Orang muslim itu dalam keadaan bagaimanapun
selalu baik.
Bila musibah menimpanya, mereka sabar (tetap patuh kepada Rabb-nya),
dan apabila mendapat rezeki, mereka
bersyukur. (HR. Muslim)
Sepuluh Sifat yang Dibenci
1. Orang kaya yang kikir
2. Orang fakir yang congkak
3. Ulama yang rakus
4. Wanita yang tak punya rasa
malu
5. Orang tua yang cinta harta
6. Pemuda yang malas
7. Penguasa yang zalim
8. Orang zuhud yang ujub
9. Ahli ibadah yang riya
10. Orang tua yang berzina
Rasulullah
Saw bersabda: “Pada suatu masa nanti, akan menimpa umatku, sikap mencintai
1. mencintai dunia, melupakan
akhirat
2. mencintai kehidupan,
melupakan kematian
3. mencintai rumah mewah,
melupakan kuburan
4. mencintai harta, melupakan
perhitungan
5. mencintai makhluk, melupakan
Khaliq
Sumber : Ghilman dalam Tabloid Hikmah No. 44 Tahun V/1997. Hal.
28
Dalam
kitab Tafsir Al-Khazin, Abdullah bin
Abbas meriwayatkan hadits berikut:
Ketika Allah
menciptakan ‘Arsy, Dia perintahkan kepada ssejumlah malaikat untuk memikulnya. Kemudian, mereka
merasakannya sebagai sebuah beban yang agak berat. Karena itu, Allah
berfirman, “Katakanlah Subhanallah.”
Lalu para malaikat mengucapkan kalimat itu hingga ringanlah
beban pikul mereka. Sejak saat itulah mereka mengucapkan kalimat Subhanallah tersebut
sepanjang zamannya sampai kemudian Allah menciptakan Nabi Adam as.
Ketika Allah
ciptakan Adam, Adam tiba-tiba bersin.
Allah mengilhamkan kepadanya agar agar mengucapkan
kalimat Alhamdulillah, dan Adam pun
mengucapkannya. Usai Adam mengucapkan kalimat tersebut, Allah kemudian menjawabnya
dengan kalimat “Yarhamukallah, semoga Allah menyayangimu. Dan dengan rahmat serta
kasih sayang sajalah maka Aku menciptakanmu.”
Umat nabi Nuh
adalah umat pertama yang menyembah berhala dan menjadikannya sebagai tuhan. Kemudian, Allah mewahyukan
kepada Nuh untuk menyampaikan kepada kaumnya kalimat Laa ilaaha illallah, Tiada tuhan selain Allah. Mendengar
kalimatitu para
malaikat merasa sangat bahagia.
Mereka kemudian menggabungkan kalimat terakhir ini
dengan dua kalimat sebelumnya sehingga mereka membaca sepanjang waktu mereka
kalimat-kalimat Subhanallah
walhamdulillah walaa ilaaha illallah, sampai Allah mengutus nabi Ibrahim
as.
Ketika Allah utus nabi Ibrahim dan
memerintahkannya untuk berkorban dan menyembelih sebagai ganti dari putranya
Ismail, ketika itu ia berkata Allahu Akbar; sebagai ungkapan rasa senang dan gembira.
Ketika riwayat ini disampaikan oleh
malaikat Jibril kepada nabi Muhammad saw, dengan nada takjub Nabi berkata Laa haula walaa quwwata illaa billaah
al-‘ali al-‘Azhim. Mendengar kalimat
tersebut kemudian malaikat Jibril menggabungkan kalimat terakhir ini dengan
empat kalimat sebelumnya menjadi Subhanallah
walhamdulillah walaa ilaaha illallah wallaahu akbar
walaa haula walaa quwwata illaa billaah al-‘ali al-‘Azhim.
Husein Shahab. 1995. Dialog-dialog Sufi 2.
Remaja Rosdakarya.
