|
[Gallery
Wayang] [Ke Halaman
Depan] [Beri
Komentar]
|
|
|
Beberapa
Tokoh
Wayang
Purwa |
|
SRI RAMA
Disebut juga Ramawijaya, Raghawa, Ramabhadra atau Bathara
Rama.
Berasal dari Kerajaan Ayodya, putra dari Prabu (Raja)
Dasarata dan Dewi
Raghu, cucu dari Prabu Banaputra. Pada masa kecil dan remaja dididik tentang keutamaan dan kesaktian oleh Bagawan Wasistha. Karena kepandaian, kesaktian dan kehalusan budinya, Sri Rama mendapat anugrah sebagai titisan
Sang Hyang Wisnu yang bertugas memusnahkan angkara murka di muka bumi.
Sri Rama beristerikan Dewi Shinta, setelah memenangkan sayembara menarik Busur Pusaka Kerajaan
Mantili (Mithiladiraja). Sri Rama memiliki anak yaitu
Kusiya, dan Rama
Batlawa.
|
|
|
|
|
DEWI SHINTA
Sering juga disebut sebagai Sintadewi, Rakyan Sinta,
Janaki, atau Maithali.
Putri dari Mantili ini berayahkan Prabu
Janaka. Merupakan titisan dari bidadari kayangan Dewi Sri
Widowati. Menjadi permasuri Sri Rama, raja
Ayodya. Memiliki sifat setia dan berbakti kepada suami. Hal ini dibuktikan ketika Dewi Shinta diculik oleh
Rahwana, dia dapat mempertahankan kesuciannya. Pada saat kesuciannya diuji oleh Sri Rama dengan cara dibakar, Shinta dapat selamat dari kobaran
api.
|
|
|
DASAMUKA
Disebut juga Rahwana, Rawana, Dasawadana, Dasanana, Dasawaktra, Dasasirsa, Wingsatibahu,
Dasasya.
Bermukim di Alengka (Ngalengkadiraja). Merupakan putra dari
Bagawan Wiswara dan Dewi
Sukesi.
Dasamuka menjadi Raja di Alengka menggantikan sang kakek bernama Prabu
Sumali. Memiliki Patih (Perdana Menteri) bernama Prahastha.
Berpermaisurikan Dewi Tari, dan memiliki putra mahkota bernama
Indrajit (Megananda). Anak-anaknya yang lain diantaranya :
Trisirah, Trikaya, Trinetra, Dewantaka, Dewatumut,
Pratalamaryam.
Dasamuka memiliki ajian Pancasona yang membuatnya dapat hidup kembali bila menyentuh tanah setiap kali musuh mengalahkannya. Dasamuka memilik sifat angkara, senang menganiaya, tidak mau kalah, dan semua keinginannya harus
terlaksana.
Dalam hidupnya Dasamuka memiliki obsesi untuk mempersunting Titisan dari Dewi Sri Widowati, yang antara lain menitis pada
Dewi Shinta.
|
|
|
|
|

PRABU JANAKA
Prabu Janaka merupakan raja Kerajaan
Mantili. Putra dari Prabu Danupati dan cucu dari
Prabu Danuja. Memiliki putri Dewi
Shinta. Menurut cerita, Prabu Janaka mendapatkan putri Dewi Shinta ketika sedang melakukan samadi. Shinta kecil (bayi) didapatkannya sedang hanyut di sungai pada suatu
wadah. Sang bayi kemudian diangkatnya sebagai anak.
|
|
|
DURSASANA
Disebut juga Dussasana, bermukim di Kesatrian
Banjarjumput. Merupakan anggota keluarga
Kurawa, adik dari Prabu
Duryudana.
Memiliki sifat yang kurang terpuji, seperti sombong, tidak berpikir panjang, rakus, dan tidak bertanggungjawab. Pada masa kecilnya dididik oleh Durna bersama anggota Kurawa yang lain. Pada perang
Bharatayudha, Dursasana mati di tangan
Bimasena (Werkudara), dan darahnya diambil untuk diberikan kepada
Drupadi untuk menggenapi sumpah Drupadi. Drupadi yang pernah diperlakukan tidak senonoh oleh Dursasana bersumpah untuk tidak mengikat rambutnya sebelum membasuh rambutnya dengan darah
Dursasana.
|
|
|
|
|
ASWATAMA
Merupakan putra kesayangan seorang Pendeta terkenal bernama
Pendeta Durna dari ibu bernama Dewi
Wilutama, bidadari kayangan yang saat itu berwujud kuda terbang. Aswatama lahir ke dunia setelah Durna (saat itu bernama
Bambang Kumbayana) melakukan perjalanan dari Negeri
Atasangin menuju Pancala dengan menaiki Kuda Terbang. Aswatama ini menjadi teman keluarga Kurawa setelah sang ayah menjadi Pendeta di
Padepokan Sokalima sebagai guru Keluarga
Kurawa.
|
|
|
PETRUK
Disebut juga Kanthongbolong, Surogendilo, Dawala,
Jeglongjaya, atau Ronggongjiwan.
Bermukim di Pecukpeculikan. Termasuk Keluarga Punakawan, anak dari
Ki Lurah Semar, adik dari Nala
Gareng. Memiliki pusaka bernama Klithing (lonceng)
Wasiat. Memiliki sifat
setia, suka prihatin, rajin, humoris, tangkas, dan bijaksana.
|
|
|
|
|
UTARA
Memiliki julukan Bhuminjaya, berasal dari
Kerajaan Wiratha. Putra dari Prabu Matswapati dan
Dewi Rekathawati. Bersaudarakan Wratsangka, Raden Seta, Satanika dan
Dewi Utari.
Dalam Perang Bharatayudha Raden Utara ini gugur dalam pertempuran yang tidak seimbang melawan
Prabu Salya.
|
|
|

|

|
|