MASARIKU Daily Report 28-01/02-02
JANG MALAWANG MIMPI
Dear all,
Hari ini kami tak bisa melukiskan perasaan kami. Gembira bercampur haru yang
mendalam ketika kami larut didalam euforia masa yang berpawai di sekeliling kota
Ambon. Sejak kurang lebih jam 12.00 Masariku Network Ambon memperoleh
informasi bahwa banyak speed boat Muslim telah berkumpul di pesisir pantai pasar
Ambon maupun pesisir pantai negeri Batumerah. Mereka kemudian bersama-sama
melayari teluk Ambon menuju ke dermaga penyeberangan fery di negeri Galala, yang
selama ini menjadi salah satu pangkalan speed boat warga Kristen. Disana mereka
menemui saudara-saudara Kristen mereka dan dengan akrab saling melepas rindu.
Kemudian para awak speed boat Muslim mengajak para penumpang Kristen di Galala
untuk menumpangi speed boat mereka, yang kemudian berpawai di laut sepanjang
teluk Ambon. Mereka kemudian mampir di negeri Laha, yang disambut dengan
antusias oleh warga masyarakat disana. Dengan histeris warga masyarakat laha
turun ke pesisir pantai untuk menemui saudara-saudara mereka yang datang dari
Galala. Sebagian diantara mereka bahkan menceburkan dirinya kelaut untuk
menyambut saudara-saudara mereka, sebelum speed boat merapat di pantai. Dari
Laha perjalanan kemudian dilanjutkan menuju dermaga speed boat Kristen di daerah
Gudang Arang dan Benteng. Disana mereka kemudian diturunkan tanpa memungut
bayaran.
Kurang lebih pada pukul 14.30 Masariku Network Ambon mencoba melalui daerah
Muslim di depan Ambon Plaza, dengan tujuan untuk mencari santapan siang di
wilayah itu. Melewati daerah itu Masariku Network Ambon melihat begitu banyak
pemuda warga Kristen yang sedang bercengkerama dengan rekan-rekan mereka
yang Muslim. Mereka melambaikan tangan bersama, dan beberapa diantaranya yang
mengenal kami mencoba menyapa dengan akrab. Saat itu kami memperoleh berita
bahwa sebentar lagi akan diadakan pawai bersama di kota Ambon, yang lahir dari
spontanitas warga yang saling bertemu sejak pagi. Ternyata informasi tersebut benar.
Ketika kami melewati daerah Masjid Raya Alfatah dan memasuki jalan A.Y. Patty,
kami menemukan banyak pemuda yang mulai berkumpul dengan menggunakan
berbagai jenis kendaraan. Mereka kemudian terlihat mempersiapkan diri di depan
lapangan merdeka Ambon, sambil menunggu datangnya kelompok masyarakat
lainnya untuk memulai pawai. Beberapa polisi terlihat berupaya mengatur dan
memandu masa yang semakin lama semakin memadati daerah tersebut. Kurang
lebih 20 menit kemudian terlihat rombongan masa lainnya berjalan keluar dari arah
pasar lama dan kemudian menggabungkan diri.
Tak lama kemudian terlihat rombongan gubernur Maluku bersama staff mendatangi
masa. Rupanya sebagian masa telah pergi dan menemui serta meminta gubernur
datang ke tempat itu, sebelum masa mulai bergerak dalam pawai bersama. Lebih
kurang jam 15.15 WIT iring-iringan masa mulai bergerak dengan dipandu mobil polisi,
dan diikuti dengan rombongan pengendara motor, mobil, serta becak. Dengan penuh
kegembiraan sambil menyanyikan lagu 'Gandong' kami bergerak mengitari lapangan
merdeka, sambil melewati Gereja Maranatha dan kemudian memutar ke arah tugu
Trikora. Sepanjang jalan terlihat antusiasme masyarakat yang menyambut dan
melambaikan tangan dengan gembira. Beberapa orang yang menyaksikan dari
samping jalan terlihat histeris menangis sambil melompat-lompat. Sementara para
pemuda yang mengendarai berbagai jenis kendaraan tak kalah histerisnya
berteriak-teriak penuh kegembiraaan, dan meneriakan yel-yel
'damai...damai....damai'.
Rombongan masa kemudian melewati daerah Urimesing menuju ke arah Batu Gajah.
Di sepanjang jalan bergabung kelompok masa lainnya dengan berbagai jenis
kendaraan. Hal ini semakin menambah semarak dan membesar iring-iringan masa.
Jalan terasa semakin sempit karena masyarakat terlihat memadati samping jalan
untuk menyaksikan peristiwa ini. Perjalanan kemudian diteruskan ke arah daerah
Batumeja sambil melewati padatnya pasar kaget di wilayah itu. Para penjual segera
menghentikan aktifitasnya begitu melihat iring-iringan kendaraan mendatangi wilayah
itu. Segera mereka bergerombol disamping jalan dan memberi dukungan bagi
iring-iringan masa. Rombongan kendaraan kemudian menuruni jalan Soaema dan
terus menuju ke Jl. A.Y. Patty. Memasuki daerah A.Y.Patty terlihat kelompok masa
lainnya telah menunggu untuk turut bergabung.
Iring-iringan yang semakin membesar kemudian melewati daerah A.Y Patty dan
selanjutnya menuju ke arah daerah Waihaong dan Seilale. Melewati Masjid Jami
terlihat beberapa ibu tua berkerudung melambaikan tangan mereka sambil sesekali
mengusap air mata dengan ujung kerudungnya. Sementara masyarakat lainnya yang
memadati tepi jalan berteriak-teriak memberi dukungan bagi rombongan masa yang
lewat. Perjalanan kemudian diteruskan dengan melewati daerah Talake dan
selanjutnya keluar ke pertigaan daerah Batu Gantung untuk selanjutnya menuju ke
arah daerah OSM dan daerah Benteng. Sepanjang jalan menuju Benteng masyarakat
terlihat berbodong-bodong keluar rumah untuk mendukung dan memberi semangat
bagi iring-iringan masa. Tepat di pos polisi Benteng iring-iringan berbelok menuju ke
daerah Kudamati. Ternyata disanapun warga masyarakat telah menyambut dengan
penuh sukacita dan haru. Bahkan beberapa lelaki tua bertelanjang dada
melompat-lompat kegirangan. Para pemuda Muslim dalam iring-iringan masa yang
kebetulan mengenal beberapa lelaki tua tersebut kemudian berteriak-teriak
kegirangan, dan meminta para lelaki tua itu untuk kembali tinggal dan menetap di
Seilale. Rupanya mereka dulunya adalah warga Kristen yang menetap di daerah
Seilale.
Dengan penuh kegembiraan kami menuruni daerah Kudamati (tugu Dolan) dan
melanjutkan perjalanan menuju daerah Batu Gantung. Sama seperti pada wilayah
lainnya, kerumunan masa terlihat memadati tepian jalan di daerah Batu Gantung.
Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju daerah Pohon Puleh dan kemudian berbelok
di tugu Trikora untuk kemudian melalui jalur jalan di daerah Pardeis Tengah. Melewati
depan RSU GPM terlihat para perawat dan beberapa pasien yang sedang sakit keluar
ke depan rumah sakit untuk menyambut rombongan masa. Iring-iringan kendaraan
kemudian melewati jalan di belakang kantor gubernur, dan selanjutnya berbelok di
depan Gereja Maranatha dan melanjutkan perjalanan menuju daerah Batu Meja.
Perjalanan semakin diperlambat akibat begitu banyaknya masyarakat memadati
sepanjang jalan raya Pattimura, dan menyemangati masa yang berpawai. Perjalanan
kemudian dilanjutkan dengan melalui daerah Skip. Rasa haru merebak sekatika
ketika seorang siswa SMU yang beragama Muslim melihat ibu gurunya yang
beragama Kristen berdiri menonton di tepi jalan. Dengan lantang ia berteriak-teriak
nama gurunya sambil mengatakan "Ibu, ibu, jang marah beta...beta minta maaf, beta
seng salah" (ibu, ibu, jangan memarahi saya. Saya minta maaf. Saya tidak bersalah).
Melihat dan mendengar siswanya mengucapkan demikian sang ibu guru kemudian
terlihat melambaikan tangan sambil menangis tanpa kata.
Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju ke daerah Kadewatan dan Tanah Tinggi,
untuk selanjutnya kembali ke depan Pos Polisi Sirimau dan berhenti disana.
Setibanya disana terlihat kerumunan masyarakat sudah memadati wilayah jalan A.Y.
