristiwa tersebut terjadi pula di Negeri Hulaliu pada hari Minggu, 24/02-02. Pada saat berakhirnya ibadah minggu di negeri dan jemaat Hulaliu, masyarakat setempat tiba-tiba dikagetkan dengan datangnya 03 truck berisikan anak-anak muda dari negeri Kailolo dan negeri Pelau. Suasana kaget tersebut tak berlangsung lama, dan segera digantikan dengan keharuan yang mendalam diantara kedua kelompok yang pernah bertikai tersebut. Sebagai saudara tertua dari rumpun Hatuhaha di Pulau Haruku, maka masyarakat Hulaliu segera menyambut kedatangan saudara-saudaranya tersebut dengan penuh sukacita. Kelompok pemuda negeri Kailolo dan Pelau segera mengunjungi Baileo dan gereja negeri Hulaliu, dan kemudian memohon supaya mereka bisa diantarkan menjumpai masyarakat negeri Kariu di Tihinitu, tempat pengungsian mereka selama ini. Mendengar permintaan tersebut masyarakat negeri Hulaliu menyarankan supaya keinginan tersebut ditahan dulu, mengingat warga negeri Kariu belum diinformasikan tentang maksud itu. Setelah itu segera diputuskan bahwa kelompok Hatuhaha bersama saudara tua mereka dari Hulaliu akan segera menuju Ambon untuk melakukan sosialisasi perjumpaan mereka di Lapangan Merdeka Ambon.

Pada hari Selasa, 26/02-02 sebanyak 51 pemuda negeri Hulaliu segera menuju ke negeri Tulehu, dan merencanakan bermalam disana sampai dengan hari Rabu besoknya, untuk kemudian menuju kota Ambon. Bersamaan dengan para pemuda negeri Hulaliu, datang pula para pemuda negeri Hatuhaha lainnya dan bergabung bersama di Tulehu. Malamnya kelompok pemuda Hulaliu segera dibawa menginap di Rindam Suli, setelah didengar ada sedikit provokasi dari luar di negeri Tulehu menyangkut kebersamaan mereka.

Pada jam 03.00, Rabu 27/02-02 kelompok Hatuhaha memasuki kota Ambon dari arah Tulehu dan melewati beberapa komunitas Kristen yaitu Desa Suli, Desa Passo, Lateri, Lata, Halong Dan Galala. Setelah Mereka sampai di Kota Ambon Kelumpok Pemuda tersebut beristirahat sebentar di Hotel Wijaya I di daerah Mardika.

Sekitar jam 09.00 WIT, mereka menuju ke kantor Gubernur Maluku untuk menyatakan aspirasi mereka bahwa mereka mendukung hasil pertemuan Maluku di Malino dan siap mengamankanya. Setekah itu sekitar jam 10.00 WIT pemuda Hatuhaha yang beragama Islam menuju Mesjid Raya Alfatah untuk mengadakan Sosialisasi hasil pertemuan untuk Maluku di Malino, sementara pemuda negeri Hulaliu mengadakan pertemuan dengan bapak Gubernur Maluku beserta Sfatnya. Selesai pertemuan Pemuda Desa Hulaliu segera dibawa menuju ke Hotel Wijaya I di daerah perbatasan Mardika dan Batumerah untuk beristirahat menunggu basudara mereka yang beragama Islam selesai Sosialisasim dan nantinya akan berkumpul lagi di Kantor Gubernur Maluku. Melalui beberapa pertimbangan diputuskan bahwa kelompok saudara-saudara Muslim Hatuhaha akan melakukan sosialisasi diantara mereka, yang bertempat di halaman Masjid Raya Alfatah Ambon. Kurang lebih pada jam 10.00 sosialisasi berlangsung, dan diikuti oleh kurang lebih 6000 masa Muslim yang dipelopori oleh kelompok Hatuhaha. Masariku Network Ambon yang memantau langsung di Masjid Raya Alfatah menyaksikan bahwa sebagian besar anak-anak sekolah turut bergabung di halaman Masjid Raya Alfatah. Selain itu kelompok masyarakat Banda Ely serta sebagian kecil warga Leihitu turut bergabung disitu. Beberapa pemuda Muslim asal Hatuhaha mengeluarkan komentar-komentar yang terkadang lucu namun mengharukan. Antara lain mereka mengatakan, kalau Laskar Jihad bisa menguasai Masjid Alfatah selama ini, maka kita juga bisa tentunya. Selain itu terkadang terdengar keras yel-yel untuk mendukung dan mengamankan hasil kesepakatan Malino II.