Suatu hari Rasulullah saw. Bersabda, “Allah telah berfirman (dalam sebuah hadis qudsi): Aku bagi surah Al-Faatihah antara Aku dan hamba-Ku. Setengahnya untuk-Ku dan sebagian yang lain untuk hamba-Ku. Dan akan Ku-kabulkan apa-apa yang dimohon oleh hamba-Ku. Apabila hamba-Ku berkata, Bismillaahirrahmaanirrahiim (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah Azza wa Jalla menjawab, hamba-Ku telah memulai dengan menyebut nama-Ku. Dan karenanya Aku berhak untuk menyempurnakan segala perkaranya serta memberkati seluruh keadaannya.
Apabila hamba-Ku berkata, Alhamdulillaahirabbil’aalamiin (Segala puji bagi Allah Tuhan Pemelihara semesta alam) maka Allah Azza wa Jalla berkata, hamba-Ku telah memuja-Ku; dia tahu bahwa nikmat yang ada disisinya adalah dari-Ku dan bencana yang dijauhkan darinya lantaran kasih sayang-Ku. Kupersaksikan kepada kalian bahwa kini Aku tambahkan nikmat-nikmat akhirat disamping nikmat-nikmat dunia; dan akan Ku-jauhkan darinya bencana-bencana akhirat sebagaimana Ku-jauhkan darinya bencana-bencana dunia.
Apabila hamba-Ku berkata, Arrahmaanirrahiim (Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah Azza wa Jalla berkata, hamba-Ku telah menyaksikan-Ku bahwa Akulah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang; kini Ku-persaksikan kepada kalian bahwa Aku akan penuhi nasib hidupnya dengan rahmat-Ku, dan akan Ku-karuniai hayatnya dengan pemberian-pemberian-Ku.
Apabila hamba-Ku berkata, Maliki yaumiddin (Yang menguasai hari pembalasan), maka Allah Azza wa Jalla berkata, Ku-persaksikan kepada kalian sebagaimana yang diakuinya bahwa Akulah yang berkuasa pada hari pembalasan, dan akan Ku-permudah disabnya pada hari hisab kelak serta akan Ku-maafkan segala kesalahnnya.
Apabila hamba-Ku berkata, Iyyakana’budu (Hanya kepada Engkaulah kami memngabdi), maka Allah Azza wa Jalla berkata, hamba-Ku benar ketika dia menyembah-Ku. Kini Ku-persaksikan kepada kalian bahwa Aku akan berikan kepadanya ganjaran karena ibadahnya sehingga orang-orang yang tidak sama sepertinya akan merasa iri kepadanya.
Apabila hamba-Ku berkata, Wa iyyaka nasta’in
(dan hanya kepada
Engkaulahj kami mohon pertolongan), maka Allah Azza wa Jalla berkata, hamba-Ku
telah minta pertolongan dari-Ku dan kembali kepada-Ku. Kini Ku-persaksikan kepada kalian bahwa Aku akan menolongnya dalam setiap urusannya, Aku akan
membantunya dalam kesulitan-kesulitannya dan akan Ku-ulurkan tangan-Ku
kepadanya pada saat dukanya.
Apabila hamba-Ku berkata, Ihdinassirahalmustaqim shiratalladzina an’amta ‘alaihim ghairil
maghdubi ‘alaihim wa ladhdhalin (Tunjuki kami
jalan yang lurus (benar) yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat
atas mereka, bukan (jalan) orang-orang yang dimurkai dan bukan (jalan)
orang-orang yang sesat), maka Allah Azza wa Jalla berkata, Bagian ini untuk
hamba-Ku. Mereka berhak mendapatkan apa yang mereka mohonkan.
Aku telah kabulkan permohonan hamba-Ku. Aku telah berikan kepadanya apa yang diharapkannya.
Aku telah menyelamatkannya dari apa yang dia
mohonkan dengan perlindungan-Ku.
Husein Shahab. 1994. Dialog-dialog Sufi 1.
Remaja Rosdakarya.