Patty. Komunitas Kristen dan Muslim tumpah ruah bercampur dengan gembira sambil
menyanyikan lagu gandong, di wilayah yang pernah menjadi salah satu pusat
sengketa di kota ambon selama kerusuhan. Wanita, pria, anak-anak, pemuda, orang
dewasa, para pedagang, penarik becak, mobil, dan motor membaur menjadi satu,
sekan-akan mereka telah lupa bahwa mereka pernah berdiri berhadapan sebagai
musuh yang saling membunuh dan menghancurkan. Puing-puing pertokoan di
sepanjang jalan raya A.Y.Patty tiba-tiba tak lagi kuasa menimbulkan kesedihan dan
dendam. Sementara itu para tentara yang bergerombol disepanjang jalan itu terlihat
berdiri mematung dan bingung. Beberapa siswi SMU yang beragama Muslim terlihat
bergerombol bercengkerama dengan teman-teman mereka yang beragama Muslim.
Masariku Network Ambon mencoba mendekati kelompok itu dan menguping
percakapan mereka. Ternyata mereka sedang saling mengajak dan memberi
semangat untuk kembali bergabung di SMU negeri II Ambon, yang terletak di
kawasan Kristen. Rupanya para siswi Muslim tersebut dulunya bersekolah di SMU
negeri II, sebelum akhirnya harus pindah ke sekolah lain akibat kerusuhan.
Keriangan dan keceriaan warga Ambon yang memadati jalan raya A.Y. Patty terus
berlangsung sampai menjelang magrib. Masariku Network Ambon bersama beberapa
rekan Muslim segera menuju depan Masjid Raya Alfatah, dan duduk disana sambil
menyaksikan kegembiraan warga kota di saat senja. Beberapa orang terlihat
berpelukan melepas kangen, sementara beberapa pemuda memainkan guitar dan
menyanyi bersama di atas trotoar jalan. Disaat Magrib tiba Masariku Network Ambon
memutuskan kembali menuju daerah Waihaong untuk mencari jajanan sore. Kami
berhenti dan memarkir mobil kurang lebih 30 menit di depan Hotel Abdulalie -
Waihaong, sambil menikmati nikmatnya jajanan 'tahu gunting' yang sudah sekian
lama tak dicicipi. Sementara itu sebagian kelompok pemuda ternyata masih terus
melanjutkan pawai kendaraan sampai dengan turunnya malam. Saat berita ini ditulis
(jam 01.30 - 01/03-02) masih ada kelompok pemuda Muslim dan Kristen yang terus
bercengkerama di sepanjang jalan raya A.Y.Patty, sekalipun lampu jalan tak
menyala.
Pagi ini, Jumaat 01 Maret 2002 kami menyaksikan kurang lebih 4 kelompok
karyawan/wati dari beberapa instansi melakukan joging bersama sambil mengelilingi
pusat kota Ambon. Jelas terlihat bercampurnya karyawan Muslim dan Kristen dalam
barisan itu. Sesekali mereka melambaikan tangan kepada warga masyarakat lainnya
yang dikenali. Nampak raut wajah sukacita meliputi mereka, seakan mereka lupa
bahwa selama ini mereka terpaksa bekerja secara terpisah pada berbagai instansi
yang juga terbelah berdasarkan pengelompokan agama. Selain mereka kami
menyaksikan juga keriangan para siswa/i Kristen yang membolos sekolah, dan
ramai-ramai menuju ke Ambon Plaza yang selama ini dikuasai komunitas Muslim.
Pagi ini juga kami mempersiapkan beberapa koordinasi bersama pihak pemerintah
dan aparat keamanan serta beberapa kelompok masyarakat Muslim dan Kristen,
untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kejadian-kejadian yang
tak diinginkan. Hal mana bisa berakibat secara kontra produktif pada proses yang
sedang berlangsung selama beberapa hari ini. Kami akan meminta pemerintah segera
bersikap lebih proaktif terhadap implementasi item-item deklarasi Malino II, mengingat
dinamika masyarakat kelihatannya melompat jauh mendahului dinamika pemerintah.
Ibarat sebuah katup kecil yang dibuka untuk menyalurkan tekanan air yang begitu
besar meluap, demikianlah gambaran yang bisa diberikan untuk melukiskan dinamika
masyarakat yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini.
Memang tidak ada kata yang tepat untuk melukiskan kegembiraan dan keharuan
sepanjang hari ini. Beberapa warga mengatakan 'semuanya seperti mimpi'. Yah,
semuanya memang seperti mimpi, dan jangan pernah lupa pepatah tua di Maluku
yang mengatakan "JANG MALAWANG MIMPI" (jangan melawan mimpi). DAN MIMPI
KAMI SAAT INI ADALAH PERDAMAIAN DAN PERSAUDARAAN SEJATI UNTUK
MALUKU.
MASARIKU NETWORK AMBON
|