Pada Jam 12.00 WIT setelah selesai kegiatan sosialisasi maka sebagian masa Muslim segera menuju kantor Gubernur Maluku, sementara sebuah kelompok lainnya segera bergerak menuju hotel Wijaya I untuk menjemput saudara-saudara mereka dari negeri Hulaliu. Selema perjalanan menuju hotel Wijaya I dengan keras dan berulang mereka meneriakan "katong sekarang aman". Dari hotel Wijaya I bersama kelompok pemuda asal negeri Hulaliu, mereka segera menuju ke kantor gubernur Maluku untuk bergabung bersama lainnya yang telah menunggu disana. Setibanya di kantor gubernur, ternyata telah menanti disana pula kelompok akar rumput Kristen yang antara lain dipimpin oleh Emang Nikijuluw, dan Ferry Watimury.

Setelah berkumpul sejenak di kantor gubernuran, kelompok bersama ini segera keluar dari halaman kantor gubernuran menuju jalan raya Pattimura (di depan gereja Maranatha). Sambil menyanyikan lagu gandong mereka berangkulan penuh air mata dan berjalan bersama melalui route bank BNI 46 menuju ke arah Trikora, dan kemudian berbelok ke arah jalan A.Y.Patty. Sepanjang jalan hanya lagu gandong yang dinyanyikan dengan keras dan penuh haru, diiringi isak tangis sebagian masyarakat yang menyaksikan di samping jalan. Sementara itu kelompok pengendara becak dari komunitas Muslim dan Kristen juga terlihat bergabung dengan gembira dibelakang rombongan pejalan kaki, dan setiap kali melambaikan tangan mereka bagi masyarakat yang menyaksikan di tepi jalan.Tepat di jalan A.Y Patty terlihat Kapolda Maluku segera menggabungkan diri bersama staff mereka., yang selanjutnya bersama rombongan mereka berarak kembali menuju kantor gubernuran, dan kemudian membubarkan diri dengan damai setelah bertemu dengan gubernur Maluku.

Beberapa saat setelah kegiatan bersama tersebut mulai terlihat perjumpaan-perjumpaan yang lebih akrab diantara berbagai segmen masyarakat Muslim dan Kristen, yang saling bercakap-cakap dan melepas rindu. Seakan-akan tak pernah terjadi peristiwa berdarah sebelumnya diantara mereka. Terlihat misalnya di depan kantor Sinode Gereja Protestan Maluku, penjual es dorong yang beragama Muslim menjajakan dagangannya, yang ramai dibeli oleh kelompok masyarakat Kristen. Demikian pula kelompok anak-anak sekolah berseragam dari dua komunitas melebur menjadi satu dan mengelilingi kota Ambon, seakan merayakan hari pembebasan mereka. Beberapa wanita berkerudung berboncengan dengan sepeda melewati wilayah-wilayah Kristen di pusat kota, sambil melambaikan tangan dan menebar senyum.

Pada jam 02.00 WIT Kelompok pemuda dari Hatuhaha sebelum kembali ke Tulehu untuk melanjutkan perjalanan mereka kembali ke desa-desa asal mereka di pulau Haruku. Sebelumnya mereka masih sempat mengadakan pawai keliling kota dan melewati seluruh daerah komunitas Kristen yang berada di kota Ambon sebanyak tiga kali, dan setelah itu pada jam 05.00 WIT barulah mereka menuju ke Tulehu.

Selain kelompok ini rupanya beberapa kelompok Muslim lainnya mengambil inisiatif untuk mengadakan kunjungan ke wilayah-wilayah Kristen. Serombongan warga negeri Batumerah misalnya pada hari yang sama mengunjungi wilayah konsentrasi pengungsi Batumerah yang beragama Kristen di daerah sport hall, wisma atlit, dan stadion bola Mandala Remaja di Karang Panjang Ambon. Peluk rindu dan isak tangis terlihat begitu mengharukan, setelah sekian lama mereka terpisah. Pada wilayah lainnya, tepatnya di daerah depan markas Coker-Kudamati sebuah truck bermuatan para pemuda/i Muslim berhenti dan bersenda gurau selama beberapa jam, sebelum akhirnya berlalu sambil menyanyikan lagu 'gandong' dan 'sampe jua'. Dua lagu yang seakan-akan menjadi lagu wajib sepanjang hari bahagia ini. Selain warga Muslim, ternyata warga Kristen juga memanfaatkan euforia perdamaian itu untuk mengunjungi wilayah-wilayah Muslim. Terlihat pusat perbelanjaan Ambon Plaza menjadi begitu ramai dikunjungi oleh warga masyarakat Kristen. Demikian pula daerah-daerah seperti Waihaong dan Seilale berani dimasuki dengan rileks, serta penuh canda dalam pertemuan dengan warga Muslim di daerah itu.

Ternyata sampai dengan dengan pukul 22.30 WIT, masih terlihat warga Muslim yang masih bersenda gurau dengan rekan-rekan mereka yang meragama Kristen di beberapa daerah di pusat kota. Antara lain didepan kantor Bank Indonesia, Batu Meja, depan BNI 46, depan Restauran Halim dan beberapa daerah lainnya. Sementara itu hasil pantauan dari Masariku Network Ambon yang turun langsung di daerah Jln. A.Y. Patty, Kelurahan Waihaong dan Seilale, terlihat begitu semaraknya Masyarakat Muslim berbondong-bondong ke jln. A. Y. Patty. Ketika di tanyakan kepada salah seorang dari antaranya, mereka mengatakan bahwa mereka hendak merayakan kebebasan yang selama ini dikekang. Ketika kami mengikuti mereka kembali ke Jln. A. Y. Patty. ternyata di sana tepatnya di depan Toko Istana Musik telah berdiri sebuah tenda yang menutupi jalan bagian barat. Setelah di konfirmasi lebih lanjut, ternyata mereka akan mengadakan malam gembira/pesta, dan disana ternyata ada juga basudara mereka yang beragama Kristen yang turut bergabung dengan mereka.

Sementara majoritas masyarakat sedang menikmati dan merayakan kebahagiaan pertemuan antar orang saudara tersebut, ternyata masih ada saja beberapa kelompok kecil yang meradang menyaksikan merebaknya aroma kedamaian di kota Ambon dan sekitarnya. Radio SPMM dalam siaran beritanya pukul 22.00, menegaskan bahwa proses sosialisasi yang terjadi di Alfatah, serta semua kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Muslim merupakan rekayasa yang dibumbuhi intimidasi. Antara lain menurut mereka pegawai negeri yang beragama Muslim diintimidasi oleh atasan mereka untuk mengikuti sosialisasi tersebut. Demikian juga anak-anak sekolah yang diancam dipecat oleh gurunya bila tidak menghadiri acara yang berlangsung di Alfatah. Hal ini tedengar agak kontroversi dengan beberapa kenyataan yang diamati Masariku Network Ambon di lapangan. Contohnya, ketika kelompok anak sekolah Muslim yang berpawai dengan mengendarai becak yang dikemudikan para pemuda Kristen dan memasuki wilayah ruko di Mardika-Batumerah bawah, mereka sempat dicegah oleh sekelompok kecil masa Muslim yang marah, dan mencoba menghadang rombongan becak tersebut. Menariknya para penumpang becak yang adalah siswa-siswa SMU beragama Muslim segera turun, dan mencoba menghadapi serta membela para pengemudi becak yang mereka tumpangi. Hampir saja perkelahian tak terelakan diantara mereka, namun polisi dengan sigap datang dan mengamankan kelompok yang mencoba menghadang dan membuat onar itu. Realitas kontroversi lainnya (dengan berita Radio SPMM), terlihat ketika dengan gembira para pegawai negeri beragama Muslim mengunjungi kantor serta rekan-rekan mereka yang beragama Kristen di wilayah Kristen. Terlihat jelas mereka melakukan hal itu dengan sukacita, tanpa tersirat sedikitpun rona terintimidasi di wajah mereka.

Aktifitas warga kota pagi ini, 28/02-02 terlihat ramai, rileks, dan penuh keceriaan. Masariku Network Ambon mencoba melewati daerah jln. A.Y. Patty, dan menyaksikan sisa-sisa keceriaan pesta yang digelar di daerah itu sepanjang malam. Sementara itu kelompok-kelompok warga Muslim dengan bebas melakukan joging dan aktifitas olahraga lainnya sambil melewati daerah-daerah pemukiman Kristen di kota Ambon. Pada beberapa persimpangan jalan mereka berhenti dan bahkan dengan santainya ngobrol bersama warga Kristen yang dikenali. Di depan hotel Mutiara (berhadapan dengan Gereja Maranatha) sekelompok siswa SMU yang beragama Muslim terlihat duduk bergerombol dengan santainya. Ketika Masariku Network Ambon mendekati dan mengajak mereka bercakap-cakap, mereka mengatakan bahwa hari ini mereka sengaja membolos dari sekolah untuk bertemu dengan teman-teman mereka yang beragama Kristen. Diharapkan bahwa kenyataan sejak hari kemarin, dapat terus menghasilkan buah-buah perdamaian yang lebih matang dan tentunya enak untuk dicicipi.

SEBUAH HARAPAN DAMAI YANG LEBIH PASTI SEGERA TERWUJUD. NAMUN JAUH DI KEDALAMAN HATI MUNCUL PERTANYAAN, APAKAH HARAPAN DAN ANTUSIASME MASYARAKAT TERHADAP KEDAMAIAN INI AKAN JUGA DIPOLITISIR, SEBAGAIAMANA POLITISASI KONFLIK YANG DILAKUKAN DEMI TUJUAN KELOMPOK-KELOMPOK TERTENTU.

Walahualam, yang penting dan prioritas, MALUKU HARUS SEGERA DAMAI.

MASARIKU NETWORK AMBON
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044