Masariku Update 20/3/02 - Sosialiassi Malino di Belanda (2)
* 20 Maret 2002 - Sosialisasi perjanjian Maluku di Malino, berlangsung di gedung
pertemuan Museum Sejarah Maluku (Moluks Historisch Museum), Utrecht.
Pertemuan ini dihadiri oleh warga Maluku dari berbagai kelompok dan kalangan, serta
para aktifis HAM di Belanda. Pertemuan dimulai dengan pengantar dari Ron Habiboe,
yang membahas dan menganalisis pandangan terhadap isi perjanjian Malino. Impresi
terhadap isi perjanjian itu dilakukan dengan analisis yang tajam dan padat.
Selanjutnya, penjelasan terhadap isi perjanjian, latar belakang perjanjian, dan
perkembangan pasca perjanjian dilakukan oleh Uskup Mandagie, Haji Yusuf Ely, dan
Pendeta J Manuputy. Dalam penjelasan ini, dilakukan juga klarifikasi terhadap rumor
maupun desas-desus yang muncul sebelum dan sesudah perjanjian. Dari ketiga
pembicara muncul 'benang merah' percakapan, yaitu perjanjian ini merupakan satu
usaha yang inisiatifnya datang dari pemerintah tapi diterima masyarakat tanpa
melepaskan tuntutan terhadap tanggung jawab pemerintah.
Menurut para pembicara, dari isi perjanjian itu 90% merupakan tanggung jawab
pemerintah dan hanya 10% yang nanti harus dipikul masyarakat. Oleh sebab itu,
dalam perjanjian disebutkan bahwa pemerintah merupakan salah satu pihak yang
terikat dengan isi pernjanjian. Dengan demikian, perjanjian Maluku di Malino
merupakan "three parties agreement" (Pemerintah, Salam, Sarani) dan bukan antara
komunitas Salam dan Sarani semata. Satu masalah penting yang menjadi sorotan
banyak pihak, termasuk delegasi dari Maluku, adalah soal implementasi isi
perjanjian. Pemerintah tentu tidak bisa diharapkan mengontrol dirinya sendiri. Perlu
ada kontrol dari luar. Dalam hal ini, peran LSM HAM di level nasional maupun
internasional, peran para akademisi, dan peran lembaga2 internasional sangat
diharapkan. Agar supaya, pemerintah Indonesia bisa selalu dituntut melaksanakan
kewajibannya sebagaimana dimuat dalam perjanjian Maluku di Malino.
Di acara ini, dilakukan juga pemutaran video pawai damai di Ambon dan kejadian
provokasi kekerasan yang terjadi. Pertemuan ini jelas sangat menarik bagi seluruh
hadirin yang ada saat itu. Tanya jawab juga berlangsung menarik, dan ditutup dengan
semacam pemahaman bersama akan pentingnya menjaga kebersamaan antar anak
Maluku tanpa dihalangi oleh perbedaan agama, gagasan politik, maupun latar
belakang sosial ekonomi dll.
MASARIKU NETWORK AMBON
|