WASPADA, SABTU, 23 Februari 2002
HALAMAN UTAMA
Ja'far Umar Thalib:
Menyedihkan, Penyelesaian Aceh Melibatkaan AS Dan
Internasional
MEDAN (Waspada): Panglima laskar jihad Ahlus Sunnah Waljamaah Al Ustadz Ja'far
Umar Thalib, menyatakan sangat menyedihkan jika penyelesaian konflik Aceh
melibatkan AS dan negara-negara internasional non islam. Hal itu disampaikannya
saat ditemui Waspada di Hotel Garuda Plaza, Medan, Rabu (20/2).
Ja'far melihat dengan melibatkan lembaga-lembaga internasional seperti Hendry
Dunant Centre (HDC) dan menerima lamaran AS untuk menyelesaikan masalah
Aceh, merupakan kemunduran yang nyata dalam menyelesaikan persoalan Aceh.
"Sangat menyedihkan saat GAM (Gerakan Aceh Merdeka-red) dan rekan-rekan LSM
di Aceh yang dengan senang hati menyelesaikan masalah Aceh, tetapi melibatkan
HDC. Begitu juga dengan pemerintah yang mau saja menuruti keinginan untuk
menyelesaikan masalah Aceh melibatkan negara asing," ungkap Ja'far.
Berikut ini petikan wawancara Waspada dengan Panglima Laskar Jihad yang sempat
akan ditahan oleh polisi karena hukum rajam yang diterapkannya di Maluku.
Waspada (W): Mengapa sangat menyedihkan jika menyelesaikan persoalan Aceh
dengan melibatkan dunia internasional?
Ja'far (J): Ya, sangat menyedihkan. Mengapa kita tidak menyelesaikan persoalan
dengan cara-cara Islam, kembali kepada Al-Qur'an dan hadist. Rakyat Aceh itu
sempat menjadi pelopor perlawanan terhadap penjajah dengan mengedepankan
ke-Islamannya. Banyak nenek moyang orang Aceh yang menjadi syuhada dan
mujahid dalam mempertahankan kemerdekaan dari penjajah Belanda. Yang menjadi
pertanyaan mengapa lalu GAM dan rekan-rekan LSM lebih mau menerima
keberadaan luar negeri yang non-islam dalam menyelesaikan persoalan Aceh. Itu
namanya sangat menyedihkan dan merupakan satu kemunduran yang besar.
W: Lalu bagaimana konsep yang ditawarkan laskar jihad dalam menyelesaikan Aceh
terutama dengan mempergunakan konsep-konsep yang islami?
J: Kalau ditanya konsep penyelesaian, kita (laskar jihad-red) lebih mengutamakan
nasib rakyat Aceh. Dan sekali lagi ditanya bagaimana penyelesaian Aceh ya secara
Islam. Sementara kalau penerapan syariat Islam di Aceh, menurut saya di hati orang
Aceh agama Islam itu sudah tertanam sejak lama. Tidak perlu lagi pemerintah
memaksakan syariat Islam kepada rakyat Aceh. Yang terpenting saat ini adalah
bagaimana meningkatkan kembali semangat keislaman orang Aceh, yaitu
mengingatkannya untuk menyelesaikan persoalan di Aceh harus kembali kepada Al
Qur'an dan sunnah Nabi. Itu tak bisa dipungkiri.
W: Jadi apa pandangan anda sendiri tentang konflik Aceh?
J: Kita sangat menyedihkan konflik Aceh, karena bagaimana pun yang terjadi saat ini
di Aceh adalah saling berbunuh-bunuhan antara orang Islam di GAM dengan orang
islam yang tergabung dalam pasukan TNI/Polri. Selain itu upaya damai yang
dilakukan kelompok-kelompok tertentu dengan mengetengahkan kelompok-kelompok
internasional dan LSM asing adalah salah satu upaya untuk menarik orang Aceh
hanya lebih mengakui keetnisan semata. Sekarang ini saya melihat ada upaya
menjauhkan orang Aceh dari Agama Islam. Hal-hal inilah yang harus diwaspadai oleh
orang Aceh. Tidak ada hubungan
Sementara saat di Bandara Internasional Polonia Medan setibanya dari Banda Aceh,
Selasa (19/2), Ustadz Ja'far mengatakan kehadirannya di Aceh tidak ada hubungan
dengan aktivitas perjuangan GAM atau pun mencampuri masalah konflik Aceh.
"Kunjungan ini untuk mengajak masyarakat Aceh berdamai dan tidak terlibat konflik
antar sesama kaum Islam, kalau mereka menolak itu hanya miskomunikasi saja."
Menurut Ustadz yang memiliki banyak massa dari kaum santri ini, dalam
kunjungannya ke Aceh, dia melihat penderitaan yang masih membekas di
masyarakat akibat banyaknya tindakan kekerasan dan teror selama konflik Aceh.
Banyaknya tekanan yang dihadapi membuat masyarakat Aceh masih sangat
terpengaruh dan sensitif dengan ungkapan yang bernada ancaman. Tekanan itu
diakibatkan oleh GAM dan TNI/Polri.
Ja'far membenarkan, kedatangannya ke Aceh sama sekali tidak bertemu panglima
atau pun aktivis GAM. Dia pun tidak menjelaskan secara rinci tujuan mau pun hasil
kunjungannya selama di Aceh.
3000 Pasukan jihad
Sementara itu usai berceramah di Masjid Muslimin di Jalan Stadion Teladan Medan,
Usatdz Ja'far menegaskan pihaknya tetap mempertahankan 3000 pasukan jihad di
Maluku. Selain itu, pihaknya tetap menilai perjanjian Malino II tidak sesuai.
Kedamaian tetap tidak akan tercapai jika kelompok RMS tidak dihapuskan.
Sedangkan dalam ceramahnya di hadapan ratusan jamaah Sholat Ashar di Masjid
Muslimin, Usatdz Ja'far menyatakan, saat ini para pemimpin Indonesia mengalami
Islam Mophobia. Para pemimpin itu mengalami ketakutan yang amat sangat terhadap
kelompok-kelompok Islam.
Dia menyatakan, walau pemimpin itu orang Islam namun dia juga tetap mengalami
ketakutan terhadap kelompok-kelompok islam. Sehingga ustadz menyatakan
Indonesia tidak akan lepas krisis dengan adanya penyakit itu. "Indonesia saat ini
sedang mengalami penyakit gali lobang tutup lobang, sehingga berat untuk lepas dari
krisis."
Hal inilah yang sangat disenangi orang-orang kafir, karena orang-orang kafir tidak
akan senang dengan keagungan dan kebesaran Islam.
Acara yang digagas Forum Komunikasi Ahlus Sunnah Wal Jamaah (FKAWJ)
Sumatera Utara pimpinan Drs Eri Ziyad Husyana itu, tetap ramai dikunjungi umat
Islam dari berbagai penjuru kota Medan, walau di samping Masjid sedang
berlangsung pertandingan sepak bola U-17 Piala Asean.
Namun dibalik kelancaran itu, banyak kalangan wartawan yang meliput acara
terganggu dengan ketatnya penjagaan yang dilakukan anggota laskar jihad. Hal itu
terlihat dari banyaknya permintaan menunjukkan kartu identitas wartawan yang
dilakukan seorang anggota laskar jihad. Selain meminta kartu identitas, anggota itu
juga menanyakan Kartu Tanda Penduduk (KTP). (h05/m29)
© Copyright 2000-2002 WASPADA
|