Media Indonesia, Kamis, 28 Februari 2002
Muslim dan Kristiani Saling Peluk di Ambon
AMBON (Media): Sekitar 30.000 warga muslim dari seluruh pelosok daerah Maluku
kemarin mengikuti pertemuan sosialisasi Kesepakatan Malino II di pelataran Masjid
Raya Al-Fatah, Jl Sultan Babullah, Ambon. Setelah itu kota tersebut tenggelam
dalam keharuan. Warga Kristen menyambut mereka dengan pelukan, ciuman dan
tangisan. Mereka bermaaf-mafan.
Mereka berbondong-bondong datang dari Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Haruku,
Pulau Saparua, sepanjang Jazirah Laihitu, Kecamatan Salahutu, dan Maluku Tengah.
Sedangkan dari Kota Ambon, datang para pegawai intansi swasta maupun
pemerintah, anak-anak sekolah serta posko-posko Jihad.
Sosialisasi Kesepakatan Malino II yang disampaikan tim delegasi muslim Maluku itu
dimulai sekitar pukul 09.30 WIT dan berakhir 11.00 WIT.
Banyaknya warga yang mengikuti sosialisasi itu membuat pelataran Masjid Raya
Al-Fatah tidak mampu menampung, sehingga sebagian lainnya terpaksa berjubel di
sepanjang Jl Sultan Babullah, Jl AM Sangadji, dan persimpangan Jl AY Patty di pusat
Kota Ambon. Tumpah ruahnya warga membuat aparat kepolisian menutup jalur lalu
lintas yang melewati Jl Sultan Babullah, dan mengalihkannya ke Tugu Trikora, Gereja
Silo, Ambon.
Menurut Kapolres Pulau Ambon dan Pulau Lease AKBP Noviantoro, dua kompi
pasukan Polda Maluku dan dua kompi pasukan TNI Sektor A wilayah Ambon dan
Lease disiagakan untuk mengamankan acara tersebut. Bahkan Kapolda Maluku
Brigjen Pol Soenarko DA juga ikut mengamankan jalannya acara. "Semua persoalan
menyangkut sosialisasi dikembalikan kepada masyarakat. Kita sebagai aparat hanya
menjaga keamanan demi suksesnya sosialisasi tersebut," kata Soenarko kepada
Media.
Acara sosialisasi Kesepakatan Malino II, yang ditandatangani pada 12 Februari, itu
sekaligus menepis anggapan sebagian kalangan yang menyebutkan bahwa umat
Islam menolak kesepakatan itu. "Umat Islam Maluku mendukung sepenuhnya
Kesepakatan Malino II," kata Sekjen Badan Imarah Muslim Maluku Ustadz Nasir
Rahawarin saat melakukan sosialisasi. Pernyataannya langsung disambut hadirin
dengan tepuk tangan yang gemuruh.
Sejumlah spanduk berisi dukungan terhadap Kesepakatan Malino II juga
dibentangkan di beberapa sudut Kota Ambon.
Menurut Nasir, Kesepakatan Malino II sudah mewakili aspirasi umat terhadap konflik
Maluku. Karenanya, tidak ada lagi alasan untuk tidak mendukung kesepakatan itu.
"Semua persoalan umat sudah tertuang di dalamnya. Sekarang tinggal saatnya
pemerintah merealisasikan kesepakatan itu," ungkap Nasir.
Gubernur Maluku M Soleh Latuconsina tiba di lokasi sosialisasi sekitar pukul 11.00
WIT. Dia langsung berbicara dengan Kapolda Maluku.
Suasana haru
Usai mengikuti sosialisasi, ribuan warga itu kemudian berjalan menuju Kantor
Gubernur di Jl Pattimura. Di sana, sekelompok warga Kristen sudah menunggu.
Mereka -- sekitar 500 warga masyarakat Hatuhaha yang berasal dari Desa Pelau, Ori,
Kabau, Kailolo, Rohmoni, Hulaliu dan Kariu itu - menyambut para peserta sosialisasi
Kesepakatan Malino II dengan hangat.
Warga yang dulu berseteru itu saling berpelukan dan bermaaf-maafan. Hujan air mata
pun tak terbendung lagi. Sejumlah warga dari kedua kelompok itu tampak menangis
tersedu-sedu. "Kita ingin perdamaian," teriak mereka, agak histeris.
Peristiwa itu disaksikan Gubernur Latuconsina dan Kapolda Brigjen Soenarko DA.
Gubernur mengaku sangat terharu karena sejak tiga tahun lalu suasana seperti itu
tidak pernah terjadi. "Saya minta hal ini bisa dicontoh masyarakat lainnya. Marilah
kita sudahi cara-cara kekerasan yang tidak berguna," ungkap Gubernur, juga putra
daerah Hatuhaha.
Setelah itu, massa yang dimotori masyarakat Hatuhaha melakukan pawai
perdamaian dengan berjalan kaki mengelilingi pusat Kota Ambon dengan sukacita.
Namun, satu jam setelah pawai perdamaian itu berakhir, sekitar pukul 14.30 WIT
terjadi dua kali ledakan berturut-turut di sekitar perbatasan Batu Merah-Mardika,
Sirimau, Ambon. Aparat keamanan langsung menyisir lokasi, namun tidak ditemukan
pelakunya. Meski tidak ada korban jiwa, ledakan itu sempat membuat warga resah.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Da'i Bachtiar mengungkapkan Mabes Polri
menarik satu batalyon organik Brigade Mobil (Brimob) Polda Maluku berkekuatan 590
orang untuk disegarkan di Pusat Pendidikan Brimob, di Porong, Jawa Timur, selama
satu bulan. Sebagai gantinya akan dikirimkan personil Brimob dari daerah lain dengan
status penugasan.
"Kebijakan ini diambil dalam rangka mengamankan Kesepakatan Malino II," kata
Kapolri di Denpasar, kemarin. Menurutnya, program penyegaran itu dilakukan
mengingat ke-590 personel Brimob yang sebagian besar merupakan putra daerah itu
sudah bertugas di Ambon sejak awal terjadinya konflik.
"Mereka tentu jenuh. Apalagi sebagai putra daerah hatinya pasti bergejolak bila
melihat puing-puing sisa kehancuran kota serta korban-korban konflik. Diharapkan
program ini bisa memberikan kesegaran agar ketegangan-ketegangan yang
terakumulasi selama bertahun-tahun bisa dikendurkan," katanya. (HJ/Edi/X-5)
Copyright © 1999-2001 Media Indonesia. All rights reserved.